Saat itu, anak pertama di keluarga ini melakukan kesalahan sehingga membuat orang tua  anak tersebut marah dan emosi. Kepala keluarga atau ayah dari anak ini memarahi anak ini karena ocehannya hingga saya sebagai tetangga mendengar kemarahan ayahnya, kemarahan yang tidak pantas untuk anak  berusia 11 tahun dan orang yang mendengarnya. Tetengga sangat khawatir dengan kondisi anak tersebut karena sang ayah mengatakan sesuatu yang kasar dan menyebutkan hal-hal yang negatif dan hal tersebut tidak baik untuk didengar oleh anak seusia tersebut. Keluarga ini melakukan banyak hal demikian kepada  anaknya, bahkan untuk masalah kecil pun, orang tua sang anak malah memarahinya dengan marah, apalagi kesalahan besar.
Dalam hal ini gaya pengasuhan yang dilakukan keluarga ini Gaya pengasuhan permusuhan Ciri utama dari gaya pengasuhan ini adalah penggunaan perkataan dan perbuatan yang kasar dan agresif. Contohnya secara fisik ditunjukkan oleh seringnya orang tua memukul, mencubit, mencakar, menempeleng, menampar, atau menendang,sedangkan secara verbal ditunjukkan oleh penggunaan kata-kata yang kasar, sarkasme dan lain-lain.
Hal hal yang bisa menyebabkan orang tua melakukan kekerasan verbal adalah (Soetjiningsih, 2002)
- Faktor dari dalam (Intern)Â
- Tingkat pengetahuan orang tua
- Seringkali orang tua tidak mengetahui dan memahami kebutuhan tumbuh kembang anaknya. Misalnya, belum saatnya anak  melakukan sesuatu yang dianggap  mampu oleh orang tuanya, ketika anak disuruh, ternyata anak belum mampu, orang tua menjadi marah, berteriak, dan mengumpat. .menggali. membuat anak sedih dan perkataan orang tua seringkali menjadi petaka bagi anak..
- Â Pengalaman orang tua
- Pelecehan yang dialami orang tua semasa kecil menjadi pengalaman seumur hidup yang mendorong mereka untuk melakukan hal yang sama terhadap anak-anaknya. Perbuatan yang diterima anak akan terekam  di alam bawah sadarnya dan terbawa hingga ia dewasa. Anak yang diperlakukan kasar oleh orangtuanya akan tumbuh menjadi  agresif dan kejam. Orang tua yang agresif akan melahirkan anak  yang agresif, yang juga akan menjadi kejam dan agresif. Gangguan psikotik adalah gangguan mental yang berhubungan dengan kekerasan pada masa kanak-kanak. Â
2. Faktor dari luar (Ekstern)
- Faktor ekonomi
- Seringkali kekerasan dalam rumah tangga disebabkan oleh faktor ekonomi, kemiskinan dan tekanan hidup. Tuntutan hidup ekonomi  yang semakin tinggi, disertai dengan perasaan frustasi dan marah terhadap pasangan karena tidak mampu memenuhi kebutuhan dan ketidakberdayaan dalam menghadapi kesulitan ekonomi, membuat orang tua harus melampiaskan emosinya kepada orang-orang disekitarnya. Anak-anak adalah makhluk yang lemah dan mempunyai keterikatan emosional terhadap dirinya, sehingga ia merasa bisa bersikap seenaknya terhadap dirinya, sehingga segala rasa frustasi dan amarah tertuju pada dirinya.
- Faktor lingkunga
- Lingkungan dapat meningkatkan beban pengasuhan anak dan  juga dapat meningkatkan kekerasan verbal pada anak. Televisi merupakan alat yang paling dapat mempengaruhi tingkat kekerasan verbal yang dilakukan orang tua terhadap anak-anaknya.
Dampak psikologis dari kekerasan verbal antara lain anak menjadi tidak peka terhadap emosi orang lain, gangguan tumbuh kembang, anak menjadi agresif, gangguan emosi, terganggunya hubungan sosial, kepribadian sosiopat atau gangguan kepribadian antisosial, yaitu gangguan kepribadian yang ditandai dengan perilaku lesu atau lesu. Melanggar hak asasi orang lain dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan lingkaran setan dalam keluarga, menyebabkan rendahnya minat belajar, berujung pada keputusasaan, bahkan hingga bunuh diri (Lestari, 2016). Salah satu penyebab terjadinya kekerasan verbal adalah  kurangnya pemahaman orang tua mengenai kekerasan verbal. Kekerasan verbal dapat terjadi tanpa disadari oleh orang tua, karena setiap hari mereka menyerang anak secara verbal. Bentuk pelecehan verbal ini seringkali diwujudkan dalam bentuk ancaman, kritik, bentakan, pengucilan anak, dan pemberian julukan negatif  (Fitriana, 2015).
Pola asuh yang kasar dapat berdampak buruk pada perkembangan emosional dan psikologis anak. Berikut beberapa dampak negatif dari pola asuh yang kasar:
- Anak-anak mungkin menjadi agresif dan kesulitan mengendalikan emosinya, bahkan setelah dewasa
- Anak mungkin mengalami penurunan rasa percaya diri dan harga diri
- Anak-anak mungkin menjadi lebih sulit untuk didisiplin dan mungkin kesulitan dengan disiplin diri di masa depan
- Anak-anak mungkin menjadi lebih memberontak dan menentang figur otoritas
- Anak-anak mungkin menjadi pemalu, cemas, atau takut dalam situasi sosial
- Anak-anak mungkin menjadi kurang mandiri dan lebih bergantung pada orang lain
Penting bagi orang tua untuk menghindari  kata-kata atau tindakan kasar saat mendisiplinkan anak. Sebaliknya, orang tua harus berusaha untuk tetap tenang dan sabar, dan menggunakan penguatan positif untuk mendorong perilaku yang baik. Orang tua juga harus berusaha menciptakan lingkungan yang hangat dan mendukung bagi anak-anak mereka sehingga mereka merasa dicintai dan dihargai.
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa bahasa  orang tua yang negatif dapat berdampak negatif terhadap perkembangan moral anak. Berikut adalah beberapa dampak negatif yang mungkin terjadi. Anak bisa saja mempunyai moral atau kepribadian yang menyimpang dari aturan yang berlaku baik di dalam maupun di luar sekolah.Kurangnya kepedulian orang tua dapat meningkatkan risiko anak melakukan perilaku moral buruk seperti mencuri, mendapat masalah, atau putus sekolah.Pola asuh otoriter yang menekankan  pengawasan orang tua untuk menjamin ketaatan dan kepatuhan anak dapat menghambat tumbuh kembang anak.Pelecehan emosional melalui bahasa negatif dapat memberikan dampak yang sangat negatif bagi anak, bahkan lebih berbahaya dibandingkan kekerasan fisik.Di sisi lain, peran orang tua yang baik dapat membantu mendorong pembentukan moral pada anak. Beberapa faktor yang bermanfaat dalam penanaman nilai-nilai moral pada masa kanak-kanak antara lain adalah ketaatan anak kepada orang tua, harapan orang tua agar anaknya berperilaku baik, dan perhatian orang tua, pengajian, dan kebiasaan tidur siang.
DAFTAR PUSTAKA
 Abdullah, M. Imron, Pendidikan Keluarga Bagi Anak, (Cirebon: Lektur, 2003)