Mohon tunggu...
Nur Efita Fidiyanti
Nur Efita Fidiyanti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi UNJ

Halloo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bantuan Sosial untuk Kaum Minoritas di Masa Pandemi Covid-19

2 November 2021   17:50 Diperbarui: 2 November 2021   18:39 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Latar Belakang Masalah

Pandemi Covid 19 yang melanda Indonesia pada Maret 2020 memberikan dampak yang signifikan bagi kehidupan. Terhitung hingga awal November 2021, di Indonesia kasus Covid 19 mencapai 4,24 juta dan total yang meninggal dunia mencapai 143 ribu. 

Pada 30 Januari 2020, WHO telah menetapkan virus corona sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Masyarakat (Public Health Emergency of International Concern). 

Meningkatnya kasus Covid 19 secara tidak langsung juga berakibat pada penurunan perekonomian dunia, khususnya di Indonesia. 

Beberapa respon pemerintah untuk memutus penyebaran Covid 19 dengan menerapkan beberapa kebijakan hingga saat ini, yaitu social distancing, physical distancing, PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) serta PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). 

Tentu kebijakan tersebut memberikan tanggapan yang pro dan kontra dalam kehidupan masyarakat. Salah satunya bagi kaum minoritas yang sangat merasakan dampak pandemi, khususnya di bidang ekonomi. 

Waria adalah salah satu kaum minoritas yang belum mendapatkan penerimaan seutuhnya di masyarakat. Hal tersebut menjadikan kaum waria menjadikan kaum yang termarjinalkan dan dibedakan oleh masyarakat. 

Akibatnya, kaum waria harus memperjuangkan hak-hak mereka dengan segala kerentanan dan keterbatasan yang mereka miliki. 

Adanya pandemic Covid 19 beserta kebijakan pemerintah semakin memberikan keterbatasan bagi kaum waria, khususnya di DKI Jakarta.

Pandemic Covid 19 memberikan dampak ekonomi bagi kehidupan Mama Pandan dan teman-teman waria lainnya. Berikut penjelasan Mama Pandan yang terpaksa menutup salonnya dan mengalami pembatalan orderan karena pandemic Covid 19.

"Tapi, awal pandemic aku kena dampaknya banget sih.. lima orderan rias semuanya batal, aku nangis mana baru beli baju pesenan gitu kan, uang tinggal lima ribu, aku ngadu sama Rikky." Tutur Mama Pandan pada Sabtu (23/10/2021). 

Nasib Mama Pandan juga dirasakan oleh sekitar 80 waria di Kampung Duri dan sekitarnya yang kehilangan pekerjaannya, mengalami penurunan penghasilan, bahkan kehilangan tempat tinggal akibat pandemic Covid 19 mengakibatkan banyak wilayah terpaksa ditutup, seperti pertokoan, pasar dan pusat keramaian terpaksa ditutup. 

Waria sebagai salah satu kelompok minoritas yang paling rentan dan terdampak Pandemi Covid 19. Salon mereka terpaksa ditutup, pesanan merias pengantin terpaksa dibatalkan, mengalami PHK karena club terpaksa ditutup sementara dan penghasilan mengamen pun turun drastis. 

Sedangkan, kebutuhan mereka setiap harinya harus dipenuhi, seperti kebutuhan sehari-sehari, membayar kontrakan, dan sebagainya. 

"Banyak teman-teman transpuan yang bercerita kepada saya bahwa mereka putus asa dan ingin bunuh diri" tutur Mama Pandan.

Sanggar Seroja dan QLC Menggalang Dana Bantuan Sosial untuk Waria

Waria harus berhadapan dengan stigma negatif serta sikap diskriminatif dalam kesehariannya. Hal tersebut mengakibatkan ruang mereka semakin terbatas. Ditambah pandemi Covid 19 menyebabkan beban hidup yang dirasakan kaum waria semakin berat. 

Jika hanya berdiam diri di rumah tak ada penghasilan yang didapatkan. Jika diberhentikan dari pekerjaan dan tak mendapatkan uang bagaimana bisa mereka makan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Begitupun dengan hak-hak mereka yang belum terpenuhi, seperti KTP dan BPJS sehingga mereka kesulitan untuk mengakses bantuan sosial dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai.

"Satu minggu setelah lock down uang tabungan saya hanya Rp 5000,- kemudian saya curhat di sosial media dan ketua sanggar seroja, Rikky Muhammad Fajar dan QLC merespon dan menawarkan saya untuk memasak nasi bungkus sehari dua kali untuk teman-teman waria. Pada tanggal 26 maret 2020, Sanggar Seroja bekerja sama dengan Queer Language Club (QLC) mulai melakukan penggalangan bantuan dana untuk waria. Kami menggalang bantuan dana untuk 80 waria atau transpuan yang bermukim di kampung duri dan sekitarnya. Lebih tepatnya, di wilayah Kerendang Raya, Kali Anyar, Tanah Sereal dan Roxy Jakarta Pusat." Tutur Mama Pandan melalui video Youtube milik Sanggar Seroja.  

