Mohon tunggu...
Hasna Nurhaliza
Hasna Nurhaliza Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

-

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Transformasi Makna Lebaran

11 Mei 2022   14:20 Diperbarui: 11 Mei 2022   14:27 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Momen lebaran atau Idulfitri menjadi salah satu hal yang sangat dinantikan oleh umat muslim di seluruh penjuru dunia. Hari raya yang jatuh pada tanggal 1 Syawal tersebut menandakan keberhasilan umat muslim setelah menjalani ibadah puasa selama bulan Ramadan. Banyak tradisi yang identik dengan lebaran, mulai dari ziarah, mudik, halalbihalal, hingga makanan khas yang melengkapi hangatnya momen tersebut.

Pernahkah anda merasa bahwa makna lebaran ternyata dapat berubah seiring dengan pertambahan usia atau kedewasaan kita? Setidaknya itulah yang terlintas di benak saya saat ini. Meskipun banyak tradisi lebaran yang tetap dilakukan di setiap tahunnya, beberapa hal terasa lebih berkesan pada momen perayaan tertentu.

Ketika kita masih anak-anak, mungkin lebaran dimaknai sebagai ajang memamerkan baju baru. Seperti yang kita ketahui, salah satu tradisi yang kental saat perayaan lebaran adalah membeli baju baru. Bagi anak-anak, baju baru dapat dianggap sebagai hadiah atas perjuangan berpuasa selama sebulan penuh. Selan itu, membeli baju lebaran dapat dijadikan motivasi agar anak-anak semangat menjalani ibadah puasa di tahun-tahun berikutnya.

Setelah beranjak remaja, hal yang paling ditunggu-tunggu saat lebaran tidak lain adalah tradisi membagikan THR. Pada fase ini, lebaran dimaknai sebagai momen mengumpulkan uang. Kegembiraan terpancar dari raut wajah anak-anak dan remaja yang mendapat uang dari para kerabatnya. Rasa bangga pun muncul karena mereka dapat mengumpulkan uang dari hasil perjuangan diri sendiri setelah berhasil menjalankan ibadah puasa secara penuh.  

Lain halnya ketika kita menginjak usia dewasa, salah satu momen yang terasa berharga saat hari raya adalah tradisi berkumpul bersama keluarga. Kerabat dekat maupun jauh yang sudah lama tidak berjumpa akhirnya dapat bercengkerama kembali. 

Kesempatan ini mungkin jarang ditemui ketika kita sudah tenggelam dalam kesibukan masing-masing. Saat tradisi membeli baju atau pun mendapat uang THR sudah bukan menjadi hal yang istimewa lagi, momen sesederhana berkumpul bersama sanak saudara terasa mahal untuk diwujudkan. Lebaran menjadi lebih berarti ketika kita dapat bersilaturahmi dengan orang-orang di sekitar.

Makna lebaran tentunya beragam menurut pandangan setiap orang. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti contoh transformasi makna diatas yang diambil berdasarkan perubahan fase kedewasaan seseorang. Mungkin bagi pihak yang masih memiliki keluarga lengkap, lebaran dapat dimaknai secara berbeda jika dibandingkan dengan pihak yang telah kehilangan anggota keluarganya. 

Bagi orang yang tinggal di kampung halaman, makna lebaran dapat berbeda pula jika dibandingkan dengan orang yang merantau.

Apapun makna yang dirasakan, lebaran akan menjadi momen yang selalu dirindukan oleh setiap umat muslim di dunia. Dan yang paling utama, Hari Raya Idulfitri menjadi titik awal untuk menyucikan hati dan diri guna menjadi pribadi yang lebih baik di kemudian hari.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun