Mohon tunggu...
Nur Fauziah
Nur Fauziah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasisiwi

Saya memiliki kepribadian yang ceria, mudah beradaptasi, menyukai hal yang berhubungan dengan wawasan internasioanal, dan suka mengunjungi tempat baru serta bertemu dangan orang baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Muhammad Al-Fatih, Sang Penakluk Konstantinopel

3 April 2023   15:46 Diperbarui: 3 April 2023   15:51 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada abad ke-15, perang, pedang, dan meriam melanda banyak wilayah. Setiap pertempuran menghasilkan tokoh-tokoh hebat dengan keahlian militer yang luar biasa. Salah satu tokoh tersebut adalah Sultan Mehmed II, yang dikenal dunia dengan nama Muhammad Al Fatih yang berarti "Muhammad sang Penakluk". Pada kesempatan kali ini, aku pengen ngebahas tentang kehidupan dan penaklukan Konstantinopel oleh Sultan Muhammad Al Fatih.

Sultan Muhammad Al-Fatih, lahir pada tanggal 30 Maret 1432 di Edirne, Turki dengan nama Mehmed bin Murad. Ayahnya adalah Sultan Murad II, yang saat itu memimpin Kekaisaran Utsmaniyah. Ibunya adalah Hma Hatun, yang merupakan istri keempat dari Sultan Murad II. Muhammad Al Fatih merupakan anak ketiga dari Sultan Murad II. Kehebatannya terkenal melalui penaklukan Konstantinopel yang berhasil dilakukannya. Sultan Muhammad Al Fatih meninggal pada tanggal 3 Mei 1481 di Istanbul. Ia merupakan seorang pemimpin terkenal dalam sejarah dunia, dan kepemimpinannya yang sukses sebagai Sultan Utsmaniyah masih dihormati hingga saat ini.

Muhammad Al-Fatih menghabiskan masa kecilnya di Edirne, salah satu kota penting di Kekaisaran Utsmaniyah pada masa itu. Sebagai putra Sultan Murad II, Muhammad Al-Fatih mendapatkan pendidikan yang baik dan diberi kesempatan untuk belajar ilmu agama, bahasa, sejarah, dan seni militer. Pendidikan ini sangat penting bagi masa depannya sebagai seorang penguasa.

Naik Tahta Saat Usia Belia

Mohammad Al-Fatih naik tahta pertama kali pada usia 12 tahun. Namun, tidak lama setelah naik tahta, perjanjian perdamaian yang dibuat oleh ayahnya dilanggar oleh musuh-musuh Turki Utsmaniyah. Raja Hungaria, Paus, Kekaisaran Bizantium (yang juga dikenal sebagai Romawi Timur), dan Venesia melihat kenaikan tahta Mohammad Al-Fatih yang masih sangat belia sebagai kesempatan untuk mengorganisir Perang Salib.

Muhammad Al-Fatih hanya memerintah selama dua tahun karena pada tahun 1446, banyak tokoh politik dan militer meminta Murad II untuk kembali ke tahta dan memimpin Turki Utsmaniyah. Selama waktu ini, Mehmed kembali memerintah di Manisa dan melanjutkan studinya.

Naik Tahta Kembali

Pada tahun 1451, Sultan Murad II meninggal. Untuk kedua kalinya, Muhammad Al-Fatih naik tahta sebagai Sultan Turki Utsmaniyah, tetapi kali ini ia sudah berusia 19 tahun. Dengan tekad yang kuat untuk membuktikan dirinya di mata tokoh senior dan masyarakat Turki Utsmaniyah, Muhammad Al-Fatih berambisi untuk merebut Konstantinopel, ibu kota Bizantium (Romawi Timur). Ia segera mempersiapkan pasukannya untuk menghadapi pertempuran yang akan datang.

Penaklukan Konstantinopel

Sebelum kita ngebahas tentang penaklukan ini, aku pengen share beberapa hal yang harus kita ketahui tentang Konstantinopel ini, guys.

Pertama, Konstantinopel yang sekarang kita kenal sebagai Istanbul, itu tuh udah berusia ratusan tahun, loh. Kota ini didirikan pada tahun 330 pada zaman Romawi. Selain posisinya yang strategis sebagai jembatan antara Asia dan Eropa, Konstantinopel juga merupakan pusat agama Kristen Ortodoks, sehingga memiliki arti penting secara simbolis.

Kedua, temen-temen harus tau bahwa Konstantinopel ini gilaa banget susah banget buatt ditaklukin sama musuh. Ada banyak faktor yang memengaruhi hal ini, termasuk sistem pertahanan yang kuat yang terdiri dari dinding Theodosia yang kompleks. Dinding tersebut dibangun dengan sangat tebal dan berlapis-lapis sehingga sangat sulit untuk dijebol musuh. Selain itu, ada senjata rahasia yang dimiliki oleh Bizantium yang disebut "api Yunani", yaitu pelontar api yang sulit dipadamkan dengan air. Dengan senjata ini, mereka udah punya kemampuan seperti flamethrower sejak lama, gokil gak tuh! Hal ini juga yang bikin musuh menambah makin kesulitan buat menaklukkan kota tersebut. Sebenarnya sudah banyak orang yang mencoba menaklukkan kota ini sebagai bentuk realisasi dari sabda Rasulullah yang artinya "Sesungguhnya akan dibuka kota Konstantinopel, sebaik-baik pemimpin adalah yang memimpin saat itu, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan perang saat itu", tapi belum ada yang berhasil.

tembok-konstantinopel-642a7c853788d40f1618cb32.jpg
tembok-konstantinopel-642a7c853788d40f1618cb32.jpg
Maka setelah persiapan yang sangat panjang, pada tanggal 6 April 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih memimpin pasukan besar yang terdiri dari setidaknya 100.000 tentara, kereta artileri, dan 320 kapal untuk mengepung Konstantinopel, baik melalui darat maupun laut. untuk mengepung kota yang dilindungi tembok yang kuat. Dengan penuh keyakinan, ia tampil di depan tembok kota tersebut.

Konstantinopel memiliki sebuah teluk yang disebut sebagai Tanduk Emas, yang dijaga dengan rantai untuk mencegah kapal musuh menyerang dari arah tersebut. Namun, Sultan Muhammad Al-Fatih berhasil mengatasi rintangan ini. Pada malam hari, tanggal 22 April 1453 dia memerintahkan kapal-kapal perangnya ditarik ke darat darat menggunakan kerbau melalui bukit Galata dan kemudian didorong kembali ke laut untuk menyerang dari arah tersebut. Total ada 72 kapal yang berhasil dipindahkan dalam satu malam.

Memang ini strategi perang yang bisa dibilang gila sih dan hampir mustahil dilakukan, tapi tindakan tersebut dianggap sebagai titik balik dalam pengepungan Konstantinopel, karena pasukan Bizantium terpaksa memindahkan tentaranya dari bagian tembok yang menghadap ke laut, sehingga mengurangi jumlah pasukan yang berjaga di tembok yang menghadap ke darat.

Lalu peperangan dilanjutkan sampai pada tanggal 27 Mei Sultan Muhammad Al-Fatih berhasil membuat lubang yang sangat besar di tembok Konstantinopel yang tidak mungkin bisa di reparasi lagi. Hingga pada tanggal 29 Mei Sultan Muhammad Al-Fatih melakukan serangan terakhirnya dan Konstantinopel pun berhasil ditaklukkan sebelum matahari terbit.

825 tahun penantian, 54 hari pengepungan akhirnya sabda Rasulullah terbukti dengan takluknya Konstantinopel di bawah kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih.

Pelajaran apa yang bisa di ambil?

  • Kisah ini sangat berhubungan erat dengan ilmu parenting, bagaimana Sultan Murad II mendidik anaknya dengan ilmu tauhid yang kuat, di didik agar cinta dengan ilmu agama sejak kecil, dekat dengan ulama sehingga membuat Muhammad Al Fatih menjadi pribadi yang memiliki keimanan yang kuat, karakter yang terpuji, dan sangat tangguh.
  • Muhammad Al-Fatih percaya pada sesuatu yang tidak terlihat oleh mata karena keimanan dan rasa harap kepada Allah yang sangatlah besar.
  • Pendididikan yang benar melahirkan generasi yang berkualitas dan karya yang luar biasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun