Mohon tunggu...
Nur Hasanah
Nur Hasanah Mohon Tunggu... -

Biology, Conservation, Insects, Social Justice, Musics\r\n\r\nTetap optimis dan semangat

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Keahlian Berteman

15 Mei 2012   12:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:16 990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berteman dengan seribu orang terlalu sedikit, bermusuhan dengan satu orang terlalu banyak, kalimat itulah yang kuingat dari sosok Tuti Alawiyah, rektor universitas dimana saya mengajar. Saya sangat setuju atas pernyataannya kali ini. Terlalu mudah mencari teman, tapi juga begitu mudahnya kita 'mencari' musuh, entah itu disengaja ataupun tidak disengaja. Bagi saya, berteman punya arti yang tidak sembarangan, berteman punya seni tersendiri dan perlu keahlian tersendiri untuk melakukannya. Kini, dengan semakin luas 'sepak terjang' saya karena tuntutan pekerjaan, studi dll, seni dan keahlian tersebut, begitu mudah saya jalani seperti air mengalir.

Cara Pertemanan saya sewaktu kecil

Sedikit saya ceritakan bagaimana pertemanan saya dari kecil. Dulu, saya adalah seorang yang tidak mudah bergaul dengan orang lain, otak kiri saya terlalu mendominasi.Dari kecil, saya menyukai pelajaran-pelajaran ilmu murni, apalagi matematika. Masa kecil saya habiskan dengan belajar dan belajar, pagi belajar di SD, sepulangnya saya hanya sempat sholat dan makan, setelah itu wajib mengikuti sekolah ibtidaiyah, dimana ayah saya sebagai kepala sekolah, sekaligus pemiliknya. Selesai sekolah madrasah, saya wajib ikut sholat berjemaah, ngaji sampai habis insya', setelah sholat isya', barulah saya bisa belajar ataupun bermain, walaupun teman saya adalah murid ngaji ayah dan hanya bermain di halaman rumah saya. Dan karena itu, mereka begitu sangat menghormati saya, dan bahkan banyak hal yang saya butuhkan, disediakan oleh mereka. Hal inilah yang saya rasa, pada saat itu membuat saya agak kesulitan menciptakan dan mencari sebuah pertemanan dengan lingkungan baru. Selain itu, sekolah, musholla, serta teman-teman yang sudah tersedia di rumah, membuat saya jarang bermain dan bergaul dengan orang diluar rumah. Saya pun sangat fokus dengan segala kegiatan yang saya jalani, tidak pernah mengeluh, tidak pernah cape, dan juga tidak pernah mengecewakan orangtua saya, berbagai prestasi saya raih, dari lomba fisika, lomba matematika, lomba pidato, cerdas cermat, nyanyi, membaca berita. Hal ini, membuat saya semakin membuat saya tidak terlalu peduli dengan yang namanya 'bergaul', karena saya yakin murid ayah saya selalu ada disekitar saya. Sifat sedikit arogan yang dulu saya miliki pun  tidak membuat saya kehilangan teman-teman, yang adalah murid ayah saya :). Sampai kemudian, saya harus keluar dari rumah, karena harus melanjutkan SMU. Perubahan sangat drastis terjadi, saya tidak punya teman, prestasi saya kemudian jatuh, dan saya mulai jatuh cinta dengan teman sekolah untuk pertama kalinya. Prestasi saya jatuh, ranking lima besar pun tidak saya dapatkan. Hal ini karena saya sibuk mencari teman dan mencari cara bagaimana saya bisa berteman. Selain itu, saya mulai pacaran untuk pertama kalinya. Dari pacar saya itulah, saya kemudian mulai berteman banyak orang dari berbagai daerah. Saya pun mulai tahu bagaimana menjaga pertemanan, yang tak pernah saya pelajari sebelumnya, walaupun begitu sulit, tetapi alhamdulillah akhirnya berhasil.

