Mohon tunggu...
nurhanifahrizky
nurhanifahrizky Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk menebar manfaat

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Review | Perahu Kertas dan Pelarian Rasa

22 Februari 2020   11:10 Diperbarui: 22 Februari 2020   11:18 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buku Perahu Kertas mengajarkan bagaimana melarikan dari rasa yang menyesakkan dada. Jika pada umumnya, orang yang patah hati akan menjadikan orang lain sebagai pelarian atas cinta yak tak bersambut, tapi tidak dengan karya Dee ini. 

Tokoh-tokoh dalam novel ini, melarikan rasa dan energi pada hal-hal yang positif. Mengabdikan diri pada sekolah rakyat, belajar dengan sungguh-sungguh dan cepat lulus. Fokus pada hal-hal yang meningkatkan kualitas diri.

Lantas saat waktu mempertemukan, mereka yang berhenti dari pelarian telah menjadi manusia-manusia yang lebih berkualitas. Meski rasa tetap sama. Meski rasa tak juga berlari meninggalkan pemiliknya. Tidak ada yang sia-sia dalam patah hati dalam buku ini. 

Bahkan patah hati membuat setiap tokoh menjadi lebih kuat dan dewasa. Kedewasaan berfikir dan bersikap dan tidak berlarut-larut dalam kegundahan hati merupakan poin yang saya soroti dari novel ini.

Walaupun fimnya sudah berkali-kali tayang. Tapi buku ini masih sangat recommended untuk dibaca. Roman muda-mudi yang sungguh tidak murahan dalam bercerita cinta. Membaca tentu punya rasa yang berbeda dengan menonton. 

Tapi ini hanya soal rasa, tidak ada yang lebih baik dari satu dan yang lain. Tapi bagaimana pun saya harap, yang belum baca, bacalah! Kau akan larut dalam cerita, tertawa, dan hal-hal menyesakkan dada. Tentang mimpi dan semua perjuangannya. Tentang rasa dan semua pelariannya.

Bukankah cerita dalam buku ini sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Kita sering memendam rasa, pada seseorang yang kita harapkan memiliki rasa yang sama. Membaca dan menerjemahkan semua bahasa tubuhnya, hingga meyakini bahwa rasa yang kita miliki pun dia rasakan juga. Angan-angan terajut indah. Hati terbuka, telah siap menyambut. 

Lalu, semua angan patah. Sebab dia memiliki orang lain disisinya. Sebagian harapan mereka hanya sebatas teman. Sialnya, teman sendiri yang mematahkan semua angan. Ingin menyampaikan rasa ini, tapi euforia mereka sudah berlebihan. Tapi apa pun, angan terlanjur patah. Maka menjadi pelarian adalah satu-satunya jalan tersisa.

Tidak mudah menemukan hal-hal lain sebagai pelarian, tapi tentu tidak akan sulit. Mungkin pada awalnya berlarilah pada apa pun. Hari-hari berikutnya pelarian lain akan berdatangan, silahkan pilih mana yang sesuai hati. 

Berlari dan berlari, kelak akan bertemu dengan pelari lain. Melarikan rasa sungguh berat dan sangat melelahkan. Tak apa sesekali berjalan pelan, lalu berhenti sejenak. Hingga suatu hari, pelarian ini tidak lagi menjadi pelarian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun