Mohon tunggu...
Nur Fariha Maulidia
Nur Fariha Maulidia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menebar hal baik

Dengan berbagi kita dapat menambah sesuatu tanpa kehilangan sesuatu yang lain

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Implementasi Pemikiran Filsafat Perenialisme dalam Bidang Pendidikan

18 Desember 2021   01:36 Diperbarui: 18 Desember 2021   02:26 1810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan proses upaya untuk merubah suatu pengetahuan dari yang mulanya tidak mengerti menjadi tahu dan mengerti. Pendidikan merupakan hal yang tak asing bagi kehidupan manusia dan sudah menjadi keperluan yang harus dipenuhi. Maka dari itu pendidikan terus digalakkan agar seluruh manusia memiliki pengetahuan dan edukasi supaya dapat berpikir secara filosofis atau kritis. Dalam pendidikan juga tak lepas dari filsafat. Ada beberapa aliran filsafat yang melingkupi bidang pendidikan. Salah satunya adalah filsafat perenialisme (Junaedi & Wijaya, 2019). Perenialisme adalah aliran filsafat yang berkaitan dengan pendidikan.

Perenialisem merupakan salah satu aliran filsafat yang dilatarbelakangi oleh problematika yang muncul di masa sekarang. Banyak masalah timbul karena gaya kehidupan manusia di zaman sekarang yang mulai kehilangan kebudayaan baik tinggalan dari era-era sebelumnya. Oleh karena itu, perenialisme hadir untuk mengembalikan atau kembali kepada hal-hal baik yang ada di masa sebelumnya untuk memusnahkan keburukan dianggap terjadi karena kebudayaan baik dahulu yang hilang tergerus modernisasi (Tapung, 2014).

PEMBAHASAN

A. Hakikat Pemikiran Filsafat Perenialisme

Perenialisme merupakan istilah yang berasal dari kata perenial yang kemudian diberi tambahan -isme. Kata perenial berasal dari kata perennis yang mana merupakan adopsi dari  kata bahasa Latin ke bahasa Inggris yang memiliki arti  selama-lamanya, kekal, atau abadi. Istilah perenialisme berasal dari bahasa latin yakni dari akar kata pernis atau perennial yang berarti tumbuh terus-menerus melalui waktu, hidup terus-menerus dari waktu ke waktu atau abadi. Jika dianalogikan adanya gejala yang sama dan berlangsung secara terus menerus. Pandangan ini selalu mempercayai nilai-nilai yang bersifat abadi dalam kehidupan ini. Atas landasan fondasi tersebut perenialisme berpandangan bahwa perkembangan dari kebudayaan sepanjang jalannya merupakan bagian penguatan dari suatu yang telah ada sebelumnya sehingga sering disebut dengan tradisionalisme.

Perenialisme lahir pada abad 20. Lahirnya perenialisme merupakan bagian dari tanggapan serta solusi untuk pendidikan progresif serta krisis kebudayaan dalam kehidupan modern. Perenialisme berlawanan dengan pandangan progresivisme, bahkan pandangan ini menentang sekali pandangan tersebut karena lebih menekankan perubahan serta sesuatu yang baru. Prinsip tempuh kaum perenialisme yaitu berjalan mundur ke masa sebelumnya dengan memakai kembali nilai-nilai ataupun prinsip umum yang menjadi pandangan hidup yang kuat dan kukuh pada zaman dahulu. Perenialisme bekerja melawan berbagai kegagalan yang terjadi di zaman modern melalui cara kembali lagi pada kepercayaan aksiomatis yang sudah menjadi fundamental bagi abad-abad sebelumnya.

Perenialisme memandang keadaan di zaman ini sangatlah kacau dan penuh ketidakpastian terutama dalam bidang intelektual, sosiokultural, dan moral (Siregar, 2016). Perenialisme membagi realitas dengan membedakannya menjadi beberapa aspek perwujudannya dalam berbagai istilah diantaranya yaitu benda individu, aksiden, esensi, dan substansi. Pandangan pendapat dari filsafat perenialisme bahwasannya sesuatu yang bisa untuk diketahui serta termasuk dalam suatu kenyataan ialah segala sesuatu yang dilindungi oleh kepercayaan dalam kebenaran. Dalam perenialisme ilmu filsafat paling tinggi adalah ilmu metafisika.

B. Implementasi Pemikiran Filsafat Perenialisme dalam Bidang Pendidikan

Pendidikan menurut kaum perenialisme sebagai proses kembali manusia sekarang seperti  manusia masa lampau yang dianggap memiliki kebudayaan yang ideal. Bagi kaum perinealis nilai-nilai kebenaran bersifat universal dan abadi. Sehingga diperoleh tujuan pendidikan itu untuk menginternalisasikan dan menyiapkan nilai-nilai kebenaran abadi agar mencapai kebaikan hidup. Guru memiliki peran dominan dalam pembelajaran. Hendaknya guru adalah orang yang menguasai cabang ilmu dan dapat membimbing diskusi supaya siswa dapat mudah mencapai dan menyimpulkan kebenaran yang tepat. Dalam hal ini guru dipandang sebagai orang yang memiliki otoritas dan pengetahuan serta keahlian yang tidak diragukan lagi.

Filsafat perenialisme dapat kita temui dalam penerapan pendidikan akhlak yang mengusung konsep ke-Islaman. Dalam hal ini kita dapat menemuinya dalam berbagai kisah ke-Islaman diantaranya yaitu kisah teladan nabi dan rasul, kisah teladan khulafaur rasyidin, hikmah kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur'an, kisah kecerdasan para ilmuan Islam, dan lain sebagainya. Selain itu penerapan filsafat perenialisme juga dapat dituangkan dalam pendidikan karakter yang bernilai budaya dan kearifan lokal melalui cerita rakyat ataupun tradisi yang hidup dalam masyarakat nusantara di masa lampau.


PENUTUP

Perenialisme berlawanan dengan pandangan progresivisme. Lahirnya perenialisme merupakan bagian dari tanggapan serta solusi untuk pendidikan progresif serta krisis kebudayaan dalam kehidupan modern. Cara kerja filsafat perenialisme yatu dengan cara kembali nilai-nilai ataupun prinsip umum yang menjadi pandangan hidup yang kuat dan kukuh pada zaman dahulu. Kekacauan yang terjadi di zaman modern belakangan ini merupakan dasar dari munculnya aliran filsafat perenialisme di dunia. Dalam penerapan di dunia pendidikan, aliran perenialisme ini menuntut guru memiliki peran dominan dalam pembelajaran serta harus orang yang menguasai cabang ilmu dan dapat membimbing diskusi supaya siswa dapat mudah mencapai dan menyimpulkan kebenaran yang tepat.

Penerapan filsafat perenialisme dalam kehidupan sekarang dapat ditemui dalam pendidikan akhlak ataupun dituangkan dalam pendidikan karakter. Cerita masa lalu, kisah-kisah nabi dan rasul, dan cerita rakyat dapat dijadikan sebagai bahan materi yang disampaikan. Perenialisme seyogyanya dapat berintegrasi dengan filsafat lain agar mendapatkan nilai kehidupan yang sempurna dan tak ada nilai kehidupan yang tertinggal untuk diterapkan. Hal ini tak lepas dari usaha mengoptimalkan kualitas pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Junaedi, M., & Wijaya, M. M. (2019). PENGEMBANGAN PARADIKMA KEILMUAN PERSPEKTIF EPISTIMOLOGI ISLAM. Jakarta: KENCANA.

Siregar, R. L. (2016). Teori Belajar Perenialisme. Jurnal Al-Hikmah, 13(2).

Tapung, M. M. (2014). PEMIKIRAN FILSAFAT PERENIALISME TENTANG NILAI DAN DAMPAKNYA BAGI PENGEMBANGAN KREATIVITAS DALAM PENDIDIKAN. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan Missio, 7(1).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun