Adanya karakteristik anak usia SMP yang demikian, maka guru diharapkan untuk: (1) menerapkan model pembelajaran yang memisahkan siswa pria dan wanita ketika membahas topik-topik yang berkenaan dengan anatomi dan fisiologi; (2) memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan hobi dan minatnya melalui kegiatan-kegiatan yang positif; (3) menerapkan pendekatan pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual atau kelompok kecil; (4) meningkatkan kerjasama dengan orangtua dan masyarakat untuk mengembangkan potensi siswa; (5) tampil menjadi teladan yang baik bagi siswa; dan (6) memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bertanggung jawab.
3. Karakteristrik Anak Usia Remaja Masa remaja (12 s.d. 21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan masa orang dewasa. Anak usia remaja masuk pada masa sekolah menengah atas (SMA). Masa remaja sering dikenal dengan masa pencarian jati diri. Masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik, yaitu: (1) mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya; (2) dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi masyarakat; (3) menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara efektif; (4) mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya; (5) memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan kemampuannya; (6) mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga, dan memiliki anak; (7) mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga negara; (8) mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial; (9) memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku; dan (10) mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas.
Berbagai karakteristik perkembangan masa remaja, menuntut adanya pelayanan pendidikan yang mampu memenuhi kebutuhannya. Hal ini menurut Reber seorang guru dapat melakukan hal: (1) memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi, bahaya penyimpangan seksual, dan penyalahgunaan narkotika; (2) membantu siswa mengembangkan sikap apresiatif terhadap postur tubuh dan kondisi dirinya; (3) menyediakan fasilitas yang memungkinkan siswa mengembangkan keterampilan yang sesuai dengan minat dan bakatnya, seperti sarana olah raga dan kesenian; (4) memberikan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan mengambil keputusan; (5) melatih siswa mengembangkan resiliensi, kemampuan bertahan dalam kondisi sulit dan penuh godaan; (6) menerapkan model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk berpikir kritis, reflektif, dan positif; (7) membantu siswa mengembangkan etos kerja yang tinggi dan sikap wiraswasta; (8) memupuk semangat keberagaman siswa melalui pembelajaran agama terbuka dan lebih toleran; dan (9) menjalin hubungan yang harmonis dengan siswa dan bersedia mendengarkan segala keluhan dan problem yang dihadapinya (Syah, 2000).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H