Definisi pertemanan versi Amerika dan Indonesia

Ketika saya melanjutkan sekolah ke Texas, Amerika. Satu hal yang harus saya pelajari lagi, yaitu cara mereka berteman. Saya belajar lagi untuk beradaptasi, sering bertanya, dan banyak membaca. Tetapi walaupun begitu, ternyata berteman dengan American tidaklah mudah. Definisi 'teman' sangat berbeda dengan definisi di Indonesia. Mereka punya batasan-batasan tertentu. 'a friend', roomate, classmate, colleague. Arti teman bagi mereka adalah seseorang yang sudah dekat sekali, seperti mengundang pesta. roomate adalah seseorang yang satu rumah, tetapi belum tentu teman. Classmate, adalah seseorang yang sekelas, tetapi belum tentu disebut teman, contohnya saja, hal ini yang membuat saya terkadang agak aneh melihat kenyataan ini hehe..bayangkan saja, kita diskusi habis habisan, ngobrol beberapa lama, tetapi besoknya ketika bertemu di jalan, senyum atau say hi pun tak ada. Sedangkan colleague adalah seseorang yang pernah bekerja bersama, tetapi belum tentu menjadi 'teman.' Saya sendiri, memakai definisi 'teman' menggunakan versi bahasa Indonesia. Bagi saya ketika kita kenal seseorang, maka saya akan bilang, dia adalah teman saya.

Pertemanan versi Couch Surfing

Lain halnya dengan ketika saya bergabung dengan Couch Surfing sejak  hampir 2 tahun, tetapi saya baru aktif ketika saya mengikuti short course di Belanda. Saya menginap di rumah anggota CS di Stokholm, dan Brussels. Mereka memperlakukan saya dengan sangat baik, walaupun kami kenal pada saat itu. Beberapa kategori yang diberikan oleh CS adalah good friend, close friend, friend, dan CS friend. CS friend yang artinya adalah teman yang bertemu melalui CS. Untuk definisi close friend, good friend dan friend, saya tidak terlalu dapat membedakan. Tetapi menurut saya kategori friend adalah jika kita tidak terlalu kenal dengan orang tersebut. Bagi saya, CS friend adalah sama dengan kategori dan definisi dari good friend, karena pengalaman saya menyimpulkan bahwa mereka sangat baik sekali, bahkan mau menampung kita untuk tidur gratis di rumahnya. Sampai saat ini pun saya tetap menjaga pertemanan dengan mereka.

Teman Baru

Hari ini saya bertemu dengan seorang Italia di kereta api menuju Bogor. Dia terlihat mencatat beberapa kata-kata bahasa Indonesia, dan sekali-kali membaca kamus yang dia pegang. Saya spontan menyapanya, dan menanyakan asal mana, mau kemana, dll. Setelah kami berbincang-bincang, dia akhirnya menawarkan diri untuk ikut saya ke lab karena belum tahu mau kemana, kecuali rencananya ke kebun raya. Akhirnya, saya ajak dia ke lab IPB dan kami berbincang bincang lagi, sambil mencari referensi penginapan, transportasi dan sebagainya. Kemudian, saya tinggalkan dia sebentar untuk mengerjakan hal lainnya sampai saya kembali, dia masih dengan catatan-catatannya.  saya kemudian bilang akan kembali ke Jakarta. Kami kembali ke stasiun dan makan siang, sambil mengobrol. Sampai saya harus pergi setelah sebelumnya saya tunjukkan hotel yang dia pesan. Kami berbagi nomer kontak, termasuk FB dan nomer Hp, dan kamipun berteman. Senang rasanya punya teman baru, dan mendengar ceritanya dan keingintahuannya serta kecintaanya kepada Indonesia.

Jadi, sebernarnya mencari teman ternyata tidaklah sulit. Hal terpenting dalam berteman adalah saling membantu dan menghargai  (NHM)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun