Saya sendiri banyak melakukan eksperimen dengan anak-anak di rumah, selain harus tetap bekerja. Dengan menggunakan barang-barang bekas, kami mengemas media pembelajaran dan mengasah kreatifitas. Dan hasilnya mencengangkan.Â
Banyak hal yang kemudian saya turut serta belajar dan mendapat pengetahuan baru, misalnya jumlah planet di luar sembilan planet yang umumnya kita ketahui, mengenal berbagai gradasi warna dan lain-lain. Intinya, dibikin asik aja...
Tak usah menuntut kesempurnaan dari karya-karya mereka. Laksana kepompong yang bakal jadi kupu-kupu, jangan paksakan tetasannya menjadi ulat bulu yang lemah dan ringkih, hanya karena kita sebagai orang dewasa ingin melihat warna-warninya dengan cepat. Berikan waktu yang cukup pada anak-anak untuk berproses dan mencipta apa yang ada dalam pikiran mereka.
Catatan SFH
Bagi saya mendampingi anak-anak belajar dari rumah telah memberikan beberapa catatan penting. Pertama, keluhan beberapa teman yang harus mendampingi anak-anak mereka menyelesaikan puluhan soal untuk dijawab. Jika anaknya tiga atau lebih, bisa jadi ada ratusan soal yang harus dijawab...oalaaah.Â
Kedua, keluhan tersebut menandakan masih kakunya sistem pendidikan kita.Â
Ketiga, pembatasan waktu belajar di rumah yang harus didampingi orang tua juga sebaiknya menjadi pertimbangan, mengingat orang tua ada yang bekerja dari rumah dan membutuhkan output dari pekerjaan mereka. Di saat pandemi seperti ini, semua pihak harus memiliki banyak permakluman dan ekstra kesabaran.
Keempat, munculkan cara-cara kreatif dari dua belah pihak, baik dari rumah ataupun dari pendidik itu sendiri.Â
Kelima, sekolah dari rumah, tak perlu selalu daring, bisa juga luring dengan batas waktu yang fleksibel. Tinggal diatur saja, untuk penyampaian pokok materinya bisa melalui media chat ataupun sms, jika memang orang tua atau wali murid tidak memiliki telepon pintar.Â
Keenam, sebaiknya orang tua turun tangan dalam menemani proses belajar anak-anak, karena perannya adalah pendidik pertama dalam siklus pembelajaran.Â
Dengan beberapa catatan tersebut, kita dapat mengatakan bahwa sebenarnya fungsi rumah sebagai sekolah pertama bagi anak-anak kita menemukan tempatnya.Â