Berhadapan dengan orang yang memilih silent treatment memang sangat menyebalkan dan memilukan. Ada beberapa cara untuk menanggapi pengobatan diam. Pertama, kita bisa memberi orang yang melakukan perawatan diam ruang untuk menenangkan perasaannya dengan menerima dan mengakuinya. Setelah waktu yang cukup, kita dapat berbicara lebih efektif tentang pernyataan solusi. Kedua, untuk memperjelas keadaan, jika diperlakukan sebagai silent treatment, jangan ragu untuk menanyakan kesalahan apa yang kita buat yang perlu diperbaiki.
Ketiga, hindari menyalahkan dan meminta maaf, dan ketika ada kesalahpahaman yang perlu dikoreksi bersama, terimalah daripada berdebat. Mengkompromikan kesalahan orang lain adalah tanda kedewasaan. Jika salah, permintaan maaf yang tulus akan membantu menyelesaikan masalah, demikian pula upaya untuk berkomunikasi.
   Efek silent treatment dianggap berbahaya karena dapat menimbulkan efek emosional yang terkadang tidak langsung dirasakan bahkan dapat meningkatkan risiko masalah psikologis. Orang yang melakukan perawatan diam ini merasa diberdayakan dan memegang kendali penuh. Pada saat yang sama, orang yang menerimanya  bingung dan takut hubungannya akan gagal. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Evolutionary Neuroscience menunjukkan bahwa anterior cingulate cortex, bagian otak manusia yang mencatat rasa sakit, bekerja lebih keras saat seseorang menerima perawatan diam.
   Apapun  alasan  seseorang  yang mendiamkan  tanpa alasan, akan  memberikan  dampak  negative bagi hubungan dan orang yang menerimanya. Beberapa dampak SilentTreatment yang paling umum antara lain Rusaknya kepercayaan, Munculnya kebencian, dan Perasaan dikucilkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H