Mohon tunggu...
Nur Fitriani
Nur Fitriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Psikologi Pendidikan dan Karakteristik Perkembangan Peserta Didik

27 Desember 2024   10:40 Diperbarui: 27 Desember 2024   10:38 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Psikologi Pendidikan 

Psikologi pendidikan adalah cabang dari ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Psikologi pendidikan merupakan sumbangsih dari ilmu pengetahuan psikologi terhadap dunia pendidikan dalam kegiatan pendidikan pembelajaran, pengembangan kurikulum, proses belajar mengajar, sistem evaluasi, dan layanan konseling merupakan serta beberapa kegiatan utama dalam pendidikan terhadap peserta didik dan pendidik. Psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia belajar dalam pendidikan pengaturan, efektivitas intervensi pendidikan, psikologi pengajaran, dan psikologi sosial dari sekolah sebagai organisasi. Psikologi pendidikan berkaitan dengan bagaimana siswa belajar dan berkembang, dan sering terfokus pada sub kelompok seperti berbakat anak-anak dan mereka yang tunduk pada khusus penyandang cacat.

Syah (2000) menyatakan pengertian psikologi pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang menyelidiki masalah psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan. Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang lebih berprinsip dalam proses pengajaran yang terlibat dengan penemuanpenemuan dan menerapkan prinsip -prinsip dan cara untuk meningkatkan keefisien di dalam pendidikan. Sedangkan menurut Witherington (2000) psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia. Tardif menyatakan bahwa pengertian psikologi pendidikan adalah sebuah bidang studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha kependidikan (Syah, 2000). Berdasarkan beberapa pendapat ahli tentang psikologi pendidikan, dapat disimpulkan bahwa pengertian psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia di dalam dunia pendidikan yang meliputi studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia yang tujuannya untuk mengembangkan dan meningkatkan keefisien di dalam pendidikan.

Psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal: (1) penerapan prinsip belajar dalam kelas; (2) pengembangan dan pembaharuan kurikulum; (3) ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan; (4) sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif; dan (5) penyenggaraan pendidikan keguruan. Psikologi pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang terjadi dalam dunia pendidikan (Syah, 2000). Barlow menyatakan a body of knowledge grounded in psychological research which provides a repertoire of resource to aid you in functioning more effectively in teaching learning process (Syah, 2000). Psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu guru melaksanakan tugastugas dalam proses belajar mengajar secara efektif. Psikologi pendidikan adalah sebuah bidang studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha kependidikan.

Psikologi pendidikan sebagai a systematic study of process and factors involved in the education of human being. Psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia. Buchori menyatakan psikologi pendidikan adalah ilmu yang lebih berprinsip dalam proses pengajaran yang terlibat dengan penemuan-penemuan dan menerapkan prisipprinsip dan cara untuk meningkatkan keefesien dalam pendidikan (Syah, 2000). Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang prosesproses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.

Karakteristik Perkembangan Peserta Didik

Setiap tahapan perkembangan anak akan berdampak pada perkembangan kepribadian anak. Kepribadian anak merupakan watak atau sifat anak dalam menghadapi atau mempersepsikan suatu hal. Kepribadian lebih lanjut akan dibahas pada bab selanjutnya (Bab III Karakteristik Psikologis Peserta Didik). Teori kepribadian adalah sekumpulan anggapan atau konsep-konsep yang satu sama lain berkaitan mengenai tingkah laku manusia (Koeswara, 1991:5). Berikut ini akan diuraikan: (1) karakteristik anak usia sekolah dasar; (2) karakteristik anak usia sekolah menengah; dan (3) karakteristrik anak usia remaja.

1. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar Usia rata-rata anak Indonesia saat masuk sekolah dasar (SD) adalah 6 tahun dan selesai pada usia 12 tahun. Jika mengacu pada pembagian tahapan perkembangan anak, maka anak usia sekolah berada dalam dua masa perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah (6 s.d. 9 tahun) dan masa kanak-kanak akhir (10 s.d. 12 tahun). Anak-anak usia sekolah ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Ia senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung.

Oleh sebab itu, pendidik hendaknya mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan, mengusahakan siswa berpindah atau bergerak, bekerja atau belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam pembelajaran. Tugas perkembangan anak usia SD menurut Havighurst (2000) meliputi: (1) menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas fisik; (2) membina hidup sehat; (3) belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok; (4) belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin; (5) belajar membaca, menulis dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat; (6) memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif; (7) mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai; dan (8) mencapai kemandirian pribadi.

Guru dalam upaya mencapai setiap tugas perkembangan tersebut, dituntut untuk memberikan bantuan berupa: (1) menciptakan lingkungan teman sebaya yang mengajarkan keterampilan fisik; (2) melaksanakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bergaul dan bekerja dengan teman sebaya, sehingga kepribadian sosialnya berkembang; (3) mengembangkan kegiatan pembelajaran yang memberikan pengalaman yang konkret atau langsung dalam membangun konsep; dan (4) melaksanakan pembelajaran yang dapat mengembangkan nilai-nilai sehingga siswa mampu menentukan pilihan yang stabil dan menjadi pegangan bagi dirinya.

2. Karakteristik Anak Usia Sekolah Menengah Dilihat dari tahapan perkembangan yang disetujui oleh banyak ahli, anak usia sekolah menengah (SMP) berada pada tahap perkembangan pubertas (10 s.d. 14 tahun). Terdapat sejumlah karakteristik yang menonjol pada anak usia SMP ini, yaitu: (1) terjadinya ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan; (2) mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder; (3) kecenderungan ambivalensi, antara keinginan menyendiri dengan keinginan bergaul, serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua; (4) senang membandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai etika atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa; (5) mulai mempertanyakan secara skeptik mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan; (6) reaksi dan ekspresi emosi masih labil; (7) mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri sendiri yang sesuai dengan dunia sosial; dan (8) kecenderungan minat dan pilihan karier relatif sudah lebih jelas.

Adanya karakteristik anak usia SMP yang demikian, maka guru diharapkan untuk: (1) menerapkan model pembelajaran yang memisahkan siswa pria dan wanita ketika membahas topik-topik yang berkenaan dengan anatomi dan fisiologi; (2) memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan hobi dan minatnya melalui kegiatan-kegiatan yang positif; (3) menerapkan pendekatan pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual atau kelompok kecil; (4) meningkatkan kerjasama dengan orangtua dan masyarakat untuk mengembangkan potensi siswa; (5) tampil menjadi teladan yang baik bagi siswa; dan (6) memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bertanggung jawab.

3. Karakteristrik Anak Usia Remaja Masa remaja (12 s.d. 21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan masa orang dewasa. Anak usia remaja masuk pada masa sekolah menengah atas (SMA). Masa remaja sering dikenal dengan masa pencarian jati diri. Masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik, yaitu: (1) mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya; (2) dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi masyarakat; (3) menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara efektif; (4) mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya; (5) memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan kemampuannya; (6) mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga, dan memiliki anak; (7) mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga negara; (8) mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial; (9) memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku; dan (10) mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas.

Berbagai karakteristik perkembangan masa remaja, menuntut adanya pelayanan pendidikan yang mampu memenuhi kebutuhannya. Hal ini menurut Reber seorang guru dapat melakukan hal: (1) memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi, bahaya penyimpangan seksual, dan penyalahgunaan narkotika; (2) membantu siswa mengembangkan sikap apresiatif terhadap postur tubuh dan kondisi dirinya; (3) menyediakan fasilitas yang memungkinkan siswa mengembangkan keterampilan yang sesuai dengan minat dan bakatnya, seperti sarana olah raga dan kesenian; (4) memberikan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan mengambil keputusan; (5) melatih siswa mengembangkan resiliensi, kemampuan bertahan dalam kondisi sulit dan penuh godaan; (6) menerapkan model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk berpikir kritis, reflektif, dan positif; (7) membantu siswa mengembangkan etos kerja yang tinggi dan sikap wiraswasta; (8) memupuk semangat keberagaman siswa melalui pembelajaran agama terbuka dan lebih toleran; dan (9) menjalin hubungan yang harmonis dengan siswa dan bersedia mendengarkan segala keluhan dan problem yang dihadapinya (Syah, 2000).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun