Saya beri contoh lain, asal kata Indonesia itu dulunya disebut Hindia Belakang, sementara Hindia Muka adalah Negara India sendiri. Alkisah, orang Eropa terlampau bingung ada dua India, maka disebutlah kita Hindia Belanda karena dijajah Belanda. Tapi itupun masih membingungkan, maka dicarikan nama spesifik yakni Kepulauan Hindia/India (Indian Archipleago) yang kemudian disematkan istilah yunaninya menjadi Hindunesia atau Indunesia, berasal dari Hindus (India) dan Nesos (kepulauan). Kemudian hari seorang ahli etnologi kebangsaan Inggris, George Samuel Windsor Earl, dengan tujuan agar pengucapannya lebih baik maka huruf “e” diganti dengan “o” jadilah INDONESIA seperti nama yang kita kenal.
Padahal dalam berbagai naskah kuno kita, wilayah yang sekarang menjadi NKRI ini lebih dikenal dengan istilah NUSANTARA, kurang lebih artinya sama (tentunya dengan menepikan kata India) – Nusa itu artinya kepulauan sedangkan Antara bermakna rangkaian, jadi Nusantara berarti pula rangkaian pulau-pulau.
Sekarang anda bayangkan kembali, jika inginkan kebenaran semata tentunya kita ingin merubah nama dari INDONESIA menjadi NUSANTARA. Tapi betapa banyak hal yang harus direvisi, minimal lagu kebangsaan kita sudah berubah, kita pun mesti ulang kembali pembacaan Sumpah Pemuda, naskah proklamasi juga tak ketinggalan harus disesuaikan dan seribu problema lainnya.
Kesimpulan dari tulisan saya ini, setidaknya anda bisa menjelaskan apa itu nikah, apa itu kawin dan bagaimana penggunaan yang seharusnya. Lalu pentingkah penjelasan saya ini? jawabnya anda sendiri yang menentukan. (NAJ)
Jakarta, 30 Maret 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H