Mohon tunggu...
Dedi Nurhadiat
Dedi Nurhadiat Mohon Tunggu... Dosen - Wiraswasta

Penulis, konten kreator, konsultan pendidikan, dan Pelukis.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Berani Memulai

7 Juli 2024   08:40 Diperbarui: 7 Juli 2024   09:15 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konten Youtube tentang COB (Gambar koleksi pribadi)

Musuh utama individu yang bercita-cita tinggi dan mulia adalah "menunda untuk memulai." Seorang kreator pemula pada umumnya ingin menyuguhkan karya yang terbaik tanpa cacat. Padahal tidak ada manusia sempurna. Mengapa niat baik itu  terus ditunda-tunda? Apa latar belakang menunda suatu pekerjaan? Bagaimana agar segera berani memulai? 

Misalnya  seseorang yang termotivasi untuk menjadi individu yang kreatif dalam membuat konten kreatif.  Langkahnya akar terhenti ketika  disuguhkan sebuah pertanyaan dalam dirinya. Prasangka buruk akan menyelimutinya dan melahirkan sebuah  "ketakutan." Takut jelek, takut salah, takut menyinggung orang, takut di kritik, takut terlihat bodoh, dan sebagainya. 

Konten youtube  dibawah ini, berbicara tentang Voice Of Baceprot yang berhasil pentas di Festival bergengsi di Inggis. Ini bukan karya terbaik tapi begitu tayang 3 jam  langsung ditonton lebih dari 600 orang. Sementara konten yang sama  di upload sehari sebelumnya sudah diatas 7.400  penonton. Ini pertanda mendapat apresiasi dari netizen ?


Sebelum di upload ke youtube pasti ada kecemasan, takut kena $ kuning atau $ merah, atau monetisasinya takut kena bened. Tapi karena sudah memiliki pelampung penyelamatan, rasa takut itu hilang. Apa itu pelampung penyelamat itu? Jawabnya sebuah solusi untuk mengatasi masalah.

Melawan rasa ketakutan berenang di kolam, kunci untuk mengatasi itu, adalah menceburkan diri dengan menggunakan pelampung. Jika seorang ingin berenang tapi terlalu banyak pertimbangan dan ketakutan seperti takut tenggelam, takut kedinginan, takut meninggal dst. Maka ujungnya menunda-nunda. Ketika ada bisikan dalam dirinya "Kan ada pelampung?" Maka segeralah melompat ke air.

Ternyata para penulis pemula dan para pembuat konten kreatif itu, sering dibanjiri kritik pedas dari para heters. Dan mereka pengkritik itu, kadang terasa mengolok-ngolok karya kreator. Sebenarnya kritikus yang pedas itu, rata-rata datang dari orang yang tidak punya karya. Untuk menunjukan dirinya lebih hebat dari pembuat karya itu, yang paling mudah adalah mdngkritik di depan publik. Tapi kritikan mereka itu kalau kita apresiasi sangat besar manfaatnya. Maka ucapkanlah kata "Terima Kasih." Karena orang tersebut telah menilai atau menonton karya yang kita buat.

Apakah masih takut memulai ? Carilah pelampung  agar tidak tenggelam. Pelampung bagi penulis dan kreator untuk menyelamatkan dirinya , adalah"Kerendahan hati."  Seperti ucapan "Terima kasih, semoga karya  nanti bisa lebih baik." Insyaallah akan mendapat simpatik berkat pelampung yang kita miliki(WG)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun