Ibu Sunarsih, S. Pd, kami dulu sering mejuluki beliau bu Cory Aquino karena wajahnya yang mirip dengan Presiden Filipina ke-11, Maria Corazon Aquino yang berkuasa di Filipina pada tahun 1986 -- 1992. Wanita Asia pertama yang bisa tampil sebagai presiden, isteri tokoh oposisi yang populer di Filipina, Beniqno Aquino Jr. Sang suami terbunuh sesaat setelah mendarat di Bandara Internasional Manila ketika kembali ke negaranya pada 21 Mei Agustus 1983.
Bu Narsih yang adalah guru matematika kami di SMP N 1 Bantul saat tahun 1984 sd 1987 ini, kini memiliki empat cucu yang semuanya tidak dimasukan pada sekolah formal seperti kebanyakan anak-anak, tetapi dididik secara home schooling. Nah, karena itulah kami merasa perlu mengundang beliau untuk menjadi nara sumber pada sharing session sekaigus Syawalan komunitas GEMBUL.
Menurut Bu Narsih, Home schooling adalah pendidikan berbasis keluarga yang juga termasuk dalam kategori pendidikan informal. Dalam praktiknya, penerapan home schooling sangat beragam karena tergantung dari masing-masing keluarga. Ada yang memindahkan pelajaran sekolah di rumah, ada pula yang menerapkan sistem pembelajaran jauh berbeda dengan sistem pendidikan formal.
Home schooling atau sekolah rumah bukanlah lembaga pendidikan, bukan juga bimbingan belajar yang dilakukan pada sebuah lembaga, melainkan model pembelajaran di rumah dengan orang tua sebagai penanggung jawab utama. Orang tua dapat berperan sebagai guru atau juga bisa medatangkan guru pendamping ke rumah.
Sekolah rumah ini ada yang dilakukan secara mandiri/tunggal dan ada pula yang berkelompok membentuk suatu komunitas, keduanya sama-sama memiliki karakeristik yang beragam.
Umumnya, home schooling dilakukan mulai dari tingkat dasar sampai dengan menengah atas, dan selanjutnya pada saat perguruan tinggi mengikuti jalur formal.
Mengapa memilih metode home schooling?
Setidaknya ada 3 alasan mengapa orang tua memilihkan anaknya untuk diasuh secara home schooling.
Pertama, karena keterbatasan kondisi peserta didik, baik fisik ataupun mental anak sehingga memerlukan perlakuan khusus dalam proses belajar.
Kedua, karena keterbatasan waktu dimana peserta didik mempunyai kegiatan lain yang lebih utama seperti artis atau atlit dan lain-lain.
Dan ketiga, karena orang tua ingin mendidik anaknya dengan kurikulum khusus yang berbeda dengan pendidikan formal.