Mohon tunggu...
Nurhaidah
Nurhaidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/mahasiswa universitas Muhammadiyah Mataram

Nama saya Nurhaidah Asal Dompu Sekolah di universitas Muhammadiyah Mataram jurusan pendidikan guru sekolah dasar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran lingkungan dan budaya dalam perkembangan sosial emosional

19 Januari 2025   16:38 Diperbarui: 19 Januari 2025   16:38 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lingkungan komunitas, seperti tempat tinggal dan organisasi sosial, juga memengaruhi perkembangan sosial emosional. Anak-anak yang tumbuh di komunitas yang mendukung cenderung merasa lebih aman dan memiliki akses ke model peran positif. Sebaliknya, komunitas yang penuh kekerasan atau minim sumber daya dapat memengaruhi anak secara negatif, seperti meningkatkan stres dan rasa tidak aman.

Selain itu, media juga berperan besar. Tayangan televisi, media sosial, dan permainan video dapat memengaruhi cara individu melihat dunia, mengekspresikan emosi, dan berinteraksi dengan orang lain. Konten yang positif dapat memperkuat nilai-nilai sosial, sedangkan konten yang merusak, seperti kekerasan atau perilaku antisosial, dapat memberikan dampak negatif.

Pengaruh Budaya dalam Perkembangan Sosial Emosional

Budaya membentuk cara individu memahami, mengekspresikan, dan mengelola emosi, serta membangun hubungan sosial. Nilai, norma, dan praktik budaya yang diajarkan sejak kecil memengaruhi perkembangan sosial emosional individu.

1. Ekspresi Emosi.

Budaya menentukan bagaimana emosi diekspresikan dalam interaksi sosial. Misalnya, budaya Barat cenderung mendorong individu untuk mengekspresikan emosi secara langsung, sedangkan budaya Timur lebih menekankan pengendalian emosi demi menjaga harmoni sosial. Anak-anak belajar dari lingkungan budaya mereka bagaimana seharusnya mereka bereaksi terhadap situasi tertentu.

2. Nilai Kolektivisme vs. Individualisme.

Budaya kolektivistik, seperti budaya Asia dan Afrika, menekankan pentingnya hubungan sosial, kerja sama, dan kepentingan kelompok di atas individu. Dalam budaya ini, perkembangan sosial emosional berfokus pada membangun hubungan yang harmonis dan menghormati norma kelompok.

Sebaliknya, budaya individualistik, seperti budaya Barat, menekankan kemandirian, otonomi, dan pencapaian individu. Anak-anak dari budaya ini cenderung diajarkan untuk mengutamakan ekspresi diri dan pencapaian pribadi.

3. Peran Gender dalam Budaya.

Banyak budaya memiliki norma gender yang membedakan cara laki-laki dan perempuan mengekspresikan emosi dan berinteraksi sosial. Sebagai contoh, di beberapa budaya, laki-laki diajarkan untuk menahan emosi seperti kesedihan, sementara perempuan didorong untuk lebih ekspresif secara emosional. Norma-norma ini memengaruhi cara individu memahami dan mengelola emosi mereka sepanjang hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun