"Masker ... masker...!" Angel mengingatkan teman-temannya untuk tetap mengenakan masker.
Melihat kelas 6B berbaris rapi, kelas 6A dengan tergesa turut berbaris di depan kelas mereka.Â
Setelah berdoa, kelas yang semula hening kembali riuh. Anak-anak mengeluarkan kain putih, plastik, palu dan  beragam daun. Mereka tampak tidak sabar untuk segera diberikan petunjuk dan melakukan praktek membuat batik ecoprint.
Suasana kembali hening ketika aku menarik meja ke tengah-tengah kelas dan mulai mendemontrasikan bagaimana proses membuat batik ecoprint. Setelah anak-anak menyimak dan mengamati selanjutnya aku ajak mereka untuk bekerja di luar kelas. Semangat mereka luar biasa.
Kemudian aku melangkah masuk ke ruang kelas 6A untuk memberikan petunjuk, mendemonstrasikan proses yang sama serta mengarahkan anak-anak untuk keluar dan mulai praktek.
Beberapa anak sudah menghamparkan kain, menyusun dedauan di atas kain, menutupnya dengan platik dan memukul-mukul daun menggunakan palu yang dibungkus karet ban.
Suara tak-tok-tak-tok tidak beraturan beradu antara palu dan lantai. Suasana puasa tidak menghalangi semangat mereka saat bekerja. Sesekali aku ingatkan agar tidak memukul daun terlalu keras menghindari kain tidak sobek. Â
Hampir tiga tahun anak-anak belajar secara daring, tidak bertemu teman-teman mereka. Melakukan kegiatan praktek dan membuat tugas proyek melalui rekaman video atau foto. Kini keceriaan mereka begitu nyata, semangat, memiliki minat yang besar untuk melakukan pekerjaan bersama.
Suasana yang mereka rindukan kini terpenuhi sudah. Walau pembelajaran hanya dilakukan selama 2 jam, minat belajar mereka kembali bangkit.Â
Memerlukan proses hampir satu bulan untuk mengembalikan semangat dan keceriaan mereka di dalam kelas. Penyesuaian jam, pendekatan belajar yang tepat merupakan bagian penting dalam membangkitkan minat belejar mereka.Â