Waktu masih pacaran, kebanyakan bertanya dalam hati: Kok bisa ya, aku dapet orang ini. Tapi nadanya penuh bunga, penuh senyum bahagia. Seolah tak percaya Tuhan mengirimkan dirinya, pada kita yang tak pantas menerima.
Lima tahun setelah menikah, kalimat dalam hati itu masih sama: Kok bisa ya, aku dapet orang ini. Dengan nada sedih, penuh pertanyaan kepada Tuhan, kenapa harus dia? Kenapaaa....
Jangan khawatir, tak seperti kisah dongeng di buku, begitulah kehidupan. Barangkali, sebagai penghibur saja, mayoritas pasangan menikah mengalami hal serupa.
Itulah takdir yang mengikat jodoh.
Ada yang selisih umurnya begitu jauh, sampai kalau orang lihat serentak bergumam dalam hati: seperti embah dan cucunya. Atau yang "kualitas" wajahnya seperti Jakarta ke Surabaya alias jauh. Di mall diomongin orang : sopir lagi nganter majikan.
Tapi mereka berjodoh. Mau apa lagi...
Jadi, yakin saja soal mekanisme alam yang disebut takdir ini.
Jika ada seseorang, yang berbagi halaman buku nikah dan malam ini tidur seranjang, yakini saja itu jodoh kita. Pandang wajahnya, dengar dengkurannya, lap ilernya.
Anda punya pilihan untuk mengucapkan kalimat : Kok bisa ya, aku dapet orang ini... dengan nada bahagia atau sedih.
Tapi bagaimanapun, dia jodoh. Tak perlu bergumam: Entah mengapa.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H