Mohon tunggu...
Nurhasanah H
Nurhasanah H Mohon Tunggu... -

my words

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pekerjaan Rumah (PR) , Bahan Evaluasi atau Beban?

27 Mei 2014   04:01 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:04 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pekerjaan Rumah yang biasa kita sebut PR atau “Pe Er” adalah salah satu komponen dalam sebuah sistem metode pembelajaran yang dilakukan oleh para guru.Komponen yang dipercaya oleh para guru paling efektif dalam terwujudnya sistem pembelajaran yang baik. Akan tetapi, disini dipertanyakan apakah PR itu sebuah bahan evaluasi atau sebuah beban bagi peserta didik?

Kebanyakan guru memandang cara ini adalah cara yang paling efektif untuk meningkatkan kuantitas belajar anak di rumah. Ya, saya akui pun cara ini memang efektif tetapi bukan yang paling efektif.Ini dikarenakan masih banyak guru tidak memperhatikan kuantitas ‘Pe Er’ yang diberikan kepada peserta didiknya.Terkadang mereka memberikannya terlalu banyak.Fungsi ‘Pe Er’ sebagai bahan evaluasi belajar peserta didik pun terabaikan, dan peserta didik mulai menganggap PR adalah sebuah beban bagi mereka.Mereka tidak lagi menganggap PR adalah sebagai bahan untuk pengulangan mata pelajaran di rumah, tetapi adalah suatu beban yang diberikan gurunya yang mau tidak mau harus diselesaikan dan harus dikumpulkan pada saat deadline waktu yang sudah ditentukan.Ini juga merupakan pengalaman saya sebagai peserta didik sewaktu sekolah menengah.Dimana saya merasa sangat tertekan dengan PR yang ada, banyaknya soal membuat saya semakin tidak mengerti dan semakin bingung.Hanya sebagian yang bisa dikerjakan dan itupun tidak tidur semalaman.

Oleh karena itu, Para guru harus pandai dan cerdas dalam memilih substansi apa yang ada di PR tersebut dan kuantitasnya yang sangat perlu diperhatikan.Beban yang diberikan terlalu banyak itu akan membuat peserta didik merasa tertekan dan bahkan membuat mereka merasa malas untuk mengerjakannya.Dan para guru pun seharusnya tahu bahwa peserta didik yang belajar dibawah tekanan itu tidak akan menghasilkan kualitas yang baik.Dalam arti disini bukan menghilangkan PR dari metode pengajaran guru, akan tetapi pemberian kuantitasnya yang sangat perlu diperhatikan.Seperti yang kita ketahui jika ingin menghasilkan sebuah sistem yang baik, pelaksanaan setiap komponen dalam sistem pun harus baik, harus sesuai dengan porsinya.

Selain Kuantitas dari PR itu, Kualitasnya pun juga menjadi salah satu yang penting. Seperti yang kita tahu tujuan dari diterapkannya metode PR ini adalah untuk membuat anak mengevaluasi pelajaran yang telah diberikan di sekolah, membuat peserta didik tidak hanya belajar di sekolah tetapi juga di rumah.Para guru juga harus pandai-pandai membuat PR, tidak hanya ‘asal’ memberikan pada peserta didik, namun harus memperhatikan kualitas dari isi PR tersebut. Sehingga tujuan dari PR itu dapat tercapai dengan baik.Peserta didik pun akan menganggap ini bukannlah sebuah beban. Namun sebuah bahan evaluasi yang memang pantas dikerjakan untuk menunjang proses belajar mereka.

Memang para guru sering mengatakan “jangan menjadikan PR itu sebagai beban kalian tetapi jadikanlah bahan motivasi kalian untuk belajar lebih giat di rumah”.Jika memang seperti itu, kami pun memahami bahwa PR merupakan sebuah bahan untuk evaluasi.Namun, sebaiknya para guru pun memahami dengan baik pemberian kuantitas dan kualitas PR pada peserta didiknya.Dengan pemberian kuantitas yang sesuai dan kualitas yang layak, saya yakin kualitas belajar peserta didik di rumahpun akan meningkat. Atau setidaknya peserta didik tidak menganggap PR adalah sebuah beban tetapi sebuah bahan evaluasi yang layak dan sesuai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun