Mohon tunggu...
nurhanifahrizky
nurhanifahrizky Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk menebar manfaat

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Basa-basi Perantau Bukan Sekadar Basa-basi

14 Februari 2019   17:18 Diperbarui: 14 Februari 2019   19:16 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.



Basa basi memang sudah membudaya dimasyarakat kita. Apalagi masyarakat di pedesaan atau pinggir kota. Bahkan orang asing yang masuk desa saja diberi senyum ramah. 

Masyarakat perkotaan pun tak lepas dengan basa basi, meski banyak makna terselubung dibaliknya. Begitu juga dengan tulisan ini, diawali dengan basa basi sebelum masuk ke intinya. 

Basa basi tidak salah, namun menjadi pemecah belah jika dengan kata-kata yang salah. Banyak basa-basi yang bahkan meretakkan hubungan silaturahmi. 

Tentu pembaca sudah paham basa basi yang terkesan tidak berperasaan ini. Namun ada basa basi yang memang benar-benar dibutuhkan tanpa kita sadari. Apa itu? basa basi untuk para perantau.

Para perantau tentu tidak selalu tinggal bersama dengan sanak famili. Mahasiswa maupun pekerja yang tinggal indekos maupun apartemen misalnya. Tinggal sendiri, mau apa-apa dilakukan sendiri. Tentu beberapa di antaranya ada teman yang menemani, tapi akan ada saatnya kata sendiri benar-benar dirasakan sendiri. 

Orang yang setiap hari menyapa orang yang sama, seperti "selamat pagi", "baru pulang", "berangkat pagi ya" atau sapaan lainnya. Sapaan tersebut secara rutin akan berubah menjadi sapaan dengan kata "tumben". 

Sapaan dengan kata tumben ini tanpa kita sadari sudah mengandung perhatian. Artinya ada orang yang menyadari jadwal kita pergi dan pulang, maupun aktivitas kita lain. Ya basa basi yang memberikan perhatian.

Coba bayangkan jika suatu saat kita tidak keluar-keluar dari kamar kos atau apartemen. Teman-teman tidak ada yang mencari. Orang tua juga kebetulan tidak menghubungi dihari itu atau memang tidak setiap hari kita berkomunikasi dengan orangtua. 

Jika suatu saat memang sedang tidak ada urusan yang mendesak, maka kita bukanlah orang penting yang dinanti-nanti kehadirannya. Masa-masa ini akan hadir. 

Jika kondisi kita sakit, tentu kita masih bisa menghubungi teman terdekat untuk meminta bantuan. Namun hal terburuk adalah jika nyawa meninggalkan jasad. 

Kapan jasad akan disadari tak lagi bernyawa oleh orang sekitar? Sehari, dua hari? Bau mayat tentu akan menyeruak. Tentu bagi para penghuni sejawat kos, aroma jasad ini akan mudah tercium. Namun bagi yang tinggal di apartemen? Belum tentu. Maka dari itu basa-basi seyogyanya dibutuhkan tanpa memandang harta apalagi jabatan. 

Setidaknya dengan basa basi, orang-orang di sekitar kita akan mencari tahu jika ada kebiasaan yang tak biasa. Jangan sepele dengan basa basi, sebab basa basi bisa menjadi bukti terakhir yang akan menyatakan kita masih hidup di detik basa basi itu berlangsung. 

Sebab tidak ada yang tahu kapan nyawa meninggalkan jasad. Berbasa-basilah tanpa menyakiti. Berbasa-basilah sebagaimana manusia memanusiakan manusia. Semoga bermanfaat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun