Beredar dalam sosmed saya, seperti gambar yang saya lampirkan sebuah daerah di Cililitan terkena azab Allah hanya karena mereka semuanya memilih Pak Ahok, tidak disisakan suara satupun memilih Pak Agus maupun Pak Anis.
"Hai orang-orang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain" (Qs. Al-Hujurat, ayat 12 ).
Anda mungkin punya dalil lain yang akan membenarkan anda melakukan penghakiman terhadap kejadian yang menimpa seseorang/sekelompok orang, tapi saya lebih memilih mengedepankan empati ketimbang sakit hati.
Ya, saya juga sakit hati, karena saya merupakan pendukung Agus-Sylvi dalam Pilgub Jakarta 2017 ini. Saya sakit hati dengan pak Ahok demikian juga dengan Pak Anis, tentu karena jagoan saya dikalahkan keduanya.
Kalau ada pertanyaan, jika pilgub Jakarta ditakdirkan memasuki putaran kedua, apakah saya akan memilih? dengan berusaha menjadi warga negara yang baik, iya- saya akan memilih dan tidak mau menjadi golput. Kalau saya analogikan dan gambarkan dengan kata-kata sarkastis, maka kalimat saya akan menjadi seperti ini, "Saya pasti akan meminum satu diantara 2 racun ini".
Kembali ke topik pembahasan, empati itu perlu agar sikap welas asih menjadi panglima dalam diri, sehingga anda menjadi pribadi yang penuh kasih terhadap sesama. Saya dan keluarga pernah mengalami kebanjiran ketika kami tinggal di sebuah Kompleks Angkatan Darat di Jakarta Timur, bagaimana sedihnya kami melihat tembok rumah yang jebol karena dihantam air, saya dan adik harus mengungsi beberapa hari ke rumah Bude (uwak/kakak orangtua) kami sampai akhirnya air surut.
Anda tak perlu seperti saya, berempati karena pernah mengalami sendiri kejadian tesebut, cobalah anda datangi tempat-tempat kebanjiran, lihat dimana mereka tidur, bagaimana mereka makan, lalu bantulah sesuai kemampuan dan dengarkan keluhan juga tangisan mereka dengan mata kepala anda sendiri, niscaya akan tumbuh rasa itu.
Anda mungkin saja mengunggah (upload) gambar ini sebagai ungkapan marah anda kepada pendukung paslon tertentu karena seakan-akan menantang datangnya banjir dengan status mereka di media sosialnya. Sudahi marahmu kawanku.. apa bedanya kita dengan mereka kalau sama saja menggunakan kalimat yang tidak pas dan penuh penghakiman kepada orang lain?
Saya pikir sangat tidak elok kita menghakimi seseorang/sekelompok orang hanya karena berbeda pilihan dengan kita, apalagi dikaitkan dengan kepentingan pilkada. Karena buat saya, apakah itu azab, ujian atau musibah itu bergantung pada perangkat yang menerimanya.
"AKU tergantung persangkaan hamba kepadaKU" (HR. Bukhari No. 7405 )
Dalam banyak kajian sejarah dan kitab suci, banyak orang-orang yang dianggap diberikan petunjuk atau di tahbiskan sebagai manusia suci-pun tidak mengalami nasib yang baik di penghujung hidupnya.
Sebut saja kisah kesohor Nabi terbunuh di Islam dan Kristen yakni Nabi Zakaria dan Puteranya, Nabi Yahya (di Kristen: Yohanes Pembaptis).
Kemudian tercatat di Islam, manusia yang syahid pertama kali adalah Sumayyah binti Khabab, ada juga sahabat Hamzah bin Abdul Mutholib (Paman Rasul Muhammad), Haritsah bin Syuraqah, Zaid bin Haritsah, Ja'far bin Abi Thalib (Sepupu Rasul) dll, banyak sekali sahabat yang meninggalnya dibunuh. Bahkan 2 dari Khulafaur Rasyidin pun meninggalnya karena terbunuh (Sahabat Umar dan Imam Ali). Tidak ketinggalan Penghulu Pemuda Langit, cucu Baginda Nabi, Imam Hussein juga terbunuh.
Dalam Nasrani, ada Perpetua tercatat sebagai salah satu martir di awal berdirinya agama Kristen, kemudian ada Stefanus, Yakobus, Matius, Andreas, Markus, Petrus, Paulus, dll. Bahkan, Yesus menurut keyakinan Kristen, meninggalkan kefanaan karena sebab di salib oleh pasukan romawi.
Panas, dingin, hujan, badai, cerah, mendung, pelangi itulah yang kita sebut sebagai pancaroba kehidupan. Berdo'alah agar kita diberi kekuatan dalam menghadapi segala ujian dan cobaan yang telah dan akan kita hadapi nanti.
Sebagai penutup, saya mengajak kita semua termasuk saya diberikan keinsyafan atas kesalahan yang sudah kita lakukan. Kalaulah anda sudah terlanjur membuat posting terhadap foto tersebut, dengan kerendahan hati saya meminta tolong agar anda menghapus postingan itu. (NAJ)
Jakarta, 20 Februari 2017
9.03 PM
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI