Mohon tunggu...
Nurdin Al Ashari
Nurdin Al Ashari Mohon Tunggu... -

mohon kritik dan sarannya ^_^

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hanya 30 Menit

12 Juli 2015   11:50 Diperbarui: 12 Juli 2015   11:55 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Kedua telapak tangan Cindy basah karena gugup dan dia pun mengepalkan keduanya. Cindy menarik nafas berusaha mengendalikan diri. Tanpa ada kalimat yang keluar dari mulutnya, Cindy menganggukan kepalanya.

“MAU??” Tegas Adit. Sejurus kemudian Cindy kembali menganggukan kepala. Spontan Adit melompat kegirangan dan berteriak tetapi segera menguasai diri karena di berbagai sudut sekolah banyak siswa yang memperhatikan tingkahnya. Adit kembali duduk di samping Cindy yang lalu mengungkapkan rasa bahagianya atas kesediannya untuk menjadi pacarnya. Sementara Cindy hanya terdiam tersipu malu di tempatnya. Momen-momen canggung pun tercipta beberapa detik, hingga akhirnya Adit pun mengajak Cindy untuk pulang bareng. Adit berdiri lalu menjulurkan tangan kirinya kepada Cindy. Tangan Adit pun disambut oleh Cindy yang akhirnya mereka pun bergandengan. Pukul 14.05 mereka resmi jadian.

Adit dan Cindy pulang berjalan kaki dengan tangan tetap bergandengan. Kerena letak sekolah mereka berada di tengah-tengah komplek perumahan, sehingga jarak antara sekolah dengan rumah pun tidak begitu jauh. Bisa ditempuh hanya sepuluh menit dari sekolah ke rumah dengan berjalan kaki. Jarak antara rumah Cindy dengan Adit pun tak berjauhan, hanya selang lima blok rumah. Sekarang pukul 14.15 waktu yang seharusnya menunjukan mereka sudah sampai di rumahnya masing-masing. Tetapi mereka memutuskan untuk jalan-jalan sejenak di taman sekitaran kompleks. Mereka sudah tidak lagi bergandengan tangan. Mereka berjalan selangkah demi selangkah sambil membicarakan banyak hal. Lima menit kemudian mereka duduk di kursi taman, dibawah naungan pohon rindang. Suasana sejuk pun tercipta, melengkapi kebahagiaan pasangan remaja yang baru terjalin. Entah apa saja yang mereka bicarakan sehingga berbagai ekspresi mereka keluarkan. Tertawa, tersenyum, malu-malu, cemberut namun tersenyum lagi, sampai akhirnya mereka pun tersadar bahwa mereka masih berpakaian seragam sekolah dan belum pulang ke rumah.

“Eh pulang yuk Dit, udah jam setengah tiga nih.”

“Waduh iya juga.”

Mereka pun pulang. Langkah mereka tidak lagi selangkah demi selangkah melainkan berjalan normal. Sesampainya di depan cluster perumahan, mereka harus menyeberang terlebih dahulu melewati empat lapis jalan raya yang di batasi dengan trotoar-trotoar. Lapis pertama untuk jalur lambat, lapis ke dua dan tiga untuk jalur cepat, dan lapis ke empat untuk jalur lambat. Diantara lapis dua dan tiga dibatasi oleh trotoar yang cukup lebar dan ditanami oleh rerumputan dan kelapa sawit. Di trotoar tersebut mereka bercanda. Tanpa sadar Cindy berada di seperempat jalan raya. Sementara di arah samping Cindy ada mobil sedan hitam melaju begitu kencang. Adit spontan berlari dan mendorong Cindy hingga terpental jauh. Belum sempat Adit menghindar, sedan hitam itu sudah menghantam tubuh Adit. Punggung Adit membentur kaca depan mobil, berguling di atap mobil, dan terhantam di atas aspal yang kasar dan panas. Kepalanya pecah, bagian tubuhnya berlumuran darah dan lecet dimana-mana, bagian tulang keringnya mencuat ke atas, dan lengan kirinya berputar dari posisi normalnya.

“ADIIIIIIIIT!!” Teriak Cindy histeris.

Beberapa detik kemudian tubuh Adit pun sudah dikelilingi oleh banyak orang. Diantara mereka berbisik-bisik dan menunjuk-nunjuk. Cindy membuyarkan kerumunan mereka. Sesaat di hadapan tubuh Adit, tubuh Cindy lemas, Shock, Cindy pun jatuh terduduk. Sambil menutup mulutnya Cindy menangis sesegukan. Cindy merangkak ke arah tubuh Adit tetapi dia bingung apa yang harus dia lakukan. Melihat kondisi tubuh adit yang seperti itu Cindy ingin mengecek denyut nadinya tetapi tidak berani yang ada hanya menangis dan berteriak,

“TOLOOOOONG...TOOOLOOOONG...SESEORANG TOLONG.”

Munculah dari kerumunan seorang pria berkemeja hitam dan berdasi merah, “Astaghfirullahal’adzim.” Pekiknya melihat kondisi tubuh yang demikan berantakan. Pria itu mendekat dan berlutut, “Saya orang yang mengendarai mobil itu.”

Cindy hanya diam dan tetap tidak tau harus berbuat apa. Sang pria mendekati tubuh korban dan meraba-raba bagian lehernya. Mencoba mencari denyut nadi si korban tetapi tidak ada. Pria itu menatap Cindy dan menggelengkan kepalanya. Sejurus kemudian Cindy kembali berteriak histeris memanggil nama kekasihnya yang baru saja dia miliki 30 menit yang lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun