Mohon tunggu...
Nur Eka Sari
Nur Eka Sari Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Jawa

Jangan Lupa Bersyukur

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Terbimbing-Budaya Positif Guru Penggerak Angkatan 4

15 Desember 2021   04:25 Diperbarui: 15 Desember 2021   04:38 2511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

1.4.a.6.1 Refleksi Terbimbing - Budaya Positif -- Nur Eka Sari -- CGP Angkatan 4 - Brebes

Pemahaman saya mengenai beberapa konsep di modul 1.4 IsnyaAllah cukup tetapi harus terus dipelajari supaya mendarah daging sebagai bekal diri sebagai pedoman dalam membimbing murid menjadi murid yang merdeka, murid yang berprofil Pancasila. 

Hal yang menarik dan di luar dugaan bagi saya yakni mengenai lima posisi kontrol guru diantaranya adalah 'guru sebagai penghukum' hal ini seperti bertolak belakang dengan apa yang sudah dipelajari sebelumnya mengenai pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan adalah menuntun dengan nilai-nilai luhur tanpa ada paksaan. 

Posisi kontrol lainnya yaitu pembuat merasa bersalah, teman, pemantau, dan manager. Hal tersebut disajikan dalam kasus-kasus yang menarik yang dapat kita bahas bersama, sehingga kita menemukan benang merah sebagai hasil dari diskusi yang kita laksanakan. 

Lima Posisi Kontrol merupakan suatu model disiplin yang berpusat pada murid, yang dikembangkan oleh Diane Gossen dengan pendekatan Restitusi.

Pengalaman saya dalam menggunakan konsep disiplin positif yakni tidak jarang terjadi ketika dalam pembelajaran menemui anak yang ternyata terlihat malas, ngantuk, tidak bersemangat. 

Selain itu, biasanya murid-murid yang terkadang cerita sendiri ketika pembelajaran (tidak fokus); rambut, seragam, dan sepatu yang tidak sesuai dengan peraturan sekolah. 

Hal tersebut baisanya saya tangani dengan memposisikan diri sebagai manajer di mana posisi manager menguatkan karakter murid supaya dapat mengevaluasi diri menjadi pribadi yang lebih baik dengan tetap berpaku bahwa guru memfasilitasi murid dan menuntun.

Sebelum saya mempelajari modul ini mengenai konsep restitusi, saya sudah pernah menerapkannya dalam menghadapi permasalahan murid. Ketika itu ada siswa yang bisa dibilang pintar dan sangat rajin serta antusias sekali dalam pembelajaran. 

Namun, beberapa hari, minggu, bulan keaktifan dan keantusiasan murid tersebut turun drastis. Seperti tidak ada semangat belajar. Saya sebagai guru mencoba memanggil dan berdiskusi bersama di ruang Konseling. ternyata memang ada yang mendasari mengapa dia bersikap tidak seperti biasanya. Dia ada masalah intern dengan keluarganya.  

Tipe anak tersebut adalah tipe anak yang terganggu psikologisnya ketika mendapatkan sebuah masalah. Setelah beberapa kali kami berdiskusi akhirnya saya dapat menyimpulkan bahwa kebutuhan yang diperlukan murid tersebut saat ini adalah kebutuhan rasa cinta kasih sayang, perhatian, dan motivasi. 

Dalam posisi tersebut saya mencoba menerapkan kontrol sebagai manager. Saya mendekatinya dengan tulus dan rasa kasih sayang sebagai orang tua di sekolah, selanjutnya saya mengajak dia berdiskusi dengan menganggapnya sebagai teman. Dengan keterbukaan dia dalam permasalahannya di sekolah, maka kita dapat menemukan solusi yang tepat untuk penyelesaiannya.

Ada perubahan cara berpikir setelah saya mempelajari modul ini. Perubahan cara berpikir saya menjadi lebih luas dibandingkan sebelum mempelajari modul ini. 

Modul ini mencoba menguatkan karakter dan pemahaman seorang pendidik dalam menangani kasus murid-murid baik dalam pembelajaran maupun di luar kelas. Ada berbagai macam tindakan murid-murid kita yang tidak sesuai dengan aturan dan perlu kita tindaklanjuti dengan bijak supaya muncul evaluasi diri secara intern. 

Saya sudah memahami pemberian hukuman kepada anak kurang tetap tetapi pendisiplinan kepada anak melalui pendekatan yang baik akan menghasilkan anak-anak yang mampu memahami dirinya dan dapat meningkatkan motivasinya dalam mengikuti pembelajaran di sekolah.

Bagi saya modul ini sangat penting sebagai bekal dan ilmu dalam mendesain pembelajaran dan mengenai masalah yang muncul atau ditemukan dalam pembelajaran supaya timbul budaya positif baik dalam diri, murid, maupun warga sekolah.

Tindakan yang dapat saya lakukan untuk membuat dampak/ perbedaan di lingkungan setelah mempelajari modul ini adalah meyakini bahwa setiap tindakan murid memiliki dasar. 

Dasar-dasar tersebut perlu kita gali guna menyikapi murid kita dengan penuh hormat dan rasa cinta kasih. Setelah kita yakin, kita coba menerapkan dalam pembelajaran dengan harapannya lingkungan dapat tergerak dengan budaya positif yang kita terapkan.

Hal-hal lain yang penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif adalah bagaimana menguatkan budaya positif tersebut harus tetap menjaga komitmen, konsisten dan berkesinambungan dalam penerapannya. 

Selain ini sebagai pemimpin dalam pembelajaran guru dapat berkolaborasi dengan murid dalam transfer ilmu pengetahuan, mengenai bagaimana mengolah pembelajaran yang menarik untuk menggugah motivasi murid.

Langkah awal yang akan saya lakukan ketika kembali ke kelas yakni mencoba menerapkan apa yang telah dipahami melalui modul ini yakni mengenai konsep disiplin positif, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Semoga dapat menerapkan apa yang telah dipelajari dalam program guru Pengerak. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun