[caption id="attachment_360499" align="aligncenter" width="300" caption="Siswa diberi nilai rendah (dokumen facebook)"][/caption]
Inilah salah satu alasan kenapa saya enggan mengajar SD. Bagi saya mengajar siswa SD jauh lebih sulit. Seorang guru SD harus menanamkan konsep dasar yang benar kepada anak didiknya. Di sisi lain, konsep dasar seringkali dilupakan banyak orang, bahkan seorang guru juga sering melupakan hal ini.
Foto diatas merupakan contoh bahwa siswa SD melupakan konsep matematika, namun sangat baik dalam berhitung. Siswa ini akhirnya mendapatkan nilai 20 karena menuliskan 4+4+4+4+4+4=4x6=24. Guru anak tersebut menginginkan jawaban 6x4=24. Kenapa harus disalahkan? Bukankah 4x6=6x4?
Dalam Ilmu Matematika, 4x6=6x4 adalah benar. Namun, seorang anak SD harus dapat membedakan bahwa 4+4+4+4+4+4 tidak sama dengan 6+6+6+6. Keduanya memang memiliki hasil yang sama, tapi anak SD harus mengetahui bahwa 4+4+4+4+4+4 = 6x4 dan 6+6+6+6 = 4x6. Itulah yang dinamakan konsep perkalian. Konsep ini harus ditanamkan baik-baik dalam benak anak SD.
Saya tidak setuju jika ada yang mengatakan bahwa hal tersebut tidak perlu dipermasalahkan, yang penting adalah jawabannya benar. Bagi saya, belajar matematika untuk anak SD bukanlah sekedar belajar berhitung. Namun, belajar matematika  harus memiliki konsep. Dari konsep dasar yang kuat, seorang anak bisa mengembangkan alur berpikir yang baik.
Awalnya, saya tidak pernah mempermasalahkan konsep dasar seperti ini. Bagi saya, mempermasalahkan konsep dasar sama artinya mempersulit masalah mudah. Suatu ketika, pikiran saya terbuka. Saya menemukan banyak kasus bahwa anak SMP dan SMA tidak bisa mengerjakan soal matematika dengan baik. Padahal anak-anak tersebut cukup lancar dalam berhitung. Â Setelah ditelusuri, penyebabnya adalah konsep matematika yang dimiliki anak tidak kuat. Tidak jarang saya harus mengajarkan kembali konsep dasar matematika kepada anak SMP dan SMA, yang seharusnya sudah mereka kuasai dari SD.
Berkali-kali saya menemukan anak SMP dan SMA menuliskan 5 ayam + 5 bebek = 10. Ilmu matematika tidak bisa berbicara seperti itu. 5 ayam + 5 ayam = 10 ayam ; 5 bebek + 5 bebek = 10 bebek, tapi 5 ayam + 5 bebek bukan 10. Hal yang saya bicarakan itu konsep bukan hitungan. Itu baru satu kasus yang pernah saya hadapi, masih banyak kasus-kasus lain yang terjadi akibat kesalahan konsep dasar matematika.
Konsep matematika memang terlihat sangat sederhana. Namun, akibatnya fatal. Hitungan menjadi kacau. Jika pekerjaan matematika anak SD dinilai salah oleh guru, orang tua perlu meneliti kembali, apakah konsep yang digunakan anak sudah benar? Bisa jadi konsep anak dalam bidang matematika salah dan guru sedang mendidik anak untuk berpegang teguh pada konsep.
Guru juga jangan terburu-buru memberi nilai rendah pada anak. Jika menemukan anak yang salah dalam konsep matematika, namun sempurna dalam berhitung, ada baiknya guru tidak memberi nilai berupa angka. Guru cukup memberikan masukan kepada anak berupa komentar. Guru bisa mengatakan bahwa ananda sudah pandai berhitung tapi harus memperbaiki konsepnya.
Bagi saya, Ilmu Matematika pada jenjang SD mengajarkan banyak hal. Matematika jenjang SD mengajarkan anak untuk memegang teguh konsep. Jika ia melenceng sedikit dari konsep, hitungannya bisa kacau. Melalui konsep tersebut, anak juga diajarkan sebuah algoritma sederhana. Algoritma menjadikan anak paham akan SOP, sehingga anak akan memiliki pemikiran yang runut, logis dan sistematis.
------------------------
sumber foto dari sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H