Mohon tunggu...
Nur Dwi Yanti
Nur Dwi Yanti Mohon Tunggu... Guru - Guru

Adakala ketika kita mencoba bersama untuk bergerak, sebagian ada yang mundur teratur. Adakala ketika kita terdiam semua bergerak...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dalam Diam

2 April 2023   12:02 Diperbarui: 2 April 2023   12:17 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gemeletak pecahan kayu terbakar anala, memecah sunyi.

Lidah mu menarikan tarian memukau bergerak erotis, berbahaya.

Terpapar radiasi memencar memberi racun karbon monoksida walau nuansa hangat merayap.

Akankah kau hisap racun itu diantara rasa hangatmu?

Aku mencoba meraih menyadarkan,

Terlalu banyak kau hisap racun yang terbalut kehangatan.

Merajuk dalam duka kau bertahan, 

Pedihmu aku tahu, 

Racun itu telah merasuk rongga membakar parumu hingga kau muntahkan dalam tangis.

Dalam diam,

Aku hanya dapat memberikan kehangatan semu, tanpa ikrar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun