Mudik adalah budaya bangsa Indonesia dalam rangka semangat pengabdian kepada kampung halaman dan semangat mempererat jalinan silaturahmi kepada sanak saudara serta dalam rangka pembuktian betapa besarnya bakti dan cinta kita kepada orang tua yang membesarkan kita.
Hal ini menjadikan kita semua memiliki motivasi yang sangat kuat untuk mudik, walaupun hanya sekedar bersapa dengan orang tua dan sanak saudara.Â
Momen Idul Fitri menjadi hambar tanpa mudik, sehingga apapun akan dilakukan untuk dapat mudik kekampung halaman. Jauhnya kampung halaman dan lamanya waktu tempuh bukan menjadi penghalang.Â
Karena sikap yang demikian hebat, dan rentang waktu mudik yang sangat pendek, menjadikan perjalanan mudik tidak mudah, dimana puluhan juta manusia bergerak dalam waktu yang bersamaan.
Menghadapi hal tersebut, setiap tahun pemerintah selalu mengantisipasi terjadinya kemacetan dan ketidaknyamanan mudik. Sistem transportasi yang dirancang sedemikian rupa oleh pemerintah, kadang-kadang tak sanggup mewadahi semangat mudik, sebagai contoh kasus "brexit" tahun 2016, ribuan kendaraan tak dapat bergerak dan hanya bisa pasrah, bahkan penulis sendiri menjadi pelaku sejarah kasus brexit tersebut.Â
Sebenarnya setiap tahun kita disuguhi pengalaman berharga dari aktivitas mudik, yang mana harusnya menjadikan perbaikan bersama, namun karena seringnya kita berfikir sesaat, maka penyelesainya juga sesaat, sehingga tidak terjadi keberlanjutan sistem transportasi, dan terus kita mengulang-ulang hal yang sama.
Sudah saatnya kita bergerak menuju keberlanjutan transportasi (sustainable transport). Hal ini sesuai dengan agenda utama dunia yaitu SDGs nomer 9, 11 dan 13.
Sustainable transport yang dimaksud yaitu, kita tidak saja hanya mencipatkan transportasi yang aman, nyaman, tepat waktu dan efisien, namun juga harus memikirkan aspek lingkungan hidup.
Sebenarnya saat ini kita sudah tertinggal sangat jauh, negara-negara tetangga sudah memikirkan green transportation (mobil listrik, hidrogen dll), namun kita saat ini masih saja berkutat pada level penyedian transportasi yang aman (safety).Â
Mudik yang bertujuan sangat mulia, bisa jadi tercemar akibat kita tidak mengunakan alat tranportasi yang ramah lingkungan, bisa kita bayangkan jutaan kendaraan bermotor menghasilkan gas buang CO2 yang dapat mengakibatkan pemanasan global. Bahkan tak hanya itu saja, kendaraan yang kita pakai akan menimbulkan kebisingan dan dampak negatif lainnya.Â
Sungguh sangat disayangkan mudik yang bertujuan mulia ternyata memberikan dampak yang negatif terhadap lingkungan.
Semoga mudik tahun ini menjadi awal bagi kita untuk berbenah demi mewujudkan sustainable transport, dimana seluruh masyarakat sadar betapa pentingnya kita berfikir mengenai keberlanjutan transportasi, bukan saja untuk kita, namun untuk anak dan cucu kita nanti.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H