Mohon tunggu...
nurdian akhmad
nurdian akhmad Mohon Tunggu... karyawan swasta -

pekerja swasta dan merintis usaha di bidang agrobisnis tinggal di Meruya Selatan, Jakarta Barat

Selanjutnya

Tutup

Money

Inflasi Terkendali, Lebaran pun Happy

23 Juli 2014   23:32 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:25 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal Juli 2014 bertepatan dengan permulaan Ramadhan 1435 H, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengingatkan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) untuk menjaga angka inflasi bulan ini tetap terkendali.

Tugas ini memang bukan perkara gampang, karena setiap menjelang bulan Puasa hingga Lebaran, masyarakat mesti dihadapkan dengan inflasi yang lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan biasa. Meningkatnya permintaan masyarakat terhadap bahan pangan serta kebutuhan transportasi terkait Puasa dan Lebaran memicu kenaikan inflasi bulanan.

Sebab itu, apa yang bisa dilakukan TPID hanya mengendalikan agar kenaikan inflasi tersebut sesuai ekspektasi pemerintah dan Bank Indonesia. Sejak awal 2014, BI mematok laju inflasi tahunan 4,5% ± 1%.Ini memang tugas berat karena kita ketahui tahun 2013 lalu angka inflasi tahunan menembus 8,3%.

Tahun lalu, laju inflasi menjelang dan saat Ramadhan atau pada Juli 2014 mencetak rekor tertinggi sejak krisis 1998, yaitu 3,29%. Inflasi dalam sebulan tersebut sudah lebih tinggi daripada inflasi selama 12 bulan pada tahun 2009 (2,78%). Sedangkan inflasi kalender (Januari-Juli 2013) sudah mencapai 6,75% dan inflasi year on year 8,61%.

Inflasi Terkendali

Lantas apakah laju inflasi Juli 2014 ini akan mengulang kondisi yang sama saat Ramadhan tahun lalu? Saya pribadi tidak yakin lonjakan inflasi akan terjadi pada Ramadhan ini, karena kondisinya berbeda dengan Ramadhan 2013. Saat itu, pada Juni 2013, pemerintah baru saja menaikkan harga bahan bakar minyak alias BBM. Imbas dari kebijakan itu terserap pada bulan Juli 2013.

Padahal, di bulan tersebut juga ada dua peristiwa musiman yang selalu menghasilkan inflasi tinggi, yaitu Ramadhan dan libur anak sekolah. Ada kenaikan yang bersamaan antara harga pangan, pakaian, tarif transportasi mulai dari tiket pesawat, tarif hotel, sampai berbagai produk yang berkaitan dengan industri pariwisata. Itulah mengapa inflasi pada Juli 2013 melesat cukup tinggi.

Ramadhan tahun ini tidak ada imbas kenaikan-kenaikan harga barang yang secara harga dikendalikan pemerintah. Demikian pula pasokan barang kebutuhan pokok, boleh dikata tidak ada persoalan dan gejolak yang menimbulkan panik di masyarakat. Sepanjang Ramadhan ini, kenaikan-kenakan harga masih dalam taraf yang wajar sebagai akibat meningkatnya permintaan. Pun tidak ada berita-berita di media masa soal kelangkaan bahan pokok selama Ramadhan ini.

Harga-harga bahan pokok di Jakarta dan secara nasional juga tidak ada pergolakan yang berarti. Berdasarkan data Harga Bahan Pokok dan Barang Strategis (Bapokstra) Ditjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan per 23 Juli 2014, rentang perbedaan antara harga bahan pokok di Jakarta dan nasional berkisar 3-10%. Untuk barang produk pabrik seperti susu kental manis bahkan relatif sama antara harga di Ibukota ini dan secara nasional. (lihat tabel).

Jika dibadingkan dengan saat awal Puasa atau pada 1 Juli 2014, harga komoditas bahan pokok secara nasional juga relatif stabil. Harga daging sapi menurut data Kementerian Perdagangan awal bulan ini Rp 100.323/Kg, sedangkan pada 23 Juli naik sedikit menjadi Rp 102.347/Kg. Harga minyak goreng curah awal bulan ini Rp 11.652/Kg dan naik menjadi Rp 11.868/Kg. Harga gula pasir juga ada sedikit kenaikan dari Rp 11.269/Kg menjadi Rp 11.339/Kg.

Namun, ada sejumlah komoditas yang justru mengalami penurunan harga per 23 Juli lalu antara lain daging ayam, dari Rp 32.141/Kg pada awal Juli menjadi Rp 30.002/Kg. Harga beras medium juga turun dari Rp 8.817 Kg menjadi Rp 8.867/Kg, harga cabe merah biasa turun menjadi 18.548/Kg dari Rp 21.074/Kg. Demikian pula harga bawang merah dari Rp 27.887/Kg menjadi Rp 26.850/K dan telur ayam turun dari Rp 20.907/Kg menjadi 20.777/Kg.


Waspadai Gangguan Distribusi

Selain naiknya permintaan pangan, inflasi Juli ini juga berpotensi tertekan oleh terganggunya pasokan barang kebutuhan pokok. Larangan truk pengangkut berkapasitas besar melintas di Pantura saat musim arus mudik bisa berpengaruh terhadap pasokan barang di pasar. Kondisi ini ditambah oleh putusnya jembatan Comal di jalur Pantura, Tegal, Jawa Tengah yang membuat alur distribusi bahan kebutuhan pokok untuk Lebaran terganggu. Faktor-faktor dari sisi pasokan ini juga perlu diwaspadai karena itu bisa membuat laju inflasi menjadi sulit dikendalikan.

Tidak hanya bahan pangan, permintaan masyarakat untuk sektor transportasi khususnya transportasi udara juga bisa menekan inflasi Juli ini. Tapi saya kira tekanannya tidak terlalu besar karena pemerintah sendiri sudah menetapkan tarif batas atas dan bawah angkutan udara, sehingga pihak maskapai penerbangan pun tidak akan jor-joran menaikkan harga tiket. Di samping itu, volume penumpang pesawat udara tidak semassif di transportasi darat.

Kita tentu menghargai banyak pelaku usaha baik swasta maupun BUMN dan instansi pemerintah yang menyelenggarakan kegiatan mudik gratis dengan menggunakan bus. Kegiatan ini setidaknya membuat laju inflasi di sektor transportasi pada Juli 2014 bisa dibendung. Untuk transportasi massal, PT Kereta Api Indonesia selama musim Lebaran ini menyediakan kereta dengan frekuensi 1.555 perjalanan dan menambah 32 perjalanan jarak pendek.

Kenaikan harga saat Puasa dan Lebaran memang tidak bisa dielakan. Tapi sepanjang kenaikan itu dalam batas yang normal, saya kira wajar-wajar saja. Toh mereka, khususnya pedagang, banyak yang mengorbankan waktu untuk berkumpul bersama keluarga demi memburu rezeki di bulan Ramadhan atau Lebaran. Sebab itulah, sah-sah saja mereka menerima hasil yang setimpal.

Salam tiga jari…

(nurdian)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun