Kabar sakit kanker kuperoleh dari Bunda langsung lewat pesan di facebook yang dikirimkan untukku. Aku kaget tak percaya, mengingat betapa sehatnya dirimu, dan baru saja melahirkan putra tercinta, Jagad. Aku menelpon dan kembali mendengar suaramu. Bersemangat dan tetap berpikir positif tak lepas darimu, aku terharu. Janji untuk menjenguk pun akhirnya tertunaikan saat aku berlibur di Yogja. Kusempatkan menemuimu dan aku kehilangan kata-kata. Aku tak percaya pada perubahanmu, Bunda. Engkau begitu kurus dan telah kehilangan mahkotamu yang dulu tergerai indah meski senantiasa dipotong pendek. Tapi engkau tetap tersenyum dan tak berusaha menyembunyikan apapun.
“Sebentar lagi aku dioperasi, Nur. Aku pasti sembuh habis dioperasi. Doain aku, ya,” kalimatmu yang positif menjadi doaku juga. Aku berharap Bunda segera sembuh dan kembali membersamai banyak mimpi anak-anak yang sedang kehilangan arah. Aku yakin Bunda dirindukan kehadirannya oleh banyak orang yang telah terikat secara emosional dengannya. Sikap positif yang Bunda lihat dari setiap orang masih dibutuhkan oleh banyak orang yang barangkali tak akan percaya pada kemampuannya sendiri.
“Ini lho, Jagad. Lihat ganteng, kan?” kebahagiaan lewat binar matamu seakan mampu melenyapkan sakit yang engkau derita. Aku turut mengamini. Bayi laki-laki tampan, sehat, dan lincah itu membuatku terenyuh. Bunda pasti sembuh apalagi Jagad membutuhkanmu, Bunda. Bisikku dalam hati saat melihat Jagad bersama pengasuhnya.
Betapa pun besarnya cinta keluarga dan mereka yang mengenalmu, tetaplah tak mampu mengubah Kuasa Tuhan. Engkau berpulang di antara banyak cinta yang mengelilingimu. Penderitaan yang kau rasakan di dunia telah berakhir, Bunda. Mungkin inilah cara Tuhan menguji kesetiaan kami pada-Nya. Semangatmu tetap hidup dalam jiwa kami yang mencintaimu.
Berbahagialah mereka yang memiliki kesempatan mengenalmu jauh lebih lama dan mendalam daripada aku, Bunda. Semoga mereka yang mencintaimu, mampu merelakan kepergianmu dengan cara yang indah, bahwa kepergianmu juga salah satu wujud cinta Tuhan padamu dan mereka yang mencintaimu. Damailah jiwa mereka yang mencintaimu, moga kesedihan yang dirasakan tidak hanya menjadi penanda betapa besarnya cinta mereka padamu, tapi juga menjadikan mereka pribadi yang tabah lagi tangguh, layaknya kepribadianmu Bunda. Terima kasih telah menjadi Bunda yang hebat untukku, dan banyak orang. Matur nuwun.
Hikari Home, 18 Agustus 2013
9:10
Note: Maafkan kami Tuhan yang masih didera kesedihan karena belum bisa merelakan keindahan hatinya menjauh dari sisi kami….
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H