Seorang Bayi Tumbuh Wibawa
Aku dilahirkan dari Air Hina
Namun dengan kasih sayang Bunda
Juga kasih sayang Ayah
Raga kecilku bisa tumbuh berwibawa
Jadi sosok unik dan lihai berkata
Tangan-tanganku biasa memainkan pasir di pelataran
Jumawa berganti main uang berterbangan
Tapi berkat didikan Ayah-Bunda, dengan mengalun lambat laun
Celengan berbentuk ayam di meja, penuh lima
Begitu dewasa, aku pun berganti mainan uang yang tak berupa
Nominal ada, tak tampak lembaran kertas di tangan
Aku tampak paling kaya, menghitung ratusan juta
Bayaranku berjuta-juta
Untungnya, Ayah-Bunda tak pernah ajarkan melenyapkan dana
Aku pun naik jadi direktur utama
Nurcha, Sidoarjo.Â
Bunda, Kamu Bisa
Hai, perkenalkan!
Aku perempuan yang tinggalnya di dapur
Dari pagi hingga siang, tangan-tanganku berkarya bikin makanan
Makanan itu kubungkus, lalu antar ke pasar dan warung jalanan
Handphone berdering, massage kubaca
"Yu, pesan 5 ya, 5 kardus antar di gang lima"
Aku pun begadang, bikin jajan untuknya
"Ini ya, kulebihkan 5000 untuk anak-anakmu."
Seseorang membawa kardus itu dan menyodorkan lembaran kertas untuk upahku dan bonus limaribu
Namun nyatanya ia masuk wadah plastik berbentuk ayam yang kutarus di sudut Almari sejak tiga tahun lalu
Nurcha, Sidoarjo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H