Mohon tunggu...
NUR HANIFAH
NUR HANIFAH Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Penerbitan (Jurnalistik) di Politeknik Negeri Jakarta

Mahasiswa semester 4 jurusan Penerbitan (Jurnalistik) di Politeknik Negeri Jakarta dengan minat yang kuat dalam bidang media kreatif dan penyiaran. Selama berkuliah memiliki pengalaman meliput berita dan mengolah hasil peliputan. Memiliki kemampuan dalam penulisan berita, membuat video, dan menguasai aplikasi edit video. Sangat senang berlajar hal yang baru, berkomunikasi yang efektif, serta menjalin hubungan dan kerja sama yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Dampak Komentar Negatif di TikTok terhadap Kesehatan Mental

2 Juli 2024   19:06 Diperbarui: 2 Juli 2024   19:07 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era digital ini, TikTok telah menjadi platform media sosial yang digemari banyak orang, terutama remaja. Platform ini menawarkan berbagai konten video singkat yang menarik dan menghibur. Namun, dibalik popularitasnya, TikTok juga menyimpan sisi gelap yang dapat mempengaruhi kesehatan mental penggunanya, terutama melalui komentar negatif yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pengalaman menggunakan platform ini.

Komentar negatif, bagaikan pisau bermata dua, dapat menjadi pujian yang membangun atau kritik yang menjatuhkan. Ketika komentar negatif dilontarkan tanpa empati dan tanggung jawab, ia dapat menjelma menjadi luka emosional yang menggerogoti kesehatan mental penggunanya. Dampaknya tak hanya sebatas rasa sakit hati, tetapi juga dapat memicu berbagai masalah kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, bahkan citra diri yang buruk.

Remaja, dengan fase perkembangan yang masih labil dan rentan terhadap pengaruh eksternal, menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dampak negatif komentar ini. Rasa ingin diterima dan diakui oleh teman sebaya mendorong mereka untuk mencari validasi di media sosial. Ketika komentar negatif datang, mereka dapat merasa dihakimi, tidak diterima, dan bahkan kehilangan harga diri. Ketidakstabilan emosional yang dihasilkan dari komentar negatif ini sering kali membuat remaja merasa rendah diri dan tertekan.

Popularitas influencer dan konten kreator TikTok tak luput dari komentar negatif. Komentar-komentar ini, yang sering kali dilontarkan tanpa empati dan tanggung jawab, dapat menjadi luka emosional yang menggerogoti kesehatan mental mereka. Dampaknya tak hanya sebatas rasa sakit hati, tetapi juga dapat memicu kecemasan, depresi, bahkan citra diri yang buruk.

Banyak influencer merasa tertekan untuk selalu tampil sempurna, yang dapat mengakibatkan burnout dan gangguan kesehatan mental lainnya. Misalnya, Rachel Vennya, seorang selebgram terkenal, mendapatkan beragam komentar negatif yang menyudutkannya lantaran ia ketahuan kabur saat karantina padahal posisi Covid-19 sedang naik di Indonesia. Akibatnya, ia harus menonaktifkan akunnya, menutup kolom komentar di berbagai media sosial, dan menghilang dari masyarakat dalam jangka waktu yang cukup lama.

Influencer dan konten kreator TikTok seringkali menciptakan tekanan sosial yang besar untuk tampil sempurna dan mendapatkan pengakuan dalam bentuk like dan followers. Komentar negatif atau kurangnya pengakuan bisa membuat pengguna merasa tidak dihargai atau tidak kompeten, yang dapat memicu kecemasan dan depresi. Pengguna seringkali membandingkan diri mereka dengan orang lain yang tampaknya memiliki kehidupan yang lebih baik atau lebih menarik, yang dapat menimbulkan perasaan rendah diri.

Komentar negatif tentang penampilan fisik, atau body shaming, menjadi umum di TikTok. Hal ini dapat menghancurkan rasa percaya diri dan harga diri pengguna, terutama remaja yang masih dalam tahap perkembangan identitas diri. Pengguna yang merasa tidak bisa mencapai standar kecantikan yang sering kali ditampilkan di TikTok mungkin mengalami penurunan citra diri, yang dapat memicu gangguan makan dan masalah kesehatan mental lainnya.

TikTok juga dapat menjadi platform di mana perundungan siber terjadi. Komentar negatif, ancaman, dan pelecehan verbal dapat menyebabkan stres emosional yang signifikan, mengganggu kesehatan mental pengguna, dan bahkan mengarah pada pemikiran atau tindakan bunuh diri. Cyberbullying juga dapat menyebabkan pengucilan sosial, di mana korban merasa terisolasi dan sendirian. Isolasi sosial ini dapat memperburuk kondisi mental korban, menambah beban emosional dan psikologis yang harus mereka tanggung.

Dampak negatif dari TikTok ini mengingatkan kita bahwa, meskipun teknologi dan media sosial dapat menjadi alat yang kuat untuk hiburan dan ekspresi diri, penting untuk menggunakannya dengan bijak dan bertanggung jawab. Empati, kesadaran diri, dan dukungan dari lingkungan sekitar adalah kunci untuk menjaga kesehatan mental di tengah era digital yang terus berkembang ini. Penting bagi pengguna untuk mengenali tanda-tanda gangguan kesehatan mental dan mencari bantuan profesional jika diperlukan.

Komentar negatif yang berlebihan di media sosial, termasuk TikTok, dapat merusak kesehatan mental seseorang secara signifikan. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita semua untuk menggunakan kata-kata dengan bijak dan penuh empati. Hindarilah memberikan komentar buruk yang tidak perlu, dan sebaliknya, cobalah untuk memberikan dukungan dan dorongan positif kepada sesama pengguna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun