Mohon tunggu...
Nur Capikah
Nur Capikah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca, bernyanyi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Keuangan Publik Islam dalam Krisis Global: Apakah Sukuk Hijau adalah Jawaban?

14 Januari 2025   19:18 Diperbarui: 14 Januari 2025   19:18 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di tengah berbagai tantangan global yang melanda dunia, seperti perubahan iklim, ketidakstabilan ekonomi, dan dampak pandemi berkepanjangan, sektor keuangan publik Islam menghadapi tantangan besar sekaligus peluang besar.    Keuangan Islam telah lama dikenal sebagai sistem yang berakar pada prinsip keadilan dan keberlanjutan. Dengan mengedepankan pelarangan riba, spekulasi berlebihan, dan investasi yang merusak masyarakat, keuangan Islam menawarkan pendekatan yang berbeda dibandingkan sistem keuangan konvensional. 

Dengan prinsip keadilan, kesetaraan, dan keberlanjutan, keuangan Islam dapat menjadi solusi untuk menjawab tantangan global. Salah satu instrumen yang mulai mendapat perhatian besar adalah sukuk hijau atau green sukuk. Instrumen ini tidak hanya mencerminkan prinsip keuangan Islam, tetapi juga menjadi alat efektif untuk pembiayaan berkelanjutan di era krisis global.

Krisis global saat ini didorong oleh beberapa faktor utama. Pertama, perubahan iklim yang semakin parah memaksa negara-negara untuk mengambil tindakan nyata dalam mengurangi emisi karbon dan mendanai proyek-proyek ramah lingkungan. Kedua, ketidakstabilan ekonomi akibat konflik geopolitik, gangguan rantai pasok global, dan ketidakpastian pasar keuangan memberikan tekanan besar pada anggaran publik. Ketiga, pandemi COVID-19 yang meninggalkan dampak berkepanjangan terhadap perekonomian dunia.

Dalam konteks ini, negara-negara berkembang menghadapi dilema besar: bagaimana memenuhi kebutuhan pembangunan tanpa merusak lingkungan? Di sinilah sukuk hijau dapat memainkan peran strategis sebagai instrumen pembiayaan alternatif yang memenuhi kebutuhan pembangunan berkelanjutan.

Apa Itu Sukuk Hijau?

Sukuk hijau adalah obligasi syariah yang dirancang untuk membiayai proyek-proyek yang memiliki dampak positif terhadap lingkungan, seperti pembangunan infrastruktur energi terbarukan, efisiensi energi, pengelolaan limbah, dan perlindungan keanekaragaman hayati. Seperti sukuk konvensional, instrumen ini beroperasi berdasarkan prinsip syariah, yang melarang riba, gharar (ketidakpastian), dan aktivitas yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

Namun, yang membedakan sukuk hijau adalah fokusnya pada keberlanjutan lingkungan. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai inti keuangan Islam, yaitu prinsip tanggung jawab sosial dan perlindungan terhadap lingkungan (hifz al-bi'ah).

Mengapa Sukuk Hijau Relevan dalam Krisis Global?

1. Memobilisasi Dana untuk Proyek Berkelanjutan.

Salah satu keunggulan utama sukuk hijau adalah kemampuannya untuk memobilisasi dana dalam jumlah besar untuk proyek-proyek berkelanjutan. Beberapa negara telah sukses memanfaatkan sukuk hijau. Indonesia, misalnya, menjadi pelopor penerbitan sukuk hijau pertama di dunia pada tahun 2018. Hingga saat ini, dana yang dihimpun telah digunakan untuk mendanai proyek-proyek energi terbarukan, konservasi lahan, dan efisiensi energi di sektor transportasi.

2. Menarik Investor yang Berorientasi pada ESG.

Saat ini, ada peningkatan minat dari investor global terhadap instrumen investasi yang berorientasi pada Environmental, Social, and Governance (ESG). Sukuk hijau, dengan prinsip keberlanjutan yang inheren, sangat menarik bagi investor ESG. Instrumen ini menawarkan keuntungan ganda: memberikan imbal hasil yang kompetitif sambil berkontribusi pada pembangunan yang berkelanjutan.

3. Mengurangi Ketergantungan pada Utang Konvensional.

Sukuk hijau dapat membantu negara-negara mengurangi ketergantungan pada utang berbasis bunga yang seringkali membebani anggaran negara. Dengan struktur yang berbasis aset, sukuk hijau memberikan alternatif yang lebih adil dan transparan bagi pemerintah maupun investor.

4. Mengintegrasikan Nilai-Nilai Islam dalam Solusi Global

Dengan meningkatnya kebutuhan akan solusi berbasis keberlanjutan, sukuk hijau menunjukkan bahwa nilai-nilai Islam dapat memberikan kontribusi nyata dalam menjawab tantangan global. Prinsip syariah yang melarang eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam sangat relevan dalam menghadapi krisis iklim.

Pentingnya sukuk hijau tidak hanya terletak pada dampak ekologisnya tetapi juga pada potensi ekonominya. Instrumen ini dapat menarik investor global yang semakin peduli pada aspek Environmental, Social, and Governance (ESG).  

Di Indonesia, misalnya, sukuk hijau telah digunakan untuk mendukung pembangunan pembangkit listrik tenaga surya dan proyek infrastruktur hijau lainnya. Selain melindungi lingkungan, proyek ini menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.  

Dalam kondisi krisis, sukuk hijau menawarkan solusi praktis untuk dua masalah sekaligus: kebutuhan mendesak untuk pembiayaan pembangunan dan perlindungan lingkungan. Penerbitan sukuk hijau memberikan jalan keluar bagi negara-negara untuk memenuhi target pengurangan emisi karbon sekaligus mendanai pembangunan infrastruktur berkelanjutan.  

Lebih dari itu, sukuk hijau juga memperkuat reputasi negara di mata investor global. Dengan menunjukkan komitmen terhadap keberlanjutan, negara dapat menarik lebih banyak investasi asing yang berorientasi pada ESG.

Meski menjanjikan, implementasi sukuk hijau tidak tanpa tantangan. Salah satu kendala utama adalah kurangnya standar global yang seragam. Banyak negara memiliki regulasi dan mekanisme yang berbeda dalam penerbitan sukuk hijau, yang berpotensi menimbulkan kebingungan di pasar internasional.  

Selain itu, edukasi dan kesadaran mengenai sukuk hijau masih minim. Banyak pelaku pasar dan pemerintah daerah yang belum sepenuhnya memahami potensi instrumen ini. Padahal, dengan informasi yang memadai, sukuk hijau dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk mengatasi tantangan lingkungan dan ekonomi.  

Indonesia telah menjadi salah satu pelopor dalam penerbitan sukuk hijau. Sebagai negara dengan potensi sumber daya alam yang melimpah, penerapan sukuk hijau di Indonesia tidak hanya memberikan dampak lokal tetapi juga global.  

Namun, untuk memperluas pengaruhnya, Indonesia perlu memperkuat regulasi, harmonisasi standar, dan meningkatkan edukasi mengenai sukuk hijau. Insentif seperti pengurangan pajak bagi investor sukuk hijau juga dapat menjadi strategi untuk mendorong minat pasar.

Meskipun memiliki potensi besar, penerapan sukuk hijau juga menghadapi beberapa tantangan. 

Pertama, kurangnya pemahaman tentang konsep dan manfaat sukuk hijau di kalangan pembuat kebijakan dan masyarakat luas masih menjadi hambatan utama. Edukasi yang lebih luas diperlukan untuk meningkatkan penerimaan instrumen ini.

Kedua, transparansi dalam pelaporan dan pengawasan penggunaan dana menjadi faktor krusial. Sukuk hijau harus didukung oleh mekanisme pelaporan yang jelas agar investor yakin bahwa dana mereka benar-benar digunakan untuk proyek ramah lingkungan.

Ketiga, pasar sukuk hijau global masih relatif kecil dibandingkan dengan pasar obligasi konvensional. Diperlukan kolaborasi antara pemerintah, lembaga keuangan, dan organisasi internasional untuk memperkuat ekosistem sukuk hijau.

Untuk memaksimalkan potensi sukuk hijau, pemerintah memiliki peran kunci. Kebijakan yang mendukung, seperti insentif pajak dan regulasi yang ramah investasi, dapat mendorong penerbitan sukuk hijau. Selain itu, lembaga keuangan Islam juga harus lebih proaktif dalam mempromosikan instrumen ini melalui inovasi produk dan peningkatan literasi keuangan syariah.

Kerjasama internasional juga penting. Misalnya, Bank Pembangunan Islam (Islamic Development Bank) dapat menjadi mitra strategis dalam pembiayaan proyek-proyek berskala besar di negara-negara berkembang.

Dalam menghadapi krisis global, sukuk hijau menawarkan solusi yang unik dan relevan. Instrumen ini tidak hanya mendukung pembiayaan berkelanjutan, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai Islam yang mendasar: keadilan, keseimbangan, dan tanggung jawab sosial. Dengan mengintegrasikan prinsip syariah ke dalam solusi global, sukuk hijau dapat menjadi salah satu pilar utama keuangan berkelanjutan di masa depan.

Namun, kesuksesan sukuk hijau bergantung pada upaya kolektif dari berbagai pihak: pemerintah, lembaga keuangan, investor, dan masyarakat luas. Dengan komitmen yang kuat, sukuk hijau dapat menjadi jawaban nyata bagi tantangan global dan sekaligus menunjukkan bahwa keuangan Islam memiliki peran strategis dalam membangun dunia yang lebih berkelanjutan. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun