Ibu sekolah pertamaku, dia adalah seorang guru. Guru bagi anak-anaknya, guru bagi murid-muridnya. Sekolah pertama bagi anak-anaknya yang mengajarkan berbagai kata bait kata, kalimat, kebahagiaan, rasa sakit, perjuangan hidup, agama, membaca, menulis, hingga mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan sosial dan juga umum.
Ibu tak pernah lelah menjalankan perannya sebagai ibuku karena itulah peran yang sangat ia suka. Sedari kecil Ibu tak pernah protes dan selalu sabar mengajari anak-anaknya padahal semua orang tahu tidak mudah, mengajariku berjalan, berbicara, dan berhitung, menulis sampai aku bisa menjadi seperti sekarang itu semua karena kerja keras Ibuku.
Ibuku adalah orang pertama yang mau mepertaruhkan nyawanya sendiri untuku, demi bisa melihat bayi mungil yang kecil melihat dan menikmati dunia ia rela mengorbankan dirinya dengan penuh rasa sakit yang dia pendam sendiri, bahkan mungkin kelahiranku menjadikan traumanya sendiri, tapi ibu tetap menyayangiku dengan tulus dan selalu merawatku dengan sepenuh hati.
Aku bisa menjadi seperti ini semua itu karena berkat doa ibuku. Ibuku mungkin pribadi paling unik yang aku kenal, kita jarang berbicara membicarakan hal-hal konyol, ataupun hanya sekedar bertukar pikiran.
Tapi walaupun Ibuku terlihat sangat cuek aku tau dia sangat menyayangiku, bahkan aku tak pernah cerita tentang hidupku kepadanya namun dia akan selalu tau bagaimana keadaanku dan perasaanku tanpa aku mengatakannya, dia selalu tahu apa keinginan terdalamku walaupun aku sendiri belum bisa mengatakannya.
Ibuku adalah orang yang paling setia dia selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya, ketika aku pulang sekolah ataupun akan berangkat sekolah ibuku selalu menemaniku sampai jemputan sekolah datang dan menungguku sepulang sekolah, ibuku selalu memberikan apapun yang aku minta, ibuku adalah seorang pahlawan setiap kali ada teman yang menjahiliku ibuku tak pernah menerima anaknya di perlakukan seperti itu dia selalu berusaha agar anaknya dapat diterima oleh teman-temannya.
Namun karena kejadian seperti itu aku malah menjadi dijauhi oleh teman-temanku karena di cap "anak tukang ngadu". Dan karena itupula aku marah dan sangat kesal kepada ibuku pada kala itu, mungkin karena pada saat itu aku belum mengerti apa-apa padahal tujuan ibuku itu baik, tapi aku sendiri tidak suka itu, aku lebih suka bisa menyelesaikan masalahku sendiri tanpa campur tangan orang tua. Dan dari keajadian itu aku menjadi tak pernah bercerita tentang kehidupanku lagi, jika ada yang menjahatiku atau menjahiliku aku diam dan tak pernah mengatakannya kepada orang tuaku dan selalu berusaha terlihat baik-baik saja.
Namun semakin ku dewasa terkadang aku selalu iri melihat teman-temanku yang bisa bebas bercerita apapun dan dapat mengekspresikan dengan bebas cerita-ceritanya kepada ibunya sedangkan aku hanya bisa bercerita yang hanya memang itu penting seperti halnya (keputusan masa depan, meminta doa ketika ujian, bingung menentukan arah hidup, atau permasalahan yang benar-benar sudah tidak bisa aku kerjakan sendiri).
Sebenarnya Ibuku bisa menjadi pendengar yang baik namun mungkin memang sedari kecil ibuku sudah sibuk bekerja, jadi aku dipaksa untuk mandiri dan bisa menyelesaikan masalahku sendiri, dan akupun jarang bercerita, sungguh sangat berbeda kehidupan masa kecilku dengan masa sekarang kehidupan terbaiku berubah semenjakku sudah menginjak SD pada saat itu, sebetulnya aku sangat rindu ibuku memeluku lagi, namun karena umurku sekarang sudah menginjak 20 tahun rasanya pelukan itu sudah tidak mungkin lagi aku dapatkan, tapi walaupun demikian aku tahu disetiap doanya, sujudnya selalu terselipkan namaku.
jalan hidup yang Ibuku pilih adalah menjadi seorang guru, sebuah profesi yang menjadi pendidik untuk mencerdaskan anak-anak Indonesia melalui ilmu yang dia tekuni ketika kuliah dulu. Ibuku tidak pernah pilih-pilih murid semua dia ajarkan dengan sepenuh hati dia jalani, bahkan menurut siwa-siswanya ibukulah orang yang paling baik memberikan nilai kepada anak-anaknya walaupun ibuku sangat tegas.
Dari aku belum lahir sampai hari ini Ibuku masih menjadi seorang Guru. Dia bilang "sebaik-baiknya manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain". Tapi dalam hidupnya profesi yang paling dia sukai adalah profesi menjadi Ibuku. Sebuah profesi yang sama sekali tidak mudah karena kelahiranku membuatnya rasa sakit yang trauma karena sulitnya melahirkanku pada saat itu, ditambah sewaktu kecil aku sering sakit-sakitan dan sangat rewel naum ibu selalu sabar merawatku dan selalu yakin aku akan sembuh dan bisa bertahan hidup lebih lama.
Ibuku adalah guru terbaik dalam hidupku karena hati baiknyalah aku masih bisa berjuang di dunia ini. karenanya aku selalu punya harapan-harapan besar tentang masa depan aku berjanji secepatya aku akan bahagiakan ibuku.
Jika bukan karena air doa yang selalu aku pinta dan ibuku tiupkan ke dalam air doa tersebut aku takan berarti apa-apa, nilai-nilai ujianku takan berarti apa-apa karena aku sendiri bukanlah seorang yang pintar tapi aku selalu yakin bahwa doa ibu melebihi doanya Rasullullah dimana doa itu langsung sampai kepada sang pencipta.
Alhamdulillah nilai-nilai ujianku selalu bisa mendapatkan hasil yang baik. "orang pintar akan kalah dengan orang yang gede milik, karena orang yang gede milik selalu berdoa dan dekat dengan Allah, dan doa itu bisa merubah takdir dengan cara DUIT, D= Doa, U=Usaha, I= Ikhtiar, T= Tawakal." dan sampai saat ini aku selalu bersyukur terlahir dari rahim ibuku, karena ibu sekolah pertamaku dalam hal Agama, guru pertama yang mengajariku indanya agama Islam.
Aku tidak tahu bagaimana jadinya bila bukan Agama yang pertama kali ibuku ajarkan padaku mungkin hidupku tidak akan seberuntung sekarang. Iya dia Ibuku Ratnengsih.SAg. Terimakasih banyak ibuku tercinta semoga engkau selalu sehat selalu dan panjang umur doakan anakmu agar secepatnya bisa mewujudkan apa yang engkau cita-citakan aamiin....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H