Mohon tunggu...
Nurdin
Nurdin Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah

sebagai guru sejarah dan sosiologi di SMA di kota Bandung tentu saja perlu berwawasan luas,karenanya saya selalu suka membaca dan menulis untuk memperluas wawasan yang masih sempit ini.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Debat Capres: Ketika Etika Tergurus, Kualitas Demokrasi Pun Minus

8 Januari 2024   09:25 Diperbarui: 8 Januari 2024   09:45 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bangsa Indonesia yang menonton debat capres tanggal 7 Januari 2024 yang diselenggarakan KPU di Snayan tentu terkaget-kaget saat menyaksikan capres nomor urut 2 Prabowo Subiyanto enggan bersalaman dengan nomor urut 1  Anies Baswedan,karena dia kemungkinan besar belum siap menaggapi taggapan-tanggapan  dari nomor urut 1 ataupun memang dia enggan mendapat kritikan tajam dari pihak lainnya.

Memang capres nomor urut 2  kurang mampu mengemukakan data-data dalam setiap  gagasannya  sehingga menjadi bulan-bulanan dari capres nomor urut 1 dan nomor urut 3 menyebabkannya kerapkali muncul karakter aslinya yang emosional.Nomor urut 1 memang secara akademis relatif lebih baik dan sistematis dalam mengemukakan gagasannya daripada capres nomor urut 2 dan nomor urut 3 Ganjar Pranowo.Akan tetapi gagasan yang dikemukan oleh nomor urut 1 ,Anies Baswedan mampu ditanggapi dengan relatif baik oleh capres nomor urut 3 berbanding tebalik dengan tanggapan yang dikemukakan oleh capres nomor urut 2 

Sebagai capres yang kalau terpilih tanggal 14 Februari 2024 akan memimpin bangsa Indonesia mestinya mampu meredam emosinya kendatipun tidak mampu mengemukakan data-data valid dalam gagasannya saat menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari capres nomor urut 1 dan capres nomor urut 3 bukannya memperlihatkan karakter yang kurang etis dan enggan diwancarai  oleh para jurnaslis serta lebih parah lagi enggan bersalaman dengan capres nomor urut 1 dengan berbagai alasan yang sengaja dibuatnya sendiri.

Apa yang dilakukan capres nomor urut 2 tersebut mengingatkan kita kepada hal serupa yang pernah dilakukan Donald Trump saat keok dalam pesta demokrasi AS  melawan Joe Biden.Donald Trump enggan bersalaman dengan presiden terpilih Joe Biden  ,dan segera Donald Trump terbang pulang kerumahnya dengan pesawat Air Force One  bersaama puluhan paket rahasia AS ke California.Hal inilah menyebabkan Donald Trump berusan dengan pengadilan di negara adi kuasa itu,saehingga elektabiitasnya turun drastis  kemungkinan besar Donald Trump kandidat dari Partai Republik tidak bisa mengikuti pilpres nanti . 

Bagi capres-cawapres mestinya memiliki karakter kenegarawan ,yang tenang saat menanggapi sesuatu pertamnyaan dari capres-cawapres lainnya  dan tidak emosional,dan tahan terhadap berbagai kritikan .Namun sangat disayangkan capres nomor urut 2 kurang memiliki hal tersebut ,padahal apa yang dilakukannya itu disaksikan oleh bangsa Indonesia.

Nah,sekarang terserah kepada bangsa ini apakah bangsa Indonesia menghendaki pemimpinnya yang enggan menerima kritik walaupun kebijakannya keliru  dan kalau tidak mampu mengemukakan data-data valid dalam setiap gagasannya dalam menanggapi pertanyaan capres lainnya ditutupi dengan joget ataupun dengan memunculkan sikap emosionalnnya yang tidak pada tempatnya .

Seorang pemimpin bangsa Indonesia kedepan memerlukan seorang negaraqan yang tenang,sabar tidak emosional dalam menanggapi setiap dinamika politik nasional maupun internasional yang sangat dinamis.Indonesia  secara geografis,geo ekonomi,geopolitik dan geososbudnya sangat strategis sehingga Indonesia membutuhkan karakter pemimpin yang mampu mengelola emosinya dalam kancah percaturan politik internasional.

Moga kedepan Indonesia memiliki pemimpin yang jauh darikarakter yang temperamental,tetapi pemimpin Indonesia kedepan harusnya dijabat oleh sosk yang santun namun tegas berwawasan luas  sehingga Indonesia dihormati oleh masyarakat internasional"menjadi tuan rumah di negaranya sendiri dan menjadi tamu mempersona dikancah internasional.".Aamiin

       

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun