Serabi, salah satu makanan yang sudah tidak asing bagi masyarakat Jawa. Menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Jawa, serabi sering digunakan sebagai pelengkap dalam sesajen untuk acara-acara tertentu.Â
Meskipun demikian, saat ini serabi menjadi makanan yang populer dan menjadi ikon untuk beberapa daerah seperti Bandung, Surakarta, dan Yogyakarta.
Di Daerah Istimewa Yogyakarta, serabi bisa kamu temukan di Bantul salah satunya di Serabi Mbak Tini. Serabi Mbak Tini berada di Jalan Parangtritis, tepatnya disebelah utara jembatan Kretek, sebelah timur jalan. Warung serabi ini sudah buka sejak tahun 2007. Sebelum membuka warung serabi, Tini bekerja sebagai buruh di salah satu pabrik di Bandung.Â
Gempa yang mengguncang Yogyakarta di tahun 2006 membuat Tini takut dan malah bertolak ke kampung halamannya. Tidak kembalinya Tini mengakibatkan Ia ter-PHK dan beralih untuk berjualan serabi bersama sang suami.Â
Sebelum menjadi buruh, Tini sempat ikut berjualan serabi dengan simbahnya. Sehingga Ia sudah memiliki beberapa kemampuan dan mengetahui dasar-dasar pembuatan hingga resepnya.Â
Meskipun memiliki kultur yang sama, serabi milik Tini sedikit berbeda dengan serabi Notosuman asal Surakarta. Bahan-bahan dasar yang digunakan untuk membuat Serabi Mbak Tini adalah bahan-bahan yang baru.Â
Bukan menggunakan tepung beras kemasan, melainkan menggunakan tepung yang berasal dari beras yang digiling. Selain itu kelapa yang digunakan juga kelapa baru yang tidak terlalu tua maupun terlalu muda.Â
Tepung beras yang sudah digiling dicampur dengan parutan kelapa dan kemudian diberikan sedikit garam agar lebih terasa gurih. Serabi Mbak Tini memiliki 2 varian rasa, yaitu manis dan Gurih.Â
Gurih merupakan rasa dasar yang terdiri dari 4 bahan yang sudah disebutkan tadi. Sedangkan varian manis merupakan bahan dasar dengan tambahan gula dan buah-buahan terpilih. Dalam hal ini biasanya Tini menggunakan pisang atau nangka.
Pengolahan Serabi Mbak Tini masih menggunakan metode tradisional. Alat yang digunakan berupa tungku dan wajan yang terbuat dari tanah liat. Memasaknya pun masih menggunakan kayu bakar.Â