Mohon tunggu...
Nur Hasanah
Nur Hasanah Mohon Tunggu... Editor - Peminat sastra

Peminat sastra

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Relawan Jokowi Menyongsong Pemerintahan Baru...

7 September 2014   20:14 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:22 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_357712" align="aligncenter" width="567" caption="Di antara para narasumber, M. Said Didu berbicara tentang APBN"][/caption]

Anda mungkin pernah mendengar tentang kehebatan kartunis dan animator Indonesia. Di Bali, ada orang-orang Indonesia yang menggambar untuk serial Doraemon yang notabene milik Jepang. Itu hanya satu contoh. Saya, ketika membaca ulasannya di Harian Kompas berbulan-bulan yang lalu, terkagum-kagum. Dan kemarin, saya jadi gregetan mengingatnya setelah mendengarkan paparan Iwan Piliang tentang ekonomi kreatif dalam acara "Diskusi Publik & Pameran Iptek: Indonesia Menjawab Tantangan Masa Depan" di Tugu Proklamasi, Menteng. Pasalnya, ternyata kita sebenarnya sanggup membuat animasi yang bahkan lebih bagus daripada Upin & Ipin. Iwan Piliang dan rekan-rekan animator memiliki konsep animasi "Made & Putu" dengan lanskap dan budaya Bali dan animasi lainnya yang berbau khas Indonesia. Yang membuat konsep-konsep itu tidak bisa direalisasikan adalah sulitnya pihak perbankan memberikan pinjaman untuk pembiayaan proyek tersebut. Menurut Iwan Piliang, Permasalahan ini bisa diatasi kalau saja pemerintah mau turun tangan membenahi sistem perbankan yang menyulitkan para pelaku ekonomi kreatif.

Seorang peserta diskusi yang juga peserta pameran kemudian bertanya tentang kemungkinan pembiayaan proyeknya dan bagaimana cara memasarkannya. Dengan spontan Iwan Piliang bersedia mempromosikannya ke jaringannya dan terkait pembiayaan, ia bisa mengajak pelaku ekonomi kreatif lainnya untuk patungan membantu. Ketika pemerintah tak bisa diharapkan peranannya, kita harus bergerak sendiri yang istilahnya menjadi "antimainstream".

Permasalahan ekonomi kreatif hanya satu di antara banyak permasalahan di negeri ini terkait sistem pemerintahan yang dibicarakan dalam diskusi publik dan pameran iptek ini. Dipaparkan pula oleh masing-masing pembicara tentang APBN, giant sea wall, pembangunan lingkungan hidup, energi alternatif, BPJS Kesehatan, pertahanan dan keamanan, pemberdayaan masyarakat desa, pembangunan kelautan Indonesia, serta BUMN dan ketenagakerjaan. Mereka memaparkan tantangan-tantangan bagi pemerintahan mendatang dan menyodorkan solusi-solusinya.

Dr. M. Said Didu, Mantan Sekretaris Kementerian BUMN, dalam paparannya tentang APBN, menyatakan bahwa menteri Jokowi harus siap-siap menderita dan harus pintar-pintar membuat program tanpa mengandalkan APBN. Ada proyek-proyek yang berhasil dibuat tanpa APBN, misalnya pembuatan tank "Anoa" dan Bandara Kualanamu. Sebenarnya bandara tersebut sudah didiskusikan selama 25 tahun di kementerian. Pembangunannya kemudian malah tidak dengan APBN karena kalau menunggu pihak kementerian, kemungkinan tidak akan terlaksana juga. Tambahan lagi, tidak sedikit dana APBN pemerintahan mendatang yang digunakan untuk subsidi BBM. Karena itu, penting menurutnya agar subsidi BBM dicabut. Toh penikmat subsidi BBM sebagian besar adalah kelas menengah dan terutama mafia minyak. Sebagai tambahan informasi, mafia minyak itu posisinya tinggi sekali, di atas menteri dan di bawah presiden.

[caption id="attachment_357722" align="aligncenter" width="567" caption="Tank "]

1410066173833039831
1410066173833039831
[/caption]

Terkait sumber daya energi, Gde Pradnyana, Sekretaris SKK Migas, melihat adanya kesalahan strategi pemerintah. Sementara India dan China melarang ekspor batu bara, Indonesia malah menghujani dunia dengan ekspor batu bara. Harga batu bara dunia jadi murah karena batu bara Indonesia. Saat ini Indonesia memang menjadi pengekspor batu bara terbesar di dunia. Menyambung terkait energi, Agus Ismanto menggagas dibuatnya perkebunan energi. Perkebunan dalam hal ini adalah perkebunan kelapa sawit untuk dikelola menjadi biodiesel. Sementara itu, Riza Suwarda hadir dengan gagasan pembangkit listrik tenaga biomas. Energi-energi alternatif yang sebenarnya sudah lama ditemukan itu diharapkan akan lebih didukung oleh pemerintahan Jokowi-JK.

Sementara itu, Firdaus Ali, seorang pemerhati lingkungan hidup, memandang perlunya pemerintah baru untuk membuat kementerian yang khusus mengurusi air. Negara-negara lain di dunia sudah memiliki kementerian tersebut. Selama ini pemerintah hanya memperhatikan ketahanan pangan dan energi, padahal keduanya sangat bergantung pada ketersediaan air. Tambahan lagi, Indonesia adalah negara ke-4 dunia dengan beban populasi terbesar. Bila kebutuhan akan air tidak terpenuhi, Indonesia rawan akan bencana demografi. Sekarang ini Indonesia memiliki 284 bendungan. Sementara itu, India memiliki 1.500 bendungan, Jepang 3.000 bendungan, sedangkan Amerika 6.000 bendungan. Masih menurut Firdaus Ali, Jokowi telah menyanggupi akan membangun 25 bendungan dalam waktu lima tahun (lima bendungan dalam setahun). Meskipun demikian, jumlah itu dirasa masih kurang.

Selain poin-poin di atas, masih banyak poin yang oleh Poempida Hidayatulloh selaku ketua penyelenggara acara ini akan sampaikan kepada Jokowi-JK. Diskusi yang berlangsung selama dua sesi tersebut diwarnai oleh pertanyaan pengunjung yang satu dua di antaranya disampaikan dengan berapi-api mengingat kepedihannya sebagai wong cilik yang tidak diperhatikan oleh pemerintah.

[caption id="attachment_357772" align="aligncenter" width="540" caption="Peserta diskusi, termasuk sedikit tapi banyak yang antusias bertanya"]

14100686971772624677
14100686971772624677
[/caption]

Selain mengikuti diskusi, pengunjung pun bisa berkunjung ke stand-stand pameran. Di antara stand yang ada adalah stand BPJS Kesehatan, Kemen PU, TVRI, Unilab, Pindad, Composter Project Merah Putih, dan Penguin. Ada pula stand Kompasiana. Sayangnya, pengunjung sedikit sehingga beberapa stand tampak sepi.

[caption id="attachment_357765" align="aligncenter" width="540" caption="Pengunjung stand produk ekonomi kreatif, sedang diberi penjelasan tentang pengeloaan sampah organik"]

1410068136408152687
1410068136408152687
[/caption]

[caption id="attachment_357773" align="aligncenter" width="450" caption="Seorang peserta pameran menyalakan kompor berbahan bakar air"]

14100690921415639340
14100690921415639340
[/caption]

[caption id="attachment_357775" align="aligncenter" width="540" caption="Stand Pindad paling ramai. Pengunjung boleh foto dengan memegang senjata"]

1410069315609565784
1410069315609565784
[/caption]

[caption id="attachment_357776" align="aligncenter" width="540" caption="Stand Kompasiana dan Fiksiana Community. Sayang nggak ada stand banner Kompasiana"]

14100700662038204069
14100700662038204069
[/caption]

Semangat menyongsong pemerintahan baru. Barangkali itulah semangat yang dikobarkan oleh RJK2 (Relawan Jalan Keluar 2) sebagai penyelenggara acara ini. Dengan biaya yang minim, mereka mengundang sepuluh narasumber yang mengungkap borok birokrasi yang menghambat kemajuan Indonesia sekaligus memberikan solusi untuk mengatasinya, memaparkan tantangan-tantangan Indonesia sekarang dan mendatang sekaligus menyumbangkan ide-ide mereka. Begitu banyak tantangan, tapi tak sedikit pula jalan keluarnya. Dan di sela-sela paparannya, sering terdengar cetusan harapan agar ide-ide itu diwujudkan oleh pemerintah baru. Begitu besar optimisme akan kinerja Jokowi-JK dalam pemerintahan barunya. Poempida Hidayatulloh dalam sambutannya menyatakan bahwa acara ini adalah kegiatan sosial yang semoga bisa diselenggarakan secara berkesinambungan dan tidak hanya di Jakarta, tetapi juga di pelosok-pelosok negeri.

Antusiasme relawan Jokowi ternyata tidak berhenti pada konser salam dua jari yang fenomenal itu. RJK2 membuktikannya dengan acara ini. Ketika relawan menyongsong pemerintahan baru dan mengawalnya... besarkah dampaknya? Kita akan lihat dampak people power ini. Salam "Indonesia hebat"!

[caption id="attachment_357716" align="aligncenter" width="515" caption="Gambar pajangan yang menyambut pengunjung. Begitu besar harapan rakyat kepada Jokowi-JK."]

1410064753938377476
1410064753938377476
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun