Lingkungan komunitas, seperti tempat tinggal dan organisasi sosial, juga memengaruhi perkembangan sosial emosional. Anak-anak yang tumbuh di komunitas yang mendukung cenderung merasa lebih aman dan memiliki akses ke model peran positif. Sebaliknya, komunitas yang penuh kekerasan atau minim sumber daya dapat memengaruhi anak secara negatif, seperti meningkatkan stres dan rasa tidak aman.
Selain itu, media juga berperan besar. Tayangan televisi, media sosial, dan permainan video dapat memengaruhi cara individu melihat dunia, mengekspresikan emosi, dan berinteraksi dengan orang lain. Konten yang positif dapat memperkuat nilai-nilai sosial, sedangkan konten yang merusak, seperti kekerasan atau perilaku antisosial, dapat memberikan dampak negatif.
Pengaruh Budaya dalam Perkembangan Sosial Emosional
Budaya membentuk cara individu memahami, mengekspresikan, dan mengelola emosi, serta membangun hubungan sosial. Nilai, norma, dan praktik budaya yang diajarkan sejak kecil memengaruhi perkembangan sosial emosional individu.
1. Ekspresi Emosi.
Budaya menentukan bagaimana emosi diekspresikan dalam interaksi sosial. Misalnya, budaya Barat cenderung mendorong individu untuk mengekspresikan emosi secara langsung, sedangkan budaya Timur lebih menekankan pengendalian emosi demi menjaga harmoni sosial. Anak-anak belajar dari lingkungan budaya mereka bagaimana seharusnya mereka bereaksi terhadap situasi tertentu.
2. Nilai Kolektivisme vs. Individualisme.
Budaya kolektivistik, seperti budaya Asia dan Afrika, menekankan pentingnya hubungan sosial, kerja sama, dan kepentingan kelompok di atas individu. Dalam budaya ini, perkembangan sosial emosional berfokus pada membangun hubungan yang harmonis dan menghormati norma kelompok.
Sebaliknya, budaya individualistik, seperti budaya Barat, menekankan kemandirian, otonomi, dan pencapaian individu. Anak-anak dari budaya ini cenderung diajarkan untuk mengutamakan ekspresi diri dan pencapaian pribadi.
3. Peran Gender dalam Budaya.
Banyak budaya memiliki norma gender yang membedakan cara laki-laki dan perempuan mengekspresikan emosi dan berinteraksi sosial. Sebagai contoh, di beberapa budaya, laki-laki diajarkan untuk menahan emosi seperti kesedihan, sementara perempuan didorong untuk lebih ekspresif secara emosional. Norma-norma ini memengaruhi cara individu memahami dan mengelola emosi mereka sepanjang hidup.