Mama Pandan dibantu oleh anggota Sanggar Seroja untuk membantu mendata para penerima bantuan, menampung bantuan, memasak, mengemas hingga mendistribusikan makanan ke penerima bantuan.

Seiring waktu berjalan, bantuan terus berdatangan, selama hampir 3 bulan mereka berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 177.000.000,- Dana tersebut disalurkan dalam bentuk bantuan tunai dan non tunai (sembako). 

Awalnya mereka membagikan nasi bungkus untuk makan siang dan malam setiap hari. Kemudian karena adanya PSBB menjadi paket sembako dan uang tunai setiap minggunya. 

Mereka juga menyisihkan dana bantuan untuk waria yang berada di Bekasi, Surabaya, Sulawesi utara, Maumere NTT, biaya berobat ibu Nancy (Jakarta) dan bantuan terhadap korban kekerasan waria Papua. (penjelasan melalui Youtube Sanggar Seroja)

Sanggar Seroja juga mendapatkan donatur dari Australia. Donatur tersebut mereka jadikan bantuan sosial bagi para waria yang terdampak pandemic Covid 19, seperti memberikan pendampingan vaksin bagi para anggota, untuk menambah imunitas teman-teman waria yang sangat rentan terkena Covid 19. 

Memberikan bantuan dana sebesar 300 ribu per orang untuk membantu kebutuhan hidup selama pemulihan pasca vaksin. Membantu membayar kontrakan sebagai tempat tinggal teman-teman waria yang berprofesi sebagai pengamen. Selain itu, selama pandemi, teman-teman waria kesulitan mengakses transportasi umum karena tidak memiliki surat izin kerja dari perusahaan. 

Oleh sebab itu, mereka memberikan bantuan sebesar 300 ribu untuk waria yang terancam diusir karena tidak bisa membayar kontrakan. 

Sanggar Seroja juga memberikan bantuan kepada waria yang tidak memiliki tempot tinggal dan tidur di kios pasar, bantuan tunai untuk para waria yang kehilangan pekerjaan karena club ditutup. Kemudian, membantu waria lansia untuk berobat serta memberi bantuan dana bagi waria yang terkena dampak kekerasan. (penjelasan melalui Youtube Sanggar Seroja).

Analisis Penulis
Bantuan sosial bagi waria yang dilakukan oleh Sanggar Seroja bersama QLC pada 26 Maret 2020 silam memberikan refleksi bahwa perlunya kesadaran sosial serta solidaritas untuk membantu sesama. 

Dilihat dari Program kegiatan yang dilakukan oleh Sanggar Seroja sebagai bentuk corporate philanthropy (charity), yaitu aksi dermawan atau donasi yang dilakukan untuk membantu orang lain, berupa sumbangan atau kegiatan amal yang dilakukan hanya pada satu waktu saja. 

Berikut beberapa bentuk program kegiatan corporate philanthropy yang dilakukan oleh Sanggar Seroja dan QLC, yaitu dengan memberikan bantuan berupa uang tunai, memberikan produk atau barang berupa bantuan sosial dan pemberian layanan Kesehatan serta pendampingan vaksin bagi waria yang membutuhkan. 

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari adanya penggalangan dana bantuan bagi para waria, yaitu terpenuhinya kebutuhan sehari-hari bagi mereka yang membutuhkan, memperkuat tali persaudaraan dan solidaritas para anggota komunitas serta para waria yang mendapatkan bantuan sosial.

Penutup
Waria merupakan kelompok minoritas yang rentan dan terdampak pandemi Covid 19. Mereka kehilangan pekerjaan, kesulitan mengakses layanan Kesehatan, keterbatasan untuk mengakses transportasi umum akibat pandemic. 

Penggalangan dana yang dilakukan oleh Sanggar Seroja merupakan suatu hal yang baik karena dibalik kepedihan dan kepasrahan yang dialami oleh kaum termarjinalkan, yaitu waria. 

Tapi, mereka masih memiliki inisiatif dan kesadaran sosial yang tinggi untuk membantu sesama dengan melakukan penggalangan dana. Padahal, mereka juga ikut terdampak Pandemi Covid 19. 

Adanya dampak pandemic yang mereka rasakan justru menggerakkan hati mereka untuk tetap membantu sesama. Perlu adanya bantuan dari pemerintah agar mereka bisa mendapatkan hak dan penghidupan yang layak untuk kedepannya.

Daftar Pustaka

  1. Amindoni, Ayomi. 2020. Transgender: Perjangan Transpuan di Masa Pandemi Virus Corona --'Hidup seperti orang yang Mati Perlahan'. (https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-52500732) di akses pada 1 November 2021 pukul 17.00
  2. Andriani, Dewi. 2020. Ini Bedanya Filantrofi, CSR dan Charity. (https://kabar24.bisnis.com/read/20200111/79/1189170/ini-bedanya-filantropi-csr-dan-charity) di akses pada 1 November 2021 pukul 17.25.
  3. Zulkipli dan Muharir. (2021). Dampak Covid-19 terhadap Perekonomian Indonesia. JIMESHA: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Syariah, Vol. 1, No. 1 Hlm. 7-12.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun