Kedua, budaya hustle culture
budaya hustle culture ini yang sempat nge-tren bikin banyak Gen Z merasa harus selalu produktif biar dianggap sukses, padahal ini justru bikin gampang burnout.
Selain itu, banyak Gen Z yang baru masuk dunia kerja dan dihadapkan sama ekspektasi tinggi dari atasan atau lingkungan kerja yang masih kaku dan nggak terlalu fleksibel. Kadang mereka juga merasa bersalah kalau nggak angkat telepon kerja di luar jam kantor atau nolak lembur. Belum lagi, tekanan dari media sosial yang penuh sama konten soal kesuksesan orang lain bikin mereka gampang merasa tertinggal (fear of missing out alias FOMO).
Terakhir, ada juga faktor ekonomiÂ
faktor ekonomi ini yang bikin sebagian Gen Z harus ambil pekerjaan sampingan (side hustle) buat nutup kebutuhan hidup. Dan tidak sedikit yang banyak sekali mengambil jalur pinjaman online hanya untuk memenuhi gaya hidup. Jadi, walaupun mereka ngerti pentingnya work-life balance, praktiknya nggak selalu semudah itu. Tapi ya, setidaknya Gen Z udah lebih sadar dan vokal soal pentingnya keseimbangan ini, dan itu langkah awal yang keren banget!
Strategi Menciptakan Keseimbangan Hidup di Era Digital untuk Mencapai Work-Life Balance
1. Tetapkan Batasan Digital yang JelasÂ
Batasan digital ini guna untuk menyeimbangkan khidupan pribadi dan waktu kerjaÂ
2. Kelola Waktu dengan BijakÂ