Abstrak
 Penggunaan ganja sebagai bahan medis sudah dimulai sejak zaman dahulu yang dibuktikan dengan catatan -- catatan pengobatan dari China, India, dan bahkan pada zaman Mesopotamia. Ganja bisa digunakan untuk obat atau terapi karena mengandung komponen fitokimia yang aktif secara farmakologi yang dapat menjadi obat untuk anoreksia, nyeri kronis, spastisitas otot, mual, gangguan saraf, gangguan tidur, dll. Namun, disisi lain, ganja mengandung senyawa cannabinoid yang terdiri dari senyawa lain seperti tetrahydrocannabinol yang bersifat psikoaktif (memengaruhi psikis dan menyebabkan ketergantungan).
Pendahuluan
 Ganja medis (Cannabis sativa) adalah tanaman tahunan yang diserbukan oleh angin. Tanaman ini diasumsikan telah berevolusi dari wilayah Mongolia dan Siberia. Tanaman ini memiliki filosofi yang dikaitkan dengan Weda dan dianggap sebagai salah satu dari 5 tanaman suci yang berkaitan dengan kebahagiaan dan kepuasan. Secara historis, penggunaan tanaman dapat ditemukan selama 6000 SM. Penggunaan ganja terus berlangsung dari waktu ke waktu, mulai dari obat, rokok, dsb.
 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa fitokimia yang ada pada tanaman ini memainkan peran penting dalam pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit. Bagaikan pisau bermata dua, ganja medis memiliki manfaat dan bahaya tergantung penggunaannya. Maka dari itu, petugas kesehatan harus selalu mengikuti informasi terkini yang berkaitan dengan hal ini. Walaupun sangat penting untuk mengetahui manfaat yang dapat ditunjukkan ganja medis saat dihadapkan dengan penyakit yang tepat, namun, tidak ada cukup bukti dalam indikasi ini.Â
PembahasanÂ
 Ganja merupakan memiliki senyawa yang beragam seperti kanabinoid, alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid, asam lemak, asam amino, dll. Ganja medis memiliki sejarah yang menarik karena dikonsumsi untuk pengobatan atau hanya sekedar rekreasi. Penelitian yang sedang berlangsung menghasilkan sebuah temuan mengenai proses kimia ganja medis dengan senyawa kanabinoid, yang memengaruhi fungsi tubuh. Kanabinoid kerap kali dikaitkan dengan berbagai tindakan di otak, seperti menghambat pembelajaran dan penyimpanan informasi.Â
 Ada banyak efek yang ditimbulkan dari penggunaan ganja medis, seperti antinosepsi, ketidaknyamanan saat berkonsentrasi, peningkatan persepsi indra, takikardia, penekanan mual, gangguan berpikir, gangguan dalam keterampilan lokomotif dan kognitif. Gangguan lain seperti disosiatif dan serangan panik dikelompokkan sebagai efek samping dari penggunaan ganja. Efek samping ini biasanya terjadi pada orang muda, yang selanjutnya mengarah pada perkembangan sindrom motivasi dalam dirinya. Konsumsi ganja tidak hanya terbatas pada masalah medis, tetapi juga memengaruhi kehidupan sosial seseorang. Ini menghambat kinerja individu dalam bidang akademis dan pekerjaan, membuat orang tersebut lebih tertarik untuk mengurung dirinya dan mengisolasi dirinya dari dunia luar.Â
 Dalam penggunaannya, ganja juga memiliki efek terhadap organ jantung. Ini dikarenakan senyawa kanabinoid mampu meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. ganja juga menyebabkan melemahnya kontraksi pada otot jantung, yang nantinya akan berdampak pada nyeri dada karena kadar oksigen yang tidak sesuai mencapai jantung. Penggunaan dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada sistem peredaran darah. Penggunaan jangka dalam jangka panjang juga dapat memengaruhi fungsi hati. Orang yang memiliki hepatitis C dilarang mengonsumsi ganja karena dapat meningkatkan risiko fibrosis hati dan bahkan dapat menyebabkan luka pada jaringan hati. Masalah lain seperti pembesaran hati dan hepatomegali juga disebabkan karena penggunaan ganja.Â
 Penggunaan ganja juga memiliki dampak buruk terhadap memori dan fungsi kognisi. Sebuah laporan telah disurvei bahwa ganja ditemukan dapat menyebabkan mabuk. Hal ini berpengaruh pada kinerja fungsi spasial. Studi lain menyatakan bahwa penggunaan ganja dapat menyebabkan mutilasi memori jangka pendek.Â
Kesimpulan