Orangtua sering kali membandingkan pertumbuhan dan perkembangan anaknya dengan anak-anak seusianya. Kegiatan membandingkan ini sering kali menjadi beban tersendiri bagi orangtua yang merasa bahwa pertumbuhan anaknya lebih lambat dibandingkan dengan anak-anak lain. Disisi lain, orangtua dengan anak yang tumbuh kembangnya sudah baik menjadi berkurang perhatiannya akan tugas-tugas tumbuh kembang lain yang seharusnya dicapai anak sesuai usianya karena disebut-sebut sudah lebih baik dari anak-anak lain.
Tidak ada yang salah dengan kegiatan membanding-bandingkan tumbuh kembang anak yang satu dengan anak yang lain. Justru kegiatan ini perlu diberikan apresiasi karena orangtua sudah memiliki perhatian yang baik terhadap tumbuh kembang anaknya. Namun, apakah pertumbuhan dan perkembangan satu anak dapat dijadikan rujukan untuk anak yang lain? Tentu saja tidak, terlebih lagi jika anak tersebut berbeda usia, jumlah saudara, lingkungan, rumah, dan tingkat pendidikan orangtua.Â
Kita sebagai orangtua perlu lebih mencermati pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan usianya yang sudah terstandar secara ilmiah, bukan dari anak-anak tetangga kita.
Kegiatan membandingkan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan standar ilmiah yang ada dapat diistilahkan dengan deteksi dini tumbuh kembang anak.Â
Kenapa kita perlu melakukan deteksi dini tumbuh kembang pada anak? Bukankah anak akan tumbuh dan berkembang dengan sendirinya? Terkadang pertanyaan-pertanyaan seperti itu timbul apabila anak-anak terlihat sudah mampu melakukan tugas tumbuh kembangnya.Â
Bahkan apabila anak-anak belum mampu maka orangtua akan berusaha meyakinkan dalam dirinya bahwa suatu saat nanti anak akan mampu dengan sendirinya.
Kenapa kita perlu melakukan deteksi dini tumbuh kembang anak? Karena dengan deteksi dini tumbuh kembang anak, kita dapat mengetahui lebih dini dan dapat mencegah anak yang mengalami gangguan tumbuh kembang seperti tinggi badan dan berat badan yang tidak sesuai usia, stunting (tubuh pendek), gangguan bicara, gangguan emosional, gangguan kepribadian, bahkan kita dapat mengetahui lebih dini apakah anak memiliki gejala autis.Â
Adanya deteksi dini akan memudahkan kita mengenali masalah atau gangguan tumbuh kembang anak sejak awal dan penanggulangan sejak dini memiliki peluang lebih besar untuk mencapai tumbuh kembang anak yang normal sesuai usianya.
Anak yang tumbuh kembangnya tidak sesuai dengan umur, dalam artian tumbuh dan kembang dibawah usianya disebut mengalami masalah tumbuh kembang, dapat digolongkan dalam 2 kategori yaitu terlambat atau terganggu.Â
Keterlambatan tumbuh kembang merupakan masalah global yang dialami anak dengan usia kurang dari 5 tahun, khususnya di negara-negara berkembang. Anak-anak yang mengalami keterlambatan tumbuh kembang akan berdampak pada gangguan intelektual, yaitu kesulitan belajar saat memasuki usia sekolah dan berdampak sampai dewasa nanti.
Anak yang awalnya memiliki tumbuh kembang normal dapat mengalami keterlambatan tumbuh kembang, tentu saja hal ini disebabkan karena banyak faktor. Namun anak masih memiliki peluang untuk kembali tumbuh dan berkembang normal.Â
Begitu juga dengan anak yang mengalami gangguan tumbuh kembang, memiliki peluang untuk tumbuh dan berkembang dengan normal dengan adanya upaya-upaya stimulus pada anak dari orangtua, keluarga dan pemberi layanan kesehatan. Oleh karena itu, kita sebagai orangtua perlu memantau pertumbuhan dan perkembangan anak secara berkala.Â
Artinya tidak cukup hanya satu kali deteksi karena pertumbuhan dan perkembangan anak sangat cepat, yang apabila dilewatkan akan mempengaruhi produktivitas pada saat anak menjadi dewasa nanti.
Kapan atau setiap berapa kali sebaiknya kita melakukan deteksi dini terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak? Kementerian kesehatan menyebutkan bahwa pemantauan perkembangan dilakukan setiap 3 bulan pada anak usia 0 sampai 12 bulan, dan setiap 6 bulan pada anak usia 12 sampai 72 bulan.
American Academy of Pediatrics merekomendasikan untuk melakukan deteksi keterlambatan perkembangan anak pada umur 9, 18, dan 24 atau 30 bulan dengan menggunakan alat ukur yang sudah terstandar. Adapun alat ukur yang secara global banyak digunakan oleh tenaga kesehatan adalah Denver Developmental Screening Test, termasuk tenaga kesehatan di Indonesia.
Pemerintah melalui kementerian kesehatan menunjukkan keseriusannya dalam mempersiapkan anak-anak sebagai generasi penerus bangsa dengan mengeluarkan Permenkes Nomor 66 tahun 2014 tentang Pemantauan, Pertumbuhan, Perkembangan dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak.
 Adapun pengertian pertumbuhan menurut Permenkes tersebut adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.
 Sementara perkembangan menurut permenkes tersebut adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
Kementerian kesehatan pada tahun 2016 juga mengeluarkan buku panduan yang akan sangat membantu kita sebagai orangtua untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak melalui Buku Kesehatan Ibu dan Anak.Â
Buku panduan tersebut dikatakan sangat membantu karena isinya dapat dibilang lengkap terkait kesehatan ibu semenjak kehamilan dan kesehatan anak semenjak lahir, serta adanya pemeriksaan Stimulasi Intervensi Deteksi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) anak.Â
Buku Kesehatan Ibu dan Anak dapat di unduh secara gratis dan bahasa yang digunakan mudah dimengerti. Buku tersebut sebaiknya dibawa setiap kali kunjungan ke Puskesmas atau Posyandu, dan jangan pernah malu untuk bertanya pada petugas kesehatan.
Deteksi dini tumbuh kembang anak yang komprehensif akan sangat membantu dalam keberhasilan intervensi oleh petugas kesehatan. Pemantauan tumbuh kembang dan pelaksanaan intervensinya membutuhkan peran dari ayah dan ibu.Â
Ayah memiliki peran penting yang selama ini seringkali diabaikan sebab kita beranggapan bahwa ibu sudah melengkapi semua kebutuhan anak.Â
Stimulasi pertumbuhan dan perkembangan yang diberikan oleh Ayah dan Ibu akan diterima anak dengan respon yang berbeda karena itu keduanya perlu saling mendukung untuk memberikan pola asuh yang terbaik pada anak.Â
Anak hanya memiliki satu kesempatan untuk tumbuh dan berkembang, jangan sampi kita sebagai orangtua kehilangan kesempatan itu. Sebab usia tidak dapat diputar mundur, maka upaya pengasuhan kita dorong maju bersama ayah dan ibu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H