Ketiga, Explain (menjelaskan), di mana pebelajar diberi kesempatan untuk menjelaskan pemahaman mereka pada konsep yang sedang dikaji. Mereka dapat menjelaskan dengan membuat presentasi, berbagi (sharing) ide dengan yang lain, mereview penjelasan pengetahuan dan membandingkannya dengan pemahaman mereka sendiri, dan atau mendengarkan penjelasan dari pembelajar yang membantu mereka ke arah pemahaman yang lebih mendalam.Â
Keempat, Extend/Elaborate (memperluas/memperdalam), di mana pebelajar memerinci atau memperdalam pemahaman mereka pada suatu konsep dengan melakukan aktivitas tambahan. Mereka dapat melakukan kembali aktivitas, projek, atau ide lebih awal, atau melakukan aktivitas yang memerlukan aplikasi konsep. Fokus pada tahap ini adalah menambah luas dan dalamnya pemahaman mereka.Â
Kelima, evaluate (evaluasi), di mana pembelajar mendorong pebelajar untuk mengases seberapa jauh pemahaman dan kemampuan mereka terhadap suatu konsep, serta memberikan kesempatan pula kepada pembelajar untuk mengevaluasi perkembangan pebelajar ke arah pencapaian tujuan yang diharapkan.Â
Relevansi Teori Konstruktivistik dengan Pendidikan Agama Islam
 Dewasa ini, konstruktivisme merupakan landasan yang digunakan dalam dunia pendidikan untuk membetuk kegiatan belajar mengajar yang aktif. Pendidikan Islam merupakan salah satu wilayah yang memanfaatkan teori belajar konstruktivis untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan mandiri, mengaktifkan belajar anak didik untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri, dan pendidik menjadi inovatif dalam mengajarnya.
Â
Mengingat bahwa teori belajar konstruktivisme bukan berasal dari pemikiran orang muslim maka perlu kiranya diperhatikan urgensi dan relevansinya sebelum diterapkannya dalam pembelajaran PAI. Persamaan dalam teori konstruktivisme dan teori pendidikan Islam menunjukkan adanya relevansi di antara keduanya. Pandangan konstruktivisme tentang belajar ada kesesuaiannya dengan pendidikan Islam.Â
Teori belajar konstruktivisme lebih fokus pada aspek pengetahuan (kognitif). Hakikat belajar dipahami sebagai proses aktif siswa untuk mengkonstruk pengertian dan pemahaman mereka.
Sedangkan dalam pandangan pendidikan Islam, belajar dipahami secara komprehensif meliputi pengembangan seluruh aspek kepribadian peserta didik. Mengajar menurut konstruktivistik merupakan upaya guru membantu siswa dapat belajar secara optimal. Peran guru sebagai fasilitator dan motivator belajar.Â
Dalam pandangan pendidikan Islam, disamping sama seperti pandangan konstruktivisme, mengajar juga berarti memberi contoh perilaku. Oleh karenanya, guru selain sebagai fasilitator dan motivator belajar, ia juga harus berperan sebagai model yang baik.[21]
Tingkah laku bagi seorang guru PAI merupakan teladan bagi siswa-siswinya. Apa yang dilakukan oleh guru PAI akan selalu diperhatikan dan dinilai bagi siswa. Apabila seorang guru mampu memberikan contoh baik dalam bertindak dan mampu mengajak siswanya dalam hal kebaikan, maka guru tersebut dapat dikatakan berhasil. Hal penting bagi ajaran agama Islam yaitu siswa mampu mengamalkan dari setiap ajaran agama Islam dalam kehidupan mereka.Â