Keberhasilan Tiongkok merekatkan kembali hubungan Republik Islam Iran dengan kerajaan Saudi Arabia sangat mengkhawatirkan  rezim Zionis israel dan sekutunya AS,karena bisa menghambat strategi politik dalam konsep"Israel raya"yang sudah lama diklaim bahwa wilayah yang terbentang dari lembah sungai Euprat (Iraq)hingga lembah sungai Nil(Mesir)merupakan wilayah yang menurut keyakinan Yahudi telah dijanjikan Tuhan kepada Zionis Israel.
Namun wilayah yang diklaim Zionis israel  negara piaran AS dan sekutunya itu sekarang terdiri dari beberapa negara merdeka dan berdaulat yakni  Saudi Arabia,Yordania,Mesir,Suriah, Iraq,Libanon, Qatar,Kuweit,Bahrain,UAE,dan tentu saja Palestina.
Terkait masalah itu sehingga Amerika Serikat(AS)berupaya memecah belah negara-negara tersebut dalam konteks untuk melindungi Zionis israel,dan politik adu domba yang dilancarkan AS selama ini  relatif berhasil .
Negara-negara yang menentang strategi politik AS serta menentang kepentingannya di regional Timur Tengah satu demi satu diruntuhkan.Pemerintahan Iran yang demokratis dibawah pimpinan PM.Mohammad Mossadeq digulingkan tanggal 19 Agustus 1953 karena berseberangan dengan kepentingan "Paman Sam".
Presiden AS,Dwight D.Eisenhower merekayasa konstalasi politik melalui agen-agen intelejen CIA sampai tergulingnya PM.Mohammad Mossasdeq,dan digantikan dengan rezim bonekanya Syah Iran.Sejak saat itu rezim Syah Iran menjadi proksi Gedung Putih sebagaimana halnya rezim Zionis israel.Bahkan Zionis Israel dan rezim Shah Iran dijadikan oleh Gedung Putih sebagai anak emasnya di regional Timur Tengah bersamaan mengintimidasi negara-negara Timur tengah lainnya.
Kerajaan Iran yang dikuasai dinasti Mohammad reza Pahlevi(Syah Iran)dijadikan sebagai"monster"bersama Zionis Israel di kawasan regional Timur tengah ,yang kemudian Teheran menjadi kekuatan  militer terkuat selain Zionis Israel dikawasan tersebut.
Hubungan Syah Iran dengan berbagai negara Timur Tengah lainnya sangat berseberangan terkait masalah Palestina,karena Teheran  saat itu mendukung Zionis israel yang tentu saja berlawanan dengan negara-negara Timur tengah lainnya yang mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina melawan Zionis israel.
Dalam konteks inilah AS menjadikan Teheran sebagaimana  halnya Zionis israel sekarang ,yang selanjutnya Teheran menjadi negara nomor  5 terkuat dunia dibidang militernya yang mengancam negara-negara Timur Tengah lainnya.Bahkan selanjutnya Amerika Serikat(AS) menggabungkan Teheran kedalam  aliansi militer pimpinan AS di Timur Tengah.Aliansi militer Timur Tengah dimulai dari pakta Bagdad yang dibentuk tanggal 24 Februari tahun 1955 yang mulainya beranggotakan Iraq,Turkiye,Inggris,Pakistan dan Iran.Namun kemudian Iraq keluar dari keanagagoataannya,dan AS bergabung sejak tahun 1959 sehingga aliansi itu yang kemudian dikenal dengan Central Treaty Near East Organization(CENTO)yang beranggotakan AS,Inggris,Turkiye,Pakistan,dan Iran
Akan tetapi muncul Ayatullah Khumeinei yang kembali dari pengasingan di Perancis berhasil melancarkan revolusi mulai 7 Januari tahun 1978 hingga 11 Februari tahun 1979 berhasil menumbangkan rezim monarchi Mohammad Reza Pahlevi (Syah Iran),dan pemimpin spritual tertinggi itu kemudian mendirikan negara Republik Islam Iran.Republik Islam Iran sejak awal memang  menggelorakan semangat revolusi anti AS ,yang semua kepentingan AS dinegaranya dilenyapkan .
Sejak  kepentingan AS dibersihkan oleh Republik Islam Iran ,maka mulailah Gedung Putih kembali menata ulang  strategi politiknya di regional Timur tengah .Gedung Putih menciptakan Republik Islam Iran seolah-olah"monster"terhadap negara-negara kawasan regional Timur Tengah.
Sebagai realisasinya,AS menggalang sekutunya untuk menggulingkan Republik Islam Iran dengan berbagai cara sampai membantu Saddam Hussein melawan Teheran dalam perang teluk 1 ,namun Republik Islam Iran  justru semakin kokoh dan kuat .
Karena kegagalan tersebut ,AS merekayasa konstalasi politik sehingga eskalasi regional Timur Tengahnya semakin meningkat dengan merekayasa opini internasional seakan-akan Republik Islam Iran akan mengekport revolusinya keberbagai kerajaan di Timur tengah.
Selanjutnya karena terpengaruh rekayasa AS menyebabkan beberapa negara kawasan teluk membentuk organisasi kerjasama dalam rangka menghadapi ancaman Republik Islam Iran seiring AS meningkatkan kehadirannya di Timur tengah terutama paska perang teluk 1 dan 2 sehingga kini puluhan ribu tentara AS tersebar diberbagai negara teluk seperti Qatar,Bahrain,Kuweit,UAE,Saudi Arabia, Oman,Yordania ,Iraq,Suriah.
Kehadiran pasukan AS semuanya ditujukan untuk mengantisipasi ancaman Republik Islam Iran sekaligus melindungi Zionis israel.
Hubungan antara Republik Islam Iran dengan berbagai negara-negara teluk tegang,karena selalu direkayasa oleh AS untuk kepentingan politik dan ekonominya bagi pemasaran persenjataannya ke negara-negara teluk yang merasa terancam oleh Republik Isl Iran.
Terkait hubungan diplomatik antara Arab Saudi dan republik Islam Iran yang terputus tahun 2016 karena misi diplomatik Saudi Arabia di Teheran diserang menyusul eksekusi terhadap pemimpin muslim Syiah,Nirm di Ryad menyebabkan terjadi ketegangan antara kedua negara tersebut.
Selanjutnya Republik Islam Iran yang mendukung proksinya ,Houthi (Yaman)mengguling pemerintah Yaman dukungan Arab Saudi .
Ketegangan tersebut meledak antara negara-negara teluk pimpinan Arab Saudi dalam perang saudara di Yaman,dimana Arab Saudi dan sekutu teluknya melawan Houthi dukungan Republik islam Iran.
Dalam hal ini AS dan sekutunya membiarkan hal itu terjadi ,bahkan menajamkannya dengan menuding  Teheran sedang membuat senjata nuklir yang selalu dibantah oleh negara para mullah tersebut.Republik islam Iran tidak mau tunduk kepada tekanan AS dan sekutunya,sehingga AS memimpin aliansinya untuk menjatuhkan berbagai sanksi politik,ekonomi,militer terhadap Republik islam Iran.
Seiring semakin kokoh dan kuatnya teknologi militer Republik islam Iran sehingga eskalasi regional Timur Tengah tetap tinggi ,Cina yang sangat berkepentingan terhadap enerji kawasan Timur tengah muncul kedepan mulai menggusur pengaruh AS dan sekutunya di kawasan tersebut.
Ketika AS mulai ditinggalkan oleh negara-negara Timur tengah  terkait sikap kemunafikan gedung Putih di wilayah Palestina,maka Tiongkok mendekati negara-negara teluk dan Republik islam Iran untuk meredakan ketegangan yang sudah lama dikawasan itu.
Presiden Tiongkok,Xi Jin Ping berhasil merekat memulihkan hubungan antara Riyad dengan Teheran yang terputus sejak tahun 2016.Hubungan diplomatik antara Republik islam Iran dan Kerajaan Saudi Arabia akhirnya Maret 2023 pulih normal kembali begitu juga perang saudara di Yaman akhirnya berhasil dihentikan.
Hubungan antara Teheran dan Ryad semakin mesra,dan Presiden Republik Islam Iran Masoud Pezeskhian sudah mengunjungi Saudi Arabia dan beberapa negara teluk lainnya,dan pada hari Ahad 10 November 2024 kepala staff umum Republik Islam Iran Jenderal Mohammad Baheri bertemu dengan timbalannya dari Arab Saudi Fayyad Al Ruwaili di Teheran.
Kunjungannya ke Teheran itu sebagai kunjungan balasan yang dilakukan Jenderal Mohammad Bagheri November tahun 2023 lalu.Selain itu dalam waktu bersamaan pula Presiden Republik Islam Iran,Masoud Pezeskhian melalui telpon berdiskusi dengan putra mahkora kerajaan Arab saudi Pangeran Muhammad Bin Salman .Sementara Jenderal Mohammad Bagheri melalui telpon juga berbicara dengan Menteri Pertahanan Arab saudi,pangeran Khalid bin Salman.
Keakraban hubungan Teheran dengan Ryad disaambut hangat oleh Tiongkok,sebagaimana dikatakan oleh juru bicara kementerian Luar negeri (Jubir Kemenlu) Lin Jian bahwa Beijing menyambut baik  hubungan antara Teheran dan Ryad itu semakin mesra bagi terciptanya kedamaian di regional Teluk Parsia.
Terkait hal itu Tohid Assadi,pakar untuk Republik Islam Iran mengatakan bahwa hubungan yang semakin erat antara Teheran dengan Riyad tersebut sangat penting dalam menghadapi ancaman kolektif  yang diantisipati secara kolektif pula,terutama terkait genosida yang dilakukan Zionis Israel terhadap palestina dan Libanon dalam menghadapi  pergantian pemimpin AS dari Joe Biden ke Donald Trump .Oleh sebab itu perlu kesatuan dari negara-negara regional Timur Tengah dalam menghadapi berbagai kemungkinan terkait genosida yang dilakukan Zionis israel terhadap Palestina ,Libanon dalam konteks merespon perubahan kepemimpinan di Gedung Putih dari Joe Biden Partai Demokrat ke Donald Trump dari Republik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H