Mohon tunggu...
Nur Fitri Nawandari
Nur Fitri Nawandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Anak di Masa Pandemi Covid-19

3 Desember 2021   17:03 Diperbarui: 3 Desember 2021   17:34 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam upaya mewujudkan amanat Undang Undang Dasar 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan pendidikan sebagai aspek fundamental dalam kehidupan, maka pendidikan tentunya harus dilaksanakan sejak sedini dan sebaik mungkin. 

Sehingga dapat disimpulkan keberlangsungan pendidikan tidak dapat dikesampingkan. Bahkan disaat dunia dihebohkan dengan adanya Pandemi Corona Virus Disease 2019 yang masih berlangsung hingga saat ini. Pendidikan menjadi pekerjaan rumah besar pemerintah untuk tetap dijalankan. 

Pendidikan menjadi hal krusial yang terancam keberlangsungannya dimasa pandemi Covid-19 ini. Sehingga pemerintah dengan segala sumberdayanya berupaya agar pendidikan dapat tetap dipertahankan dalam kondisi genting sekalipun dimana kesehatan menjadi prioritas utama. 

Bukan hal mudah mengingat hampir seluruh sumberdaya, anggaran, hingga fokus pemerintah teralihkan untuk penanganan pandemi Covid-19 khusunya Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Selanjutnya karena pendidikan harus dilakukan sejak sedini mungkin, artinya pendidikan anak adalah konteks yang penting untuk kita bahas saat ancaman pendidikan selama pandemik. 

Pendidikan anak yang sedari awal adalah hal yang sulit pun menjadi semakin sulit dengan adanya tantangan baru berupa keterbatasan karena pandemi Covid 19. Seperti yang sudah kita sama-sama tahu bahwa anak-anak adalah jiwa yang senang bermain dan bersosialisasi. 

Sangat berkebalikan dengan kondisi Covid 19 ini yang memaksa kita untuk mengalah pada keadaan untuk membatasi interaksi dan kegiatan sosial demi mencegah penularan virus. 

Namun di masa pandemi seperti ini, keluar dari kesulitan finansial yang biasanya menjadi alasan utama orang tua tidak bisa menitipkan anaknya pada lembaga pendidikan. Ketidakmampuan lembaga pendidikan mengakomodir keadaan saat ini adalah yang menjadi kendala utama. 

Faktanya bahkan sudah banyak lembaga pendidikan anak yang sudah angkat tangan dalam melakukan kegiatan pembelajaran karena keterbatasan selama pandemi Covid 19. Sehingga orang tua harus kembali turun tangan mengambil tanggung jawab pendidikan anaknya secara penuh.

Pembelajaran virtual adalah satu-satunya solusi yang dapat diberikan oleh lembaga pendidikan untuk mengatasi keterbatasan interaksi sosial yang menjadi masalah saat ini. Hal ini benar adanya, namun sayangnya ada sangat banyak hambatan yang terjadi untuk mewujudkan solusi ini. 

Hambatan itu datang dari berbagai aspek salah satunya adalah keterbatasan finansial dimana orang tua kesulitan untuk memberikan fasilitas melakukan pembelajaran virtual kepada anaknya, lalu yang kedua keterbatasan informasi dan kemampuan menggunakan teknologi, lalu yang terakhir ketidakmampuan orang tua untuk mengakomodasi kegiatan pembelajaran virtual anak selama dirumah.

Dengan kemajuan teknologi saat ini gadget merupakan hal yang lumrah untuk dimiliki setiap orang dan melekat dengan gaya hidup manusia saat ini. Di masa pandemi seperti ini, di mana interaksi sosial tidak dapat dilakukan secara langsung, maka media maya jadi pilihan utama untuk menggantikannya. 

Mungkin secara kasat mata kita dapat menetralisir bahwa setiap orang dengan sangat mudah memiliki gadget karena kebutuhan yang tinggi Maka sudah sangat banyak produsen gadget berbagai merek yang tersebar di seluruh dunia yang menyebabkan gadget menjadi tidak lagi sesuatu yang mahal untuk dimiliki. 

Sayang sekali mata kita tidak buta untuk melihat kondisi saat ini, di mana bahkan saat tidak pandemi saja masyarakat Indonesia tidak semuanya berada di atas garis yang mampu mengatakan bahwa masyarakat sejahtera. Apalagi di saat pandemi seperti ini masyarakat semakin kesulitan dalam perekonomiannya. 

Jangankan untuk membeli gadget membeli makan saja kadang masih harus memutar otak mencari celah dan juga cara agar dapat membeli makanan untuk dimakan di hari itu. Walaupun bantuan dari pemerintah sudah nyata diberikan dalam bentuk bantuan tunai dan sebagainya. 

Namun tetap saja kebutuhan akan gadget untuk menyokong kegiatan pembelajaran virtual tidak termasuk kedalamnya yang artinya orang tua kembali harus memutar kembali otak mereka untuk kedua kalinya untuk mengakomodasi kebutuhan tersebut. Perihal ini menjadi penting karena kepemilikan gadget merupakan awal bagaimana pembelajaran virtual dapat terjalankan.

Pada tantangan kedua, walaupun kegiatan pembelajaran memang dapat dilakukan secara virtual,  sayangnya metode daring ini masih sangat dapat dipertanyakan efektivitasnya. 

Banyak yang berpendapat bahwa metode virtual yang memanfaatkan teknologi digital ini sudah sangat revolusioner, sesuai dengan kebutuhan, solutif, dan sejalan dengan kemajuan peradaban. Nyatanya di lapangan ternyata metode ini tidaklah seefektif itu untuk dilakukan.

Jika konteks yang kita ambil adalah anak-anak, dalam kondisi saat ini penyebaran informasi sudah sangat masif ada di mana-mana dengan media yang sangat beragam namun masih tetap ada keterbatasan anak-anak dalam memahami teknologi yang harus mereka gunakan dalam pembelajaran virtual tersebut. 

Ini menjadi tantangan besar karena datangnya informasi kepada anak lebih besar adalah dari orang tuanya setelah itu baru media lain seperti internet dan juga teman sebaya. 

Kasus ini cukup unik, dimana sebenarnya orang tua sudah mampu memberikan anaknya akomodasi gedget untuk digunakan dalam pembelajaran virtual. Namun masalah baru datang dimana orang tua tidak mengerti bagaimana penggunaan teknologi sehingga orang tua tidak dapat membantu anaknya dalam proses pembelajaran.

Pertentangan ketiga sebenarnya adalah kondisi terbaik di mana orangtua sebenarnya sudah menjadi orangtua yang maju dan berkecukupan untuk memenuhi kebutuhan akomodasi anaknya untuk melakukan pembelajaran virtual. 

Namun masalah baru datang karena orang tua tidak mampu mengakomodir kegiatan pembelajaran virtual anaknya selama di rumah. Seperti karena kesibukan bekerja, pengurus pekerjaan rumah dan sebagainya. 

Seringkali anak-anak dalam pembelajaran virtual lepas dari pengawasan orang tuanya sehingga pembelajaran virtual tidak dapat berjalan dengan efektif. 

Dimana gadget yang notabene memiliki banyak fungsi juga dapat saja disalahgunakan anak-anak selama proses pembelajaran seperti untuk bermain games mengakses media sosial dan lain-lainnya selama proses pembelajaran. 

Di luar dari contoh terburuk dimana adanya penyalahgunaan dari anak itu sendiri bahkan dicontoh terbaik di mana anak-anak mengikuti pembelajaran virtual dengan baik dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru atau pengajar. 

Masalah kembali muncul saat anak-anak membutuhkan arahan dan juga bantuan dalam pengerjaan tugas mereka. Dimana inilah yang saat ini menjadi keluhan banyak orang tua yang malah mereka yang mengerjakan tugas anak-anak mereka.

Pembelajaran virtual adalah solusi yang bagus dalam mengakomodir kegiatan pembelajaran yang terbatas akibat pandemi ini. Namun sayangnya seperti yang kita tahu banyak tantangan dan juga masalah yang mungkin terjadi dalam pembelajaran virtual ini sehingga pendidikan anak tidak dapat berjalan dengan baik. 

Artinya dibutuhkan intervensi dan juga kolaborasi dari berbagai pihak baik pemerintah, lembaga pendidikan hingga orang tua untuk bekerja sama dalam membentuk sistem pembelajaran virtual yang lebih baik untuk anak-anak sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lebih efektif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun