Dangdut merupakan salah satu genre seni musik yang berkembang pesat di Indonesia. Dari kalangan atas, kelompok-kelompok elite sampai masyarakat pinggiran mengenal dan tak asing lagi dengan jenis musik ini. Memang musik dangdut ini didominasi irama yang mengajak untuk bergoyang, dan mengandung pesan yang merakyat. Dalam tulisan Frederick dalam (Ibrahim, 1997: 236) dijelaskan bahwa istilah dangdut muncul sekitar tahun 1972-1973. Nama “dangdut” merupakan onomatope dari suara permainan tabla (dalam dunia dangdut disebut gendang saja) yang khas dan didominasi oleh bunyi dang dan ndut. Merujuk pada Agger (dalam Bungin, 2005: 92) bahwa sebuah budaya yang akan memasuki dunia hiburan umumnya menempatkan populer sebagai unsur utamanya. Dan budaya itu akan memperoleh kekuatan manakala media massa digunakan sebagai jalan penyebaran pengaruh dimasyarakat. Banyak orang menganggap bahwa musik dangdut di pandang dengan sebelah mata karena di anggap musik kampungan, norak. Berbagai opini juga disebutkan bahwa banyak orang yang enggan dan “alergi” mendengarkan musik dangdut dengan berbagai alasan seperti malu, gengsi dan berbagai macam alasan lainnya. Bisa jadi lantaran kebanyakan orang desa lebih suka membeli kaset dangdut ketimbang kaset musik Barat yang digandrungi anak kota.
Meminjam istilah dari Bang Haji Rhoma Irama bahwa dangdut adalah milik kaum comberan. Sebagai haji dan seniman dangdut, Rhoma sangat meremehkan penggemarnya dengan label comberan. Entah makna yang bagaimana yang diharapkan dari istilah tersebut. Tetapi dengan adanya istilah tersebut, yang diproklamirkan sendiri oleh pencetus musik dangdut semakin melegalkan bahwa dangdut benar-benar musik kaum marginal atau pinggiran.
Aliran Musik Dangdut yang merupakan seni kontemporer terus berkembang dan berkembang, pada awal mulanya Irama Dangdut identik dengan Seni Musik kalangan Kelas Bawah dan memang aliran seni Musik Dangdut ini merupakan cerminan dari aspirasi dari kalangan Masyarakat kelas bawah yang mempunyai ciri khas kelugasan dan Kesederhaan nya.
Musik Dangdut berkembang
Pada era tahun 2000 an seiring dengan kejenuhan Musik Dangdut yang original maka diawal era ini Para musisi di wilayah Jawa Timur di daerah pesisir Pantura mulai mengembangkan jenis Musik Dangdut baru yaitu seni Musik Dangdut Koplo. Dangdut Koplo ini merupakan mutasi dari Musik Dangdut setelah Era Dangdut Campursari yang bertambah kental irama tradisionalnya dan dengan ditambah dengan masuknya Unsur Seni Musik Kendang Kempul yang merupakan Seni Musik dari daerah Banyuwangi Jawa Timur dan irama tradisional lainya sepertiJaranan dan Gamelan. Dan berkat kreatifitas para Musisi Dangdut Jawa Timuran inilah sampai saat ini Musik Dangduk Koplo yang Identik dengan Gaya Jingkrak pada Goyangan Penyanyi dan Musiknya ini saat ini sangat kondang dan banyak digandrungi segala kalangan masyarakat Indonesia. Pada era Musik Dangdut Koplo inilah mulai memacu tumbuhnya Group Musik Dangdut yang lebih terkenal dengan sebutan OM atau Orkes Melayu antara lain OM. Sera , OM. Monata, OM Palapa , OM New Palapa, OM RGS dan OM yang lebih kecil lainya yang mengibarkan aliran Musik Dangdut Koplo di Nusantara ini. Saya ambil contoh di wilayah kota di Provinsi Jawa Timur, saat ini hampir semua hajatan yang menampilkan musik live selalu nanggap orkes. Orkes yang dimaksud adalah Orkes Dangdut-Koplo (orkesan). Bahkan akan menjadi hal aneh apabila ada hajatan tapi nanggap band :). Hahahaha..
Dan saat ini Musik dangdut sudah menjangkau segala kalangan Masyarakat dari kalangan kelas bawah samapai kalangan menengah dan kelas ataspun sudah mulai ketagihan dengan Seni Musik Dangdut ini. Hingga Musik dangdut pun sudah merambah di dunia Diskotik yang sudah memutar Musik Dangdut sebagai Musik wajibnya, Dan sudah tak asing lagi saat ini Banyak Stasiun Radio yang menamakan dirinya sebagai Stasiun Radio Dangdut bahkan Stasiun Telivisi Dangdut Indonesia, karena kecintaan masayrakat dengan Irama Musik dangdut ini.
Dilihat dari fenomena sekarang, dangdut banyak digemari pendukung yang begitu melimpah :
Fungsi yang pertama dan utama adalah sebagai sarana hiburan untuk melepas lelah dan mengendurkan ketegangan dengan berjoget, didukung pula oleh lirik yang mengajak pendengarnya untuk bergembira.
Fungsi yang kedua sebagai sistem proyeksi atas angan-angan terpendam. Cobalah kita simak kisah-kisah dalam lagu dangdut yang bercerita tentang penderitaan, duka lara akibat kemiskinan atau putus cinta.
Fungsi yang ketiga sebagai sarana pendidikan atau penyampai pesan. Di samping lagu-lagu yang menyampaikan duka lara, banyak pula lagu-lagu dangdut yang mengandung misi pendidikan, baik pendidikan yang bersifat rohani-dakwah maupun nasehat untuk berbuat kebaikan. Untuk fungsi ini tidaklah salah kalau kita sebut Rhoma Irama sebagai pelopornya. Sebagai sarana penyampai pesan atau pengumpul massa untuk kepentingan politik, dangdut sangat berperan di dalamnya. Lihatlah kampanye-kampanye menjelang Pemilu yang lalu yang menyelenggarakan panggung-panggung dangdut terbuka di tingkat propinsi hingga kelurahan.
Musik Dangdut merambah ke Dunia Internasional dan diakui UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia.