Saat ini, ada peningkatan minat dari investor global terhadap instrumen investasi yang berorientasi pada Environmental, Social, and Governance (ESG). Sukuk hijau, dengan prinsip keberlanjutan yang inheren, sangat menarik bagi investor ESG. Instrumen ini menawarkan keuntungan ganda: memberikan imbal hasil yang kompetitif sambil berkontribusi pada pembangunan yang berkelanjutan.
3. Mengurangi Ketergantungan pada Utang Konvensional.
Sukuk hijau dapat membantu negara-negara mengurangi ketergantungan pada utang berbasis bunga yang seringkali membebani anggaran negara. Dengan struktur yang berbasis aset, sukuk hijau memberikan alternatif yang lebih adil dan transparan bagi pemerintah maupun investor.
4. Mengintegrasikan Nilai-Nilai Islam dalam Solusi Global
Dengan meningkatnya kebutuhan akan solusi berbasis keberlanjutan, sukuk hijau menunjukkan bahwa nilai-nilai Islam dapat memberikan kontribusi nyata dalam menjawab tantangan global. Prinsip syariah yang melarang eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam sangat relevan dalam menghadapi krisis iklim.
Pentingnya sukuk hijau tidak hanya terletak pada dampak ekologisnya tetapi juga pada potensi ekonominya. Instrumen ini dapat menarik investor global yang semakin peduli pada aspek Environmental, Social, and Governance (ESG). Â
Di Indonesia, misalnya, sukuk hijau telah digunakan untuk mendukung pembangunan pembangkit listrik tenaga surya dan proyek infrastruktur hijau lainnya. Selain melindungi lingkungan, proyek ini menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Â
Dalam kondisi krisis, sukuk hijau menawarkan solusi praktis untuk dua masalah sekaligus: kebutuhan mendesak untuk pembiayaan pembangunan dan perlindungan lingkungan. Penerbitan sukuk hijau memberikan jalan keluar bagi negara-negara untuk memenuhi target pengurangan emisi karbon sekaligus mendanai pembangunan infrastruktur berkelanjutan. Â
Lebih dari itu, sukuk hijau juga memperkuat reputasi negara di mata investor global. Dengan menunjukkan komitmen terhadap keberlanjutan, negara dapat menarik lebih banyak investasi asing yang berorientasi pada ESG.
Meski menjanjikan, implementasi sukuk hijau tidak tanpa tantangan. Salah satu kendala utama adalah kurangnya standar global yang seragam. Banyak negara memiliki regulasi dan mekanisme yang berbeda dalam penerbitan sukuk hijau, yang berpotensi menimbulkan kebingungan di pasar internasional. Â
Selain itu, edukasi dan kesadaran mengenai sukuk hijau masih minim. Banyak pelaku pasar dan pemerintah daerah yang belum sepenuhnya memahami potensi instrumen ini. Padahal, dengan informasi yang memadai, sukuk hijau dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk mengatasi tantangan lingkungan dan ekonomi. Â