Mohon tunggu...
Media Seni
Media Seni Mohon Tunggu... Jurnalis - Media, Seni, Sastra, dan Berita

Tulisan dan Berita Seputar Publik Seni Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Seni

Chols Verde Performance dalam Pameran Seni Rupa

11 Juli 2022   23:23 Diperbarui: 11 Juli 2022   23:46 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa abad terakhir, dalam ruang galeri hingga museum banyak ditemukan seni pertunjukan yang melakukan penampilannnya, khususnya muncul sebuah disiplin seni baru, Performance Art (seni rupa pertunjukan), dengan menggunakan tubuh sebagai media penyampaiannya. Di Eropa dan Amerika, gerak pertunjukan pada galeri dan museum tak hanya menampilkannya pada penonton, namun juga mengajak penonton untuk ikut dalam pertunjukan dan ruang arenanya. Jika dilihat pada segi ruang, penonton diharapkan tidak lagi mempunyai batasan terhadap kreator dan sebaliknya, melainkan saling mempunyai kebebasan ruang, waktu, serta tafsir. Dalam teater pasca dramatis, nafas, ritme, dan aktualitas kehadiran visceral tubuh saat ini lebih diutamakan dari pada logo. Bahkan, jauh sebelum teori Posdramatic milik Lehmann menyebar di tahun 1990-an, Marina Abrahamovic dikatakan berhasil membawa teater yang semula hanya di atas panggung, kini hadir dan tampil di galeri dan museum sebagai karya yang berkepanjangan, entah dalam karya instalasi sebagai monumental karya maupun arsip performance sebagai sebuah karya dalam ruang museum yang berfungsi sebagai benda yang penting dalam sejarah dan bermanfaat dalam ilmu pengetahuan pasca peristiwanya. Setiap kejadian dalam sejarah seni dinilai sangatlah berperan penting dan menunjukkan bahwa pembatasan akan konvensi di setiap disiplin seni juga tercipta karena banyaknya akar-akar sudut pandang. Sehingga jika sebuah karya seni dilihat sebagai efek dari setiap perkembangan zamannya dalam sejarah seni, seni pertunjukan hari ini kejadiannya sudah bisa mempunyai karya mounumental atau paten yang sifatnya berkepanjangan dan mempunyai arsip yang bisa masuk pada galeri dan juga museum.

Performance Art oleh Cholsverde
Performance Art oleh Cholsverde

Seni teater dianggap sebagai displin seni yang mempunyai banyak komponen disiplin seni di dalamnya. Mulai dari komponen tubuh, musik, rupa, hingga digital. Pada abad 20-an, tubuh mulai dikenal sebagai media baru di wilayah disiplin seni menyeluruh. Luas dan kekayaan sejarah estetika hingga hari ini membuat seniman tidak hanya menggunakan pertunjukan sebagai sarana untuk menarik publisitas untuk aksi mereka yang tampaknya bohemian dan gaya hidup liar. Namun, pertunjukan juga dianggap sebagai cara untuk memunculkan banyak ide formal dan konseptual yang menjadi dasar pembuatan seni. Gerak-gerak gestur pada tubuh juga selalu digunakan sebagai senjata melawan konvensi seni yang mapan, terutama dalam ruang seni rupa.

Begitu juga dengan pertunjukan Chols Verde dalam ruang seni rupa, Pameran Raba Rupa Exhibition 2022 di Yogyakarta. Chols Verde menggunakan performance art sebagai karya yang bisa digelarkannya dalam ruang seni rupa. Dengan menyimpan karya monumental dari sebuah hasil lakunya, ia sukses membikin penonton melingkar dan membuat sebuah ruang pertunjukan dalam ruang seni rupa dan menghasilkan karya instalasi dalam ruang pameran. 

Karya monumental dari performance art Chols Verde 
Karya monumental dari performance art Chols Verde 

Chols Verde membawakan karyanya dengan berbeda. Ia membasakan gagasannya lewat media raba yakni performance art dengan karya instalasi sebagai Monumental jejaknya. Ketika di hari pembukaan, ia juga melakukan aksi secara langsung dan berinteraksi bersama pengunjung. Dalam aksinya, ia bercengkrama dengan tali benang warna-warni yang berada di kursi depannya. Namun, ketika setiap pengunjung entah tunanetra maupun tidak, untuk duduk di kursi depannya, ia pun meninggalkan tali warna-warni tersebut. Ia beralih pada tali warna putih saja yang ia talikan secara pelan dan berulang menuju atas di sebuah tiang instalasinya

Keselarasan media tubuh menyebar ke seluruh dunia dengan istilah Performance Art. Performance Art dikenal sebagai alat ekpresi artistik baru dibandingkan menggunakan media lukis, patus, grafis, dan lainnya. Jika teater dianggap sebagai disiplin seni yang mempunyai banyak disiplin, apakah seni teater yang sudah lama menggunakan media tubuh akan bisa mencair di segala ruang yang tidak hanya panggung-panggung konvensi teater pada umunya ?

Pameran Raba Rupa Yogyakarta bersama Tunanetra 
Pameran Raba Rupa Yogyakarta bersama Tunanetra 

Selamat dan Semangat Berkarya untuk para Pelaku Seni. Setiap Seni pastilah mempunyai makna !!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun