Mohon tunggu...
nurhadi sucahyo
nurhadi sucahyo Mohon Tunggu... Jurnalis - Membaca, Mendengar, Melihat, Menulis

Mulai dari Nol

Selanjutnya

Tutup

Film

Kalkulasi Soal Jodoh dan Film Lama Serendipity

22 Februari 2022   09:00 Diperbarui: 22 Februari 2022   09:12 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Serendipity (2001), kita bisa memandang takdir wabilkhusus soal jodoh, dalam kacamata lebih ringan.


Seorang pria, Jonathan Trager (John Cusack) berebut kaus tangan diskon dengan Sara Thomas (Kate Beckinsale) di Bloomingdale's. Keduanya lalu ngobrol (klasik dan khas). Alkisah, Sara adalah perempuan yang percaya takdir. Dia yakin, bahwa jika memang keduanya ditakdirkan berjodoh, sebuah mekanisme alam akan mempertemukan kembali.


John menulis nomor kontak di selembar uang dollar, yang kemudian dipakai Sara membayar di sebuah kios. Sara menulis nomornya di lembar buku Love in the Time of Cholera karya  Gabriel Garca Mrquez. Jika memang jodoh, uang dan buku itu, entah bagaimana, akan kembali pada keduanya.


Uniknya, persoalan jodoh itu justru menguat di hari-hari menjelang keduanya menikah, dengan pilihan masing-masing. Bertahun-tahun setelah perpisahan mereka.  


Sara tak sengaja menemukan uang itu di dompet milik temannya. Sedang John menerima hadiah buku dari calon istrinya. Buku bekas dimana Sara menulis nomor teleponnya.


Keduanya tak jadi menikah dengan calon masing-masing. Lalu sebuah mekanisme alam, mempertemukan keduanya di arena ice skating. John yang sedang duduk di tengah lapangan, kejatuhan satu sisi kaos tangan yang dilemparkan Sara.


                                                 ***


Sekilas, soal jodoh ini jadi tak adil. John dan Sara sudah melewati sekian tahun bersama calon masing-masing, bahkan akan menikah dalam hitungan hari. Mengapa mekanisme alam yang sulit dijelaskan logikanya itu, kemudian terjadi dan mempertemukan keduanya? (Film kadang nggak harus logis)


Tapi, ya begitulah jodoh. Ada yang menghabiskan enam, tujuh, sembilan tahun untuk pacaran tapi tak jadi ke pelaminan. Ada yang hanya dikenalkan teman, dua bulan kemudian sudah mencetak undangan pernikahan.


Jadi, yakin saja, lelaki atau perempuan yang tinggal serumah dengan Anda dalam ikatan perkawinan sampai saat ini, adalah memang jodoh yang ditetapkan takdir tadi. Terima, pahami, dan syukuri.


Waktu masih pacaran, kebanyakan bertanya dalam hati: Kok bisa ya, aku dapet orang ini. Tapi nadanya penuh bunga, penuh senyum bahagia. Seolah tak percaya Tuhan mengirimkan dirinya, pada kita yang tak pantas menerima.


Lima tahun setelah menikah, kalimat dalam hati itu masih sama: Kok bisa ya, aku dapet orang ini. Dengan nada sedih, penuh pertanyaan kepada Tuhan, kenapa harus dia? Kenapaaa....


Jangan khawatir, tak seperti kisah dongeng di buku, begitulah kehidupan. Barangkali, sebagai penghibur saja, mayoritas pasangan menikah mengalami hal serupa.


Itulah takdir yang mengikat jodoh.


Ada yang selisih umurnya begitu jauh, sampai kalau orang lihat serentak bergumam dalam hati: seperti embah dan cucunya. Atau yang "kualitas" wajahnya seperti Jakarta ke Surabaya alias jauh. Di mall diomongin orang : sopir lagi nganter majikan.


Tapi mereka berjodoh. Mau apa lagi...


Jadi, yakin saja soal mekanisme alam yang disebut takdir ini.


Jika ada seseorang, yang berbagi halaman buku nikah dan malam ini tidur seranjang, yakini saja itu jodoh kita. Pandang wajahnya, dengar dengkurannya, lap ilernya.


Anda punya pilihan untuk mengucapkan kalimat : Kok bisa ya, aku dapet orang ini... dengan nada bahagia atau sedih.


Tapi bagaimanapun, dia jodoh. Tak perlu bergumam: Entah mengapa.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun