Mohon tunggu...
Muhammad Nur Faqih
Muhammad Nur Faqih Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Menulis itu ribet

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[MPK]Perempuan imitasi

11 Juni 2011   15:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:36 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak terbayangkan jika ini menjadi bagian dari suratan yang harus kuterima,sebuah keputusan yang membuat luluh lantak pertahananku.. “ceraikan saya bang…”ucap ku dengan mantap Matanya menatap tajam kearahku seperti ada sesuatu yang tertahan dalam mimiknya perlahan dia mendekatiku dan merangkul bahuku “hana maafkan abang..abangpun mencintainya..diapun membutuhkan abang..abang ingin bersamanya dalam sebuah biduk rumah tangga… seperti kita!” “apa….?seperti kita…?abang buka mata abang lebar-lebar dia itukan…..! Kata kata itu tercekat dari bibirku yang mengelu sungguh ini pukulan terhebat yang pernah kualami dari sebelumnya,seolah petir beramai ramai menyambarku dalam kebisuan,bergemuruh keras menantang badai yang menghebat, entah sampai kapan badai itu memporakporandakan biduk kecilku.didepannya aku hanya bisa mematung tak sanggup sepatah katapun bisa ku keluarkan kecuali memilih bercerai menyelamatkan diri dari rasa malu yang amat sangat atau meridhoi poligami tak wajar itu???sungguh pilihan yang sangat dilematis…terlintas wajah putera puteriku bagimana mungkin mereka bisa menerima kenyataan ini.melihat ayah dan ibunya tak lagi utuh dan bersama dalam pernikahan,betapa hancurnya perasaan mereka terlebih sosok yang menjadi maduku adalah…..?tangisku pecah saat itu juga tak ssanggup menerima kenyataan ini bagaimana mungkin laki laki sholeh ini yang menjadi teman hidupku selama 10 tahun ini bisa berubah 100 persen dari sebelumnya…ini tidak mungkin …………………………………………………….. Perempuan ini masih terjaga dari tidurnya..sejenak kupandangi dirinya dari ujung kepala hingga ujung kakinya tubuhnya semakin kurus ,wajahnya kusam ,semngat hidupnya menurun ada sejumput keraguan untuk meninggalkanya, terlebih kondisinya sangatlah labil sejak kuputuskan mengambil keputusan besar untuk mempoligaminya dengan menikahi rafiqah seorang “perempuan trans gender” yang kini mulai bertahta dikerajaan hatiku..mae istri sahku tak sanggup menerima keputusan bulatku jiwanya jadi hancur berkeping keping tak sampai hati sebenarnya..tapi demikian perasaan mengikat hati bersama fiqa pun semakin kuat entahlah ,bersama fiqa aku merasakan kenyamanan yang tidak sama jika kudisamping mae istri sah ku..ada energy cinta yang membuatku jauh bersemangat menjalani hari sekalipun dompet di kantongku kosong tak berisi “fiqa abang janji…secepatnya kita menikah” Rafiqah maesaroh *** Penulis : Eeiyma Fatimah + amang ikak + Muhammad nur faqih . Nomor perserta 133

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun