Mohon tunggu...
Nurdin
Nurdin Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah

sebagai guru sejarah dan sosiologi di SMA di kota Bandung tentu saja perlu berwawasan luas,karenanya saya selalu suka membaca dan menulis untuk memperluas wawasan yang masih sempit ini.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hut Pahlawan Ke 66: Tahukah Anda Berapa Orang Presiden RI?

10 November 2011   03:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:51 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika membaca pertanyaan diatas ,maka dengan enteng bisa dijawab oleh siapaun apalagi oleh guru yang senantiasa berkecimkpung dalam dunia pendidikan,terutama bagi guru yang memang senantiasa menyukai sejarah perjuangan nasional bangsa Indonesia.Sementara bagi peserta didik yang menyukai mata pelajaran sejarah juga tidak sulit menjawabnya,yang dengan tidak lama mengingatnya mereka menyebutnya satu persatu  sebagaimana yang diajarkan oleh guru sejarahnya di sekolah.

Indonesia sampai sekarang ini sudah memiliki  enam presiden ,yakni  Sukarno,Suharto,Baharuddin Yusuf Habibi,  KH.Abdurrahman Wahid,Megawati Sukarnoputri,dan Susilo Bambang Yudoyono.Demikian yang sudah terpatri dalam benak peserta didik ,serta sebagian besar masyarakat Indonesia sudah mengangapnya seperti itu,bahwa sejak Indonesia merdeka 17 Agustus 1945 sampai sekarang baru enam orang presiden yang pernah menduduki tampuk kekuasaan di Indonesia ini.Begitulah anggapan selama ini,yang sesungguhnya sangat berbeda dengan yang sebenarnya sebagaimana tercatat dalam sejarah perjuangan nasional bangsa Indonesia.

Mengapa berbeda apa yang sebenarnya tercatat dalam sejarah perjuangan nasional Indonesia dengan apa yang ada dalam berbagai buku sejarah yang sejak lama diajarkan di berbagai lembaga pendidikan formal itu ?  Para tenaga edukatif dengan segera pula bisa menjawabnya ,bahwa memang dalam buku-buku sejarah yang ditulis oleh para sejarawan sendiri memang demikian,serta di setujui oleh pemerintah Indonesia.Padahal proses historiografi itu sudah terjadi"pembelokan-pembelokan"dari apa yang sebenarnya ,tetapi para sejarawaan terkesan mencari jalan amannya saja sehingga mereka terpaksa melawan nalurinya sendiri.

Padahal dalam sejarah perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia terdapat dua orang lagi yang lebih layak juga disejajarkan dengan jabatan kepresidenan RI ,bahkan keduanya justeru menjadi presiden pada saat-saat Indonesia berada dalam keadaan kritis yang menentukan" hidup matinya" sebuah negara Indonesia. Bahkan jauh lebih berarti dari presiden-presiden berikutnya,yang hanya tinggal mengisi kemerdekaannya saja meskipun juga masih terkesan sulit dan sangat lamban.

Dalam sejarah mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari berbagai rongrongan Belanda yang hendak memulihkan kembali kekuasaannya di Indonesia ,sesuai dengan perjanjian San Francicco dan Cicil Affairs Agreement yang ditandatngani Sekutu,termasuk Belanda.Maka status quo diberlakukan kembali sestelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu 15 Agustus 1945,dan Indonesia dikuasai Pasukan Sekutu pimpinan Lord Louis Mounbaten (Inggris) yang berkedudukan di Colombo.Lalu Inggris membagi daerah kekuasaannya kepada dua bagian,yakni Indonesia bagian Barat dibawah pasukan Inggris asal India-Gurkha,dan Indonesia bagian tengah dan timur dibawah kekuasaan pasukan Inggris  asal Australia dan New Zealand.

Pasukan sekutu (Inggris dan dominionnya)juga mengikutsertakan Belanda(NICA)menduduki seluruh Indonesia, kecuali daerah Aceh yang tetap merdeka dan berdaulat,karena Sekutu terkesan mengakui Aceh sehingga baik Inggris maupun Belanda tidak memasuki Aceh.Baik karena memang sengitnya perlawanan rakyat Aceh terhadap Belanda dalam perang berkepanjangan (1873-1946)menyebabkan Belanda tidak mau berusan lagi dengan Aceh, bahkan Vaan Mook mengakui kemerdekaan Aceh asalkan tidak membantu Indonesia.Sebagai dalih Van Mook waktu itu,bahwa pengakuannya terhadap kedaulatan Aceh sebagai balasan pengakuan Kesultanan Aceh terhadap kemerdekaan Belanda dari Spanyol tahun 1602. Namun dalam sejarah tercatat Rakyat Aceh di bawah pimpinan  Teungku.Muhammad Daud Bereueh (Ketua PUSA=Persdatuan Ulama Seluruh Aceh)tetap juga memeragi Belanda di perbatasan Aceh-Medan Sumatera Utara.

Dalam konteks inilah ketika seluruh wilayah Indonesia lainnya dikuasai oleh Belanda menyusul agresi militer keduanya 19 Desember 1948,Yogyakarta ibukota RI dikuasai sepenuhnya oleh Belanda sementara Presiden Sukarno,Wakil Presiden Mohammad Hatta  beserta anggota kabinetnya ditangkap oleh Belanda.Dalam keadaan darutat itu,MR.Syafruddin Prawiranegara menteri Kemakmuran yang berada di Sumatera waktu itu membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia(PDRI)tanngal 22 Desember 1948  di Halaban,Payakumbuh.Dan beliau diangkat sebagai Presiden PDRI yang selalu berpindah-pindah pusat pemerintahannya untuk menghindari sergapan Belanda.Kononnya proses suksesi tersebut berdasarkan"Mandat"yang dikirim Sukarno lewat radio kepadanya di Sumatra,mesksipun hal itu masih kontroversial dikalangan para sejarawan.

Sebagai Presiden RI ke dua yang akhirnya menetap di Banda Aceh,ibukota RI .Dari sanalah ia mengelola pemerintahannya sampai tanggal 13 Juli 1949  beliau menyerahkan kembali mandatnya dalam suatu Sidang kabinet kepada Wakil Presiden Muhammad hatta di Yogyakarta.Selanajutnya Sukarno dan Muhammad hatta diangkat sebagai Presiden dan wakil Presiden RIS(Republik Indonesia serikat)15  dan 20 Desember 1949 berpusat di Jakarta,sedangkan Republik Indonesia beribukota Yogyakarta di jabat As Saad sebagi Presidennya.Berdasarkan catatan sejarah tersebut,maka sesunggunya  Presiden RI sekarang berjumlah delapan orang,yakni Sukarno,Mr  Syafruddin Prawiranegara,As Saad,Suharto ,BJ.Habibie,KH.Abdurrahman Wahid(Gus Dur),Megawati Sukarno putri dan Susilo Bambang Yudoyono.

Dalam hal ini maka sudah waktunya para sejarawan meluruskan sejarah nasional bangsa Indonesia,yang sempat di bengkokkan sebelumnya karena alasan-alasan politik rejim pemerintahan waktu itu.Boleh jadi karena dinamika politik waktu itu sehingga persepsi seseorang sejarawan juga diwarnai oleh persepsi sesuatu rejim pemerintah Indonesia sebelumnya.Mengenai gelar Pahlawan nasional yang di berikan Pemerintah Indonesia kepada Presiden ke dua RI ,Mr.Syafruddin Prawiranegara  terkesan terlambat ,karena sudah lama diajukan oleh berbagai pihak tetapi selalu saja ditolak oleh pemerintah sebelumnya.Boleh jadi karena beliau terkait dengan PRRI yang dianggap sebagai pemberontak terhadap rejim Orded lama waktu itu,padahal mereka melancarkan gerakan untuk memprotes rejim Orrde lama itu yang sudah meyimpang dari UUD 1945.Para sejarawan perlu segera menulis kembali sejarah nasional Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun