Disusun Oleh: Nur Faizatus Sholihah
Mahasiswa mengobservasi secara kritis apa tantangan menghayati Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa Indonesia dan perwujudan profil pelajar Pancasila pada pendidikan yang berpihak pada peserta didik dalam pendidikan abad ke-21.
PENGHAYATAN PANCASILAÂ
Pancasila sebagai entitas bangsa dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang memiliki berbagai macam nilai-nilai yang memuat keberagaman dalam hidup berbangsa dan berbudaya. Seluruh nilai-nilai yang mencerminkan bangsa Indonesia dimuat dalam kandungan sila-sila Pancasila dan tercermin dalam perilaku manusia Indonesia yang beragam. Di sisi lain, Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia dapat didefinisikan sebagai simbol dan panduan yang dapat mencerminkan karakter dan budaya yang kuat dalam jati diri bangsa Indonesia terhadap negara-negara lain selainnya. Setiap nilai yang termuat dalam sila Pancasila memiliki keterkaitan satu dengan lainnya dan tidak dapat dipisahkan dalam konteks apapun. Definisi tersebut dapat diwujudkan melalui kebijakan baru yang dikenal dengan profil pelajar pancasila yang harapannya dapat mewujudkan pendidikan yang berpihak pada peserta didik, khususnya dalam konteks pendidikan abad ke-21. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman Pancasila yang mendalam di setiap aktivitas perwujudan profil pelajar Pancasila di masing-masing lembaga satuan pendidikan nasional. Hal ini dilakukan guna menciptakan identitas dan entitas kuat dalam jati diri bangsa Indonesia sepanjang masa. Namun dalam kenyataannya, penerapan tersebut bukanlah sesuatu yang dianggap mudah. Ada banyak sekali tantangan yang perlu dihadapi oleh bangsa untuk mewujudkan profil pelajar pancasila sebagai bentuk penerapan pendidikan yang berpihak pada peserta didik, khususnya dalam konteks pendidikan abad ke-21. Adapun tantangan yang perlu dihadapi, diantaranya:
- MultikulturalismeÂ
Multikulturalisme merupakan suatu pendekatan sosial yang memuat tentang keberagaman budaya, agama, suku, dan latar belakang sosial tertentu dalam masyarakat. Ideologi ini menekankan terhadap pentingnya keberagaman sebagai sumber kekayaan dan kekuatan suatu bangsa Indonesia. Namun dalam implementasinya, multikulturalisme juga dapat melahirkan tantangan yang kuat dalam mempersatukan setiap perbedaan tersebut. Multikulturalisme dalam pemahaman Pancasila dapat dinilai lebih kompleks karena memerlukan dasar yang kuat dalam menyatukan setiap keragaman yang ada. Oleh karena itu, melalui perwujudan profil pelajar pancasila, harapannya tantangan multikulturalisme tersebut dapat diatasi dengan selalu membiasakan diri dalam menghargai keberagaman yang ada serta mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam konteks kebhinekaan.Â
- Globalisasi dan TeknologiÂ
Tantangan berikutnya adalah mengacu pada globalisasi dan teknologi. Di mana semakin berkembang suatu zaman tertentu, maka kecanggihan dan teknologi juga turut semakin maju pesat. Fenomena ini dapat memberikan tantangan yang tidak selaras dengan nilai-nilai yang sudah ada sejak dahulu, dalam hal ini adalah nilai-nilai yang termuat dalam Pancasila. Globalisasi berpotensi membawa masuk nilai-niali asing yang mungkin tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila sehingga berdampak pada tergesernya nilai-nilai budaya luhur nenek moyang bangsa. Di sisi lain, kemajuan teknologi yang tidak didasari dengan etika dalam penerapannya juga dapat mengakibatkan penyalahgunaan teknologi yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Kedua hal ini menjadi tantangan yang penting untuk diwaspadai guna dapat menerapkan pendidikan profil pelajar pancasila yang berpihak pada peserta didik, khususnya dalam pendidikan abad ke-21.Â
- Pergeseran Nilai Generasi MudaÂ
Pergeseran nilai-nilai di tengah perubahan sosial dapat menyebabkan generasi muda kehilangan pemahaman dan identitas terhadap Pancasila. Semakin berkembangnya kodrat alam dan zaman dalam diri anak, dapat pula mempengaruhi pola pikir dan perilakunya dalam bertindak. Hal ini dapat tercermin dalam setiap kemudahan yang diterima oleh generasi muda saat ini. Oleh karena itu, tantangan ini akan terus ditemui dalam konteks pendidikan abad ke-21, sehingga diperlukan solusi-solusi kuat yang dapat membatasi dan menanggulangi pergeseran nilai-nilai Pancasila tersebut.
- Keterlibatan Seluruh PihakÂ
Dalam mencapai keberhasilan pendidikan, peran seluruh pihak adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan. Pendidikan tidak hanya dititikberatkan dalam tugas guru, namun juga tugas dari seluruh pihak termasuk orang tua dan lembaga. Mayoritas orang tua saat ini mempercayakan tugas mendidik pada peran sekolah atau guru semata, sehingga mereka pasif dengan setiap aktivitas belajar yang dilalui oleh anak. Fakta ini memberikan tantangan yang nyata karena keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam mendukung perwujudan profil pelajar Pancasila belum sepenuhnya terjadi dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi yang baik antara seluruh elemen agar dapat memberikan penghayatan yang baik terhadap nilai-nilai Pancasila dalam konteks pendidikan yang berpihak pada anak.
- Implementasi Pendidikan PancasilaÂ
Tantangan terakhir adalah implementasi pendidikan Pancasila itu sendiri. Akhir-akhir ini, kebijakan baru pemerintah dalam mengeluarkan projek penguatan profil pelajar pancasila dalam konteks pendidikan dinilai sebagai kebijakan yang mumpuni. Hal ini dikarenakan kebijakan tersebut idealnya dapat mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam setiap aktivitas belajar di dalam kelas. Namun faktanya, tidak seluruh sekolah berhasil dalam mengimplementasikan pendidikan pancasila tersebut, bahkan belum seluruhnya dapat menerapkannya. Oleh karena itu, tantangan dalam mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam metode pengajaran yang efektif, ke dalam konten/materi, bahkan ke dalam setiap aktivitas yang terjadi di dalam kelas merupakan sesuatu yang cukup sulit dan menantang. Dengan demikian, fenomena ini akan terus ditemui dalam aktivitas penghayatan Pancasila di dalam pendidikan nasional dan dibutuhkan solusi-solusi konkrit untuk menyelesaikannya.
Penting untuk diingat bahwa menghadapi tantangan ini membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, masyarakat, dan individu itu sendiri. Selain daripada itu, penghayatan dan refleksi mengenai implementasi nilai-nilai Pancasila dalam konteks zaman dan alam juga menjadi kunci untuk memastikan keberlanjutan dan relevansi Pancasila dalam membentuk identitas bangsa Indonesia di abad ke-21.
Mahapeserta didik menuliskan secara kritis bagaimana Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa Indonesia dan perwujudan profil pelajar Pancasila pada pendidikan yang berpihak pada peserta didik dalam pendidikan abad ke-21 di ekosistem sekolah (kelas).
IMPLEMENTASI PROFIL PELAJAR PANCASILA DI EKOSISTEM SEKOLAHÂ
Perwujudan profil pelajar Pancasila pada pendidikan yang berpihak pada peserta didik dalam pendidikan abad ke-21 di ekosistem sekolah (kelas) dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan yang mendukung, diantaranya:
- Pada Elemen Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta Berakhlak MuliaÂ
Upaya konkrit untuk mewujudkannya dapat dilakukan melalui sejumlah kegiatan yang dirancang untuk membentuk karakter peserta didik. Beberapa kegiatan yang mendukung pemahaman dan penerapan nilai-nilai ini mencakup:
a. Melaksanakan aktivitas beribadah sesuai dengan keyakinan masing-masing. Sebagai contoh, peserta didik yang beragama Islam dapat diarahkan untuk membaca Al-Qur'an setiap pagi sebelum memulai pembelajaran di kelas.
b. Doa sebelum dan sesudah aktivitas belajar. Membiasakan peserta didik untuk melakukan doa sebelum dan sesudah memulai aktivitas belajar merupakan aktivitas yang dilakukan guna menciptakan kesadaran spiritual dan penghargaan terhadap nilai-nilai keagamaan.
c. Membiasakan peserta didik dalam berperilaku baik. Misalnya, selalu menyapa saat bertemu guru atau teman. Hal ini dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang ramah dan penuh hormat di sekolah.
d. Menanamkan nilai-nilai toleransi dan menghormati perbedaan agama. Peserta didik diajarkan untuk menghormati teman atau guru yang memiliki keyakinan agama yang berbeda, menjadikan keragaman sebagai kekayaan dalam lingkungan sekolah.
Melalui serangkaian kegiatan ini, diharapkan bahwa peserta didik tidak hanya mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai Beriman dan Bertakwa, serta Berakhlak Mulia, tetapi juga mampu menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka di sekolah.
- Dalam Elemen Berkebinekaan Global
Upaya mewujudkannya dapat diimplementasikan melalui serangkaian kegiatan yang mempromosikan pemahaman, apresiasi, dan integrasi nilai-nilai keberagaman global dalam lingkungan pendidikan. Beberapa kegiatan yang mendukung aspek ini antara lain:
a. Pembelajaran bermuatan lokal dan seni budaya. Hal ini bertujuan untuk membantu peserta didik memahami dan mengenal identitas budaya dari berbagai daerah di Indonesia.
b. Pembelajaran dengan unsur kearifan lokal mendorong guru untuk menyelipkan unsur-unsur kearifan lokal dalam mata pelajaran lainnya, seperti etnomatematika pada mata pelajaran matematika. Ini dapat melibatkan pengenalan pengetahuan tradisional atau metode lokal dalam penyajian materi pembelajaran.
c. Peringatan hari besar nasional dengan menggunakan pakaian adat. Melaksanakan peringatan hari besar Nasional dengan mengajak peserta didik untuk mengenakan pakaian adat saat Hari Peringatan Sumpah Pemuda atau hari besar nasional lainnya. Ini dapat menjadi kesempatan bagi peserta didik untuk merayakan keberagaman budaya Indonesia secara langsung.
d. Menanamkan karakter global pada peserta didik dengan mengajarkan nilai-nilai seperti kerjasama internasional, saling menghormati, dan kepedulian terhadap isu-isu global yang relevan.
Dengan mengimplementasikan serangkaian kegiatan ini, diharapkan peserta didik tidak hanya memiliki pemahaman yang lebih dalam mengenai keberagaman global, tetapi juga mampu menghargai, merayakan, dan berinteraksi secara positif dengan berbagai budaya, baik di tingkat lokal maupun global.
- Pada Elemen Bergotong RoyongÂ
Elemen ini dapat direalisasikan melalui serangkaian kegiatan, antara lain:
a. Menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran untuk mengembangkan kerjasama dan semangat gotong royong di antara peserta didik.
b. Menyelenggarakan kegiatan pembersihan sekolah secara bersama-sama, seperti pada Jumat bersih, di mana peserta didik diajak untuk berpartisipasi dalam kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan sekolah.
- Pada Elemen MandiriÂ
Upaya ini dapat direalisasikan melalui serangkaian kegiatan berikut:
a. Menugaskan tugas mandiri kepada peserta didik.
b. Menyediakan wadah bagi peserta didik untuk mengembangkan kemandirian, misalnya melalui keanggotaan dalam organisasi seperti OSIS, MPK, dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya.
- Pada Elemen KritisÂ
Upaya ini dapat direalisasikan melalui kegiatan berikut:
a. Guru dapat melaksanakan pembelajaran yang memperkuat kemampuan berpikir kritis peserta didik, seperti melibatkan pembelajaran berbasis proyek, Guided Inquiry Learning, dan pendekatan pembelajaran lainnya.
b. Guru dapat memberikan tugas yang merangsang kemampuan berpikir kritis peserta didik, seperti meminta pendapat peserta didik mengenai kasus nyata atau kejadian yang berkaitan dengan materi yang diajarkan.
- Pada Elemen KreatifÂ
Upaya ini dapat direalisasikan melalui serangkaian kegiatan berikut:
a. Guru dapat memberikan tugas yang mendorong pengembangan kemampuan berpikir kreatif siswa. Salah satu contoh dapat berupa pemberian tugas kepada peserta didik untuk membuat infografis yang tidak hanya mencerminkan pemahaman mereka terhadap materi pelajaran, tetapi juga menggali kemampuan kreatif dalam menyajikan informasi secara visual. Infografis tersebut dapat menjadi media esensial untuk menggambarkan konsep-konsep yang kompleks atau menyajikan data dalam cara yang menarik dan mudah dipahami oleh sesama peserta didik. Melalui tugas ini, diharapkan peserta didik dapat mengekspresikan kreativitas mereka sambil memperkuat pemahaman terhadap materi pembelajaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H