Mohon tunggu...
Nurhalismah
Nurhalismah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi saya renang,hiking, healing

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Empati dari Martin Hoffman

20 Januari 2025   00:00 Diperbarui: 20 Januari 2025   00:00 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori Empati dari Martin Hoffman

1. Pengantar Teori Empati
Martin Hoffman adalah seorang psikolog yang terkenal dengan teorinya tentang empati. Hoffman mendefinisikan empati sebagai kemampuan untuk merasakan dan memahami emosi orang lain. Teori Hoffman menekankan bahwa empati bukan hanya proses afektif, tetapi juga memiliki komponen kognitif. Empati memainkan peran penting dalam perkembangan moral dan sosial individu, serta dalam membangun hubungan yang sehat dan mendukung.

2. Tahap-Tahap Perkembangan Empati
Hoffman mengemukakan bahwa empati berkembang melalui serangkaian tahap yang berbeda seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan individu. Berikut adalah tahapan-tahapan tersebut:

*Tahap Empati Global (Usia 0-1 Tahun)
Pada tahap ini, bayi merespons secara refleks terhadap ketidaknyamanan atau stres orang lain. Misalnya, bayi mungkin menangis ketika mendengar bayi lain menangis. Respons ini belum menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang perasaan orang lain, tetapi lebih merupakan reaksi emosional yang global dan belum terfokus.

*Tahap Empati Egosenris (Usia 1-2 Tahun)
Pada tahap ini, anak mulai menyadari bahwa orang lain adalah individu yang terpisah dengan emosi mereka sendiri. Namun, anak masih cenderung merespons empati dengan cara yang egosentris. Misalnya, ketika melihat orang lain sedih, anak mungkin memberikan mainan favorit mereka sebagai bentuk penghiburan, karena mereka berpikir bahwa apa yang membuat mereka bahagia juga akan membuat orang lain bahagia.

*Tahap Empati Quasi-Egosenris (Usia 2-3 Tahun)
Pada tahap ini, anak mulai memahami bahwa perasaan orang lain mungkin berbeda dari perasaan mereka sendiri. Mereka mulai menunjukkan respons empatik yang lebih sesuai dengan kebutuhan orang lain, meskipun pemahaman mereka masih terbatas. Misalnya, anak mungkin menawarkan pelukan atau dukungan ketika melihat orang lain sedih.

*Tahap Empati untuk Perasaan Orang Lain (Usia 3-5 Tahun)**
Anak-anak pada tahap ini mulai memiliki pemahaman yang lebih baik tentang perasaan orang lain dan menunjukkan respons empatik yang lebih tepat. Mereka mulai memahami bahwa perasaan orang lain bisa disebabkan oleh berbagai situasi dan tidak selalu sama dengan perasaan mereka sendiri. Empati pada tahap ini mulai melibatkan proses kognitif yang lebih kompleks.

*Tahap Empati untuk Keadaan Hidup Orang Lain (Usia 6-12 Tahun)**
Pada tahap ini, anak-anak mulai menunjukkan empati yang lebih mendalam dan melibatkan pemahaman tentang keadaan hidup dan situasi orang lain. Mereka mulai memahami bahwa perasaan orang lain dapat dipengaruhi oleh pengalaman dan latar belakang yang berbeda. Empati pada tahap ini mencakup kemampuan untuk merespons perasaan orang lain secara lebih tepat dan mendukung.

*Tahap Empati untuk Penderitaan Universal (Usia 12 Tahun ke Atas)**
Pada tahap ini, remaja dan dewasa muda mulai menunjukkan empati yang lebih luas dan universal. Mereka mulai merespons penderitaan orang-orang yang berada di luar lingkaran sosial mereka, termasuk orang-orang yang mereka tidak kenal secara pribadi. Empati pada tahap ini mencakup pemahaman tentang isu-isu global dan keadilan sosial, serta kemampuan untuk merespons penderitaan manusia secara lebih luas.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Empati
Hoffman juga mengidentifikasi beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan empati, termasuk:

- Pengalaman Pribadi:Pengalaman pribadi, terutama pengalaman yang melibatkan penderitaan atau ketidakadilan, dapat meningkatkan kemampuan individu untuk merasakan dan memahami penderitaan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun