Bagaimana mungkin saya masih ingat pelajaran ini? Sementara dalam pekerjaan sehari-hari, saya sama sekali tidak menggunakannya. Untuk itulah keberadaan internet saya manfaatkan untuk lebih dekat dengan anak saya. Biarkan kita tampil "bodoh" apa adanya. Dengan begitu, kita punya alasan untuk berdekat-dekat dengan anak, mencari tahunya lewat internet.
Jadi, apa yang tidak ada pada Google, ada pada kita. Kehangatan! Hubungan dengan anak yang tadinya hanya rutinitas sambil lalu, kini bisa direcovery kembali. Aktivitas menjelajah internet bersama ananda, untuk mencari tahu cara penyelesaian tugas daringnya, adalah kemesraan tersendiri.
Tentunya kita semua tidak menghendaki angka depresi anak saat daring menaik bukan? Seperti terlihat pada survei UNICEF dengan responden sekitar 1000-1200 orang, ternyata 200-300 di antaranya mengalami kekerasan ketika menjalani pembelajaran secara daring. Na'udzubillahi min dzaalik.
Maka, mari kita menjadi orang tua yang senantiasa memberikan kenyamanan pada anak anak kita. Biarkan kita terlihat bodoh di depan Google, yang terpenting tidak terlihat acuh terhadap anak kita. Keberadaan teknologi di gajet kita, harus kita berdayakan semaksimal mungkin untuk menjalin kehangatan dalam proses membersamai belajar secara daring ananda.
Jujur saja, sebelum pandemi ini melanda, saya kurang dekat dengan anak-anak.
Terima kasih Google. Terima kasih corona, eh!
Salam daring,
Nurhadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H