Bagai anak api si ibu dibuat kerepotan
Kadang menghangatkan kadang meresahkan
Sekali meresahkan malah menjengkelkan
Hingga langit pun berteriak
Mengeluarkan kata muak
Menuntut kata berhak
Ibu berhak kesal
Ibu berhak murka
Ibu berhak menghakimi
Namun apakah kata lelah pernah tertalu?
Tulang terpaku daging membisu
Langit termangu laut pun mesu mesu
Saat ibu berkata 'anakku' dengan penuh kasih kelembutan
Dikala alarm mengutuk
Ranjang tertekuk
Anak ini tetap berawang di alam terkutuk
Bingung...
Ibu kenapa seperti itu
Ibu kenapa menahan semua itu
Ibu kenapa tak tinggalkan saja anak ini
Jawablah... Jawablah ibu...
Sungguh tak tahu malu api ini
Diciptakan dengan penuh kehati-hatian
Dirawat dengan penuh kasih sayang
Sayang-sayangnya saat besar malah balik menerkam
Saat meluas rasa dahaga tak pernah terpuaskan
Saat padam pun meninggalkan sakit mendalam
Penyesalan anak kini hanya bisa tersapu
Terbawa angin yang mendayu-dayu
Hingga termakan oleh kelabu
Oleh Nurdiyanti Ayu Hidayah Sari